Mohon tunggu...
Nilam Cahya Rohendini
Nilam Cahya Rohendini Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya Nilam Cahya Rohendini, biasa dipanggil Nilam. Mahasiswi semester 2 Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dengan konsentrasi jurusan Pendidikan Kimia. Mempunyai hobi menulis dan membaca serta senang bereksplorasi ke alam.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno Pilihan

Mengapa Indonesia Harus Belajar kepada India Mengenai Pengendalian Iklim?

18 Juni 2024   08:42 Diperbarui: 18 Juni 2024   08:52 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.worldbank.org/en/news/feature/2013/06/19/india-climate-change-impacts

Indonesia merupakan negara yang rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, Indonesia perlu belajar dari negara-negara lain yang telah mencapai kemajuan dalam mengatasi tantangan global ini. India merupakan salah satu negara berkembang yang bisa dijadikan contoh karena mempunyai langkah-langkah signifikan dalam pengendalian iklim.

Selama sekitar 10 ribu tahun terakhir, India mengalami perubahan pola musim penghujan yang berdampak pada perubahan iklim. Bagi negara dengan populasi lebih dari 1 miliar orang ini, musim hujan sangatlah penting. India terletak pada garis lintang yang sama dengan gurun Sahara di Afrika. Tanpa musim hujan, sebagian besar wilayah India akan kering dan tidak dapat dihuni. Dampaknya yang sangat berbahaya bagi bumi maupun makhluk hidup membuat setiap negara, termasuk India, memiliki upaya pengendalian tersendiri terhadap perubahan iklim.

Suasana pasar tradisional di Charminar, India.Sumber: (Unsplash.com/@arihant-daga)
Suasana pasar tradisional di Charminar, India.Sumber: (Unsplash.com/@arihant-daga)

Dampak dari perubahan iklim menjadi ancaman serius bagi setiap negara, seperti peningkatan suhu, kenaikan permukaan air laut, perubahan pola cuaca, ancaman terhadap kesehatan manusia, hingga kerusakan ekosistem dan keanekaragaman hayati. Penyebab utama perubahan iklim ini didominasi oleh aktivitas manusia. Berikut beberapa faktor penyebabnya:

  • Penggunaan Bahan Bakar Berlebihan

Penggunaan bahan bakar yang berlebihan, terutama bahan bakar fosil seperti batu bara, gas alam, dan minyak bumi, merupakan faktor utama yang menyebabkan perubahan iklim. Bahan bakar fosil menghasilkan gas-gas rumah kaca utama seperti Carbon dioxide (CO2), Methane (CH4), dan Dinitrogen monoxide (N2O). Gas-gas ini menangkap radiasi matahari di atmosfer bumi sehingga meningkatkan pemanasan global.

  • Deforestasi dan Perubahan Penggunaan Lahan

Deforestasi adalah penggundulan hutan secara besar-besaran yang biasanya dilakukan untuk eksploitasi kayu, pembukaan lahan baru untuk pembangunan, dan keperluan pertanian. Hal ini menyebabkan pelepasan karbon yang tersimpan dalam biomassa hutan ke atmosfer sebagai CO2.

  • Aktivitas Industri

Aktivitas industri menggunakan energi besar yang berasal dari bahan bakar fosil, sehingga menyebabkan peningkatan emisi gas rumah kaca. Selain itu, aktivitas industri juga menghasilkan polutan yang mempengaruhi kualitas udara dan iklim.

Sedangkan menurut Balibangtan tahun 2011, dampak dari perubahan iklim adalah "gangguan atau kondisi kerugian dan keuntungan, baik secara fisik maupun sosial dan ekonomi yang disebabkan oleh tekanan perubahan iklim".

Mengendalikan perubahan iklim merupakan tanggung jawab yang besar. Oleh karena itu, India meluncurkan beberapa program yang dapat dijadikan contoh oleh negara-negara lain, termasuk Indonesia. Berikut beberapa program tersebut:

  • International Solar Alliance (ISA)

International Solar Alliance merupakan organisasi internasional yang terdiri dari 121 negara yang kaya sumber daya surya. ISA diluncurkan pada tahun 2015 dengan kantor pusat di Gurugram, India, yang bertujuan untuk menggunakan 1.000 Gigawatt energi surya dan memobilisasi lebih dari USD 1.000 miliar untuk pembangkit listrik tenaga surya serta mempercepat penerapan energi surya dalam skala besar di negara-negara berkembang (United Nations Climate Change, 2017).

  • National Clean Air Program (NCAP)

Kementerian Lingkungan Hidup, Hutan, dan Perubahan Iklim meluncurkan program National Clean Air Program (NCAP) pada Januari 2019 dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas udara di 131 kota. Program ini bertujuan untuk mencapai pengurangan hingga 40% atau pencapaian standar kualitas udara nasional untuk konsentrasi Partikulat Matter 10 (PM10) pada tahun 2025 hingga 2026.

  • FAME India

FAME India (Faster Adoption and Manufacturing of Hybrid and Electric Vehicles) diperkenalkan pada tahun 2015 oleh Pemerintah Pusat India untuk mendorong penggunaan kendaraan listrik serta teknologi hijau lainnya yang bertujuan untuk mengurangi polusi udara dan emisi gas rumah kaca yang disebabkan oleh transportasi (PIB Delhi, 2023).

India juga telah mengambil langkah-langkah dalam pengendalian banjir dan kekeringan, seperti pembangunan waduk dan pengaturan aliran sungai, serta mengembangkan teknologi pengolahan air untuk mengatasi masalah kekeringan. Selain itu, India berhasil menjaga kelestarian hutan dan lahan melalui program reboisasi dan restorasi hutan yang sukses. Hal ini sangat relevan bagi Indonesia, yang memiliki banyak hutan luas, sehingga Indonesia dapat mengadopsi kebijakan maupun program serupa untuk melindungi hutan dan lahannya.

Program-program yang diluncurkan oleh India menjadikan mereka sebagai pemeran utama dalam Konferensi Perubahan Iklim PBB. Mereka juga telah menyuarakan keprihatinan tentang perubahan iklim kepada negara-negara di dunia. Melalui strategi dan kebijakan yang ada, India menunjukkan komitmen yang kuat untuk mengendalikan perubahan iklim. Keberhasilan India ini dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia.

Strategi yang dilakukan oleh India memiliki potensi besar jika diterapkan di Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca serta dampak perubahan iklim. Oleh karena itu, Indonesia harus belajar banyak hal kepada India mengenai pengendalian perubahan iklim.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun