Mohon tunggu...
Nilam Hasifah
Nilam Hasifah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa pendidikan non formal universitas negeri Padang

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Mengatasi Tantangan Gizi Buruk Pada Anak: Seruan Untuk Berkolaborasi

18 Oktober 2024   13:05 Diperbarui: 18 Oktober 2024   13:07 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Malnutrisi adalah masalah global yang mempengaruhi kesehatan dan kesejahteraan anak. Di seluruh dunia, jutaan anak menderita kekurangan gizi, yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan serta meningkatkan angka kesakitan dan kematian. Permasalahan ini bukan hanya mengenai kekurangan pangan, namun juga mengenai akses terhadap pangan yang layak dan berkualitas. Artikel ini membahas tantangan gizi buruk pada anak, menganalisis penyebab dan mengusulkan solusi untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu penyebab utama malnutrisi adalah kemiskinan. Keluarga miskin seringkali tidak mampu membeli makanan yang baik. Faktor penyebab lainnya adalah kurangnya akses terhadap pangan sehat, terutama di daerah pedesaan dan terpencil. Tidak mengetahui apa yang harus dimakan dengan benar menjadi salah satu hal yang membuat orang tua kesulitan dalam menyiapkan makanan yang sesuai dengan kebutuhan anak. 

Gangguan makan dapat berdampak besar pada anak-anak. Anak gizi buruk mengalami keterlambatan tumbuh kembang, baik fisik maupun mental. Mereka juga lebih rentan terhadap penyakit seperti diare dan diare yang dapat berujung pada kematian. Dampak jangka panjang dari malnutrisi meliputi penurunan kemampuan belajar, produktivitas, dan kualitas hidup. Pemerintah dan organisasi internasional mempunyai peran penting dalam mengatasi kerawanan pangan. Program bantuan pangan dan gizi dapat membantu keluarga miskin mendapatkan akses terhadap pangan dan gizi yang cukup. Akses terhadap layanan kesehatan dan pendidikan gizi juga penting. Pemerintah juga harus mendorong produksi dan distribusi makanan sehat dan mempromosikan praktik pertanian berkelanjutan.

Masyarakat juga berperan penting dalam pemberantasan gizi buruk. Orang tua dan keluarga dapat memastikan anaknya mendapatkan makanan yang baik dan sehat. Mereka juga dapat mendukung program yang bertujuan untuk meningkatkan akses terhadap pangan dan gizi. Masyarakat dapat berperan aktif dalam memberikan edukasi kepada orang tua mengenai pentingnya nutrisi yang tepat dan cara memberikan makanan sehat pada anak. Perubahan gaya hidup juga dapat membantu mengatasi malnutrisi. Terlalu banyak mengonsumsi makanan olahan dan minuman manis dapat menyebabkan kekurangan nutrisi penting. Kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko obesitas dan penyakit kronis. Penting untuk mempromosikan gaya hidup sehat yang mencakup makan dengan baik dan berolahraga.

Teknologi dapat memainkan peran penting dalam memberantas kerawanan pangan. Sistem informasi dan komunikasi dapat digunakan untuk menyebarkan informasi tentang pangan dan praktik pertanian yang baik. Teknologi juga dapat digunakan untuk memantau dan mengevaluasi program bantuan pangan dan gizi. Mengembangkan varietas tanaman yang lebih bergizi dan lebih tahan terhadap perubahan iklim juga akan membantu mengatasi kerawanan pangan. Gangguan makan adalah masalah kompleks yang memerlukan solusi multifaset. Pemerintah, organisasi internasional, komunitas dan individu mempunyai peran penting dalam memecahkan masalah ini. Kami dapat memastikan bahwa semua anak memiliki akses terhadap nutrisi yang mereka butuhkan untuk tumbuh dan berkembang. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan kesadaran bagi generasi mendatang, tanpa pangan tanpa pangan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun