Mohon tunggu...
Renungan Nilai Kehidupan
Renungan Nilai Kehidupan Mohon Tunggu... -

Nilai Kehidupan adalah renungan harian dwibulanan yang terbit sejak 2007 di Bandung. Untuk berlangganan, silakan hubungi redaksi dengan nomor (022) 5225786.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Agar Berkat Mengalir Tak Henti

22 Mei 2010   01:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   16:03 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

“Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga.” (Matius 5:16) Saya juga tidak mengerti, mengapa tiba-tiba pikiran saya melayang ke peristiwa di akhir tahun 99. Saat itu, saya sedang memimpin rombongan ke Israel sebagai pembina rohani. Secara keseluruhan Israel mempunyai kesan yang khusus, karena saya telah ’mengenal’ Israel cukup lama, yaitu pada waktu saya memasuki dunia sekolah teologi. Namun ada hal yang sangat menarik, yaitu pada waktu saya sampai di Laut Mati. Sesuai dengan namanya, Laut Mati memang tidak berpenghuni, di dalam laut itu tidak ditemukan binatang hidup. danau galilea Sangat berbeda dengan waktu ada di Danau Galilea. Di Galilea, bila kita melongokkan kepala kita melihat di daerah pelabuhan, kita bisa melihat betapa banyaknya ikan berkeriapan di dalam air. Bila Anda naik kapal kecil menyeberangi danau itu, Anda akan lebih tercengang-cengang pada waktu Anda, dari perahu, ’membuang’ roti ke dalam air, tidak usah menunggu lama ikan akan muncul dari dalam air dan akan menelan habis roti itu. Itu di danau Galilea. laut mati Kembali ke Laut Mati. Sebenarnya air dari sungai Yordan yang juga mengairi danau Galilea pada akhirnya semuanya ngumpul di laut ini. Tetapi anehnya, di laut ini tidak ada ikan hidup satu pun yang berenang di laut itu. Mengapa? Laut itu hanya menerima, tetapi tidak bisa menyalurkan airnya ke mana-mana, karena ia terletak 417,5 m di bawah permukaan laut. Dan, itu merupakan titik terendah di permukaan bumi. Laut Mati amat asin, yang membuatnya tak mungkin bagi makhluk hidup untuk hidup. Inilah alasan namanya. Bagaimanapun, ini tak benar-benar mati, karena beberapa jenis bakteri bisa hidup di sini. Pelajaran yang kita dapatkan adalah bahwa “Tuhan telah memberkati kita, supaya kita bisa menjadi berkat. Eh... ada sukacita lho, pada waktu kita memberi. Buktikan! [AR]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun