Mohon tunggu...
Nila Qurotul Ayun
Nila Qurotul Ayun Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya seorang mahasiswi uin khas jember

Selanjutnya

Tutup

Politik

Membangun Sikap Harmoni dalam Umat Islam: Perpecahan Sunni dan Syiah

13 Oktober 2024   19:21 Diperbarui: 13 Oktober 2024   22:17 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pertarungan antara kelompok Sunni dan Syiah dimulai dengan pasca wafatnya Rasulullah Saw. Konflik ini sudah menjadi faktor Geopolitik yang penting di Timur Tengah dengan membuat dampak cukup luas di berbagai aspek kehidupan sosial, politik, dan ekonomi. Seperti beberapa tahun yang lalu Negara Yaman yang sempat menghadapi pemberontakan dari Houthi, konflik ini sebenarnya bukan termasuk pertarungan antara kelompok Sunni dan Syiah tetapi konflik ini menurut saya termasuk dalam konflik atau pertikaian unsur keagamaan antara umat islam. Sekilas analisis peristiwa yang saya cantumkan tersebut semoga memberi harapan dan semangat untuk selalu bisa mengutamakan diskusi dalam resolusi konflik agar membentuk sikap sesama umat muslim saling toleransi, menghormati, menghargai, saling tolong menolong, itu bisa terwujud atau bisa bisa kenyataan seperti itu.

Menurut beberapa sumber yang saya baca mulai dari artikel, jurnal, E-book, makalah, banyak yang menyebutkan bahwa perpecahan antara kelompok Sunni dan Syiah terjadi dimulai setelah Perang Shiffin antara Khalifah Ali ibn Abi Thalib dan Muawiyah ibn Abi Sufyan, dengan terjadinya peristiwa perang tersebut terbentuk tiga devisi yaitu pendukung Ali yang disebut Syiah, pendukung Muawiyah, dan pendukung Khawarij dimana pendukung Khawarij ini tidak memihak Ali maupun Muawiyah. Seiring dengan perkembangan waktu kelompok Muawiyah ini disebut Ahlussunnah wal Jamaah atau kelompok Sunni, di Negara tempat lahir dan besar saya ini banyak umat islam yang menganut ajaran Ahlussunnah wal Jamaah jadi bisa dibilang kalau mereka dan saya ini kelompok Sunni. Pembahasan tentang topik Ahlussunnah wal Jamaah ini biasannya dikaitkan dengan hadist Nabi Muhammad yang menyatakan adanya perpecahan umat islam membuat umat islam terbagi beberapa golongan dan hanya satu golongan saja yang selamat, yaitu golongan Ahlussunnah wal Jamaah yang selamat termasuk saya yang menganut golongan Ahlussunnah wal Jamaah berarti saya selamat Alhamdulillah.

Kelompok Syiah meyakini bahwa Ali ibn Abi Thalib akan menjadi penerus kepemimpinan politik setelah Nabi Muhammad wafat dikarenakan Ali merupakan sepupu sekaligus menantu Rasulullah. Kelompok Syiah ini sebenarnya berkembang menjadi beberapa sekte, namun setiap sekte ini memiliki kesamaan pendapat bahwa Rasulullah telah menunjuk Ali sebagai pemimpin, Salman al-Farisi, al-Abbas ibn Abd al-Muthallib, Ammar ibn Yasir, Abu Dzarr al-Gifari, Ubai ibn Ka’b, dan al-Barra’ ibn Azib termasuk di antara mereka yang menunjuk Ali sebagai pemimpin. Disebutkan pada 18 Dzulhijjah 10 H (10 Maret 632 M), Penunjukkan Ali terjadi di suatu tempat antara Mekah dan Madinah yang bernama Gadir Khum sepulang dari haji Wada. Dalam hadist yang disampaikan Rasulullah :"Barang siapa menjadikan aku sebagai pemimpinnya maka Ali juga akan menjadi pemimpinnya". Namun kelompok Sunni menyanggah doktrin tersebut sebab hadist ini menunjuk pada pemberian sebuah pertolongan dan kasih sayang bukan memberikan kekuasaan atau kepemimpinan. Sebagian umat islam meyakini bahwa setiap orang berhak menjadi pemimpin meskipun bukan asli orang bangsa Arab, pendapat inilah yang dipegang kelompok Khawarij. "Para pemimpin berasal dari Quraisy"  hadist tersebut bermakna bahwa ada batasan kesempatan orang yang bukan asli berasal dari Quarisy untuk menjadi pemimpin, oleh karena itu para pengikut Khawarij biasanya bukanlah orang dari Quraisy.

Dinasti Turki Usmani dan Dinasti Safawiyah terlibat dalam konflik antara Sunni dan Syiah, yang justru yang membuat permasalahan umat islam sendiri. Setelah Turki Usmani mengalahkan Safawiyah, mereka berhasil menyuruh para Safawiyah berhenti menistakan Khalifah Abu Bakr ash-Shiddiq, Umar ibn al-Khattab, dan Usman ibn Affan. Ironisnya, orang-orang Islam sendiri yang menghina al-Khulafa’ ar-Rasyidin. Saat Umawiyyah memerintah, khalifah Ali dihina, sedangkan tiga khalifah sebelumnya juga dinistakan ketika Safawiyyah memerintah, sungguh tidak tahu toleransi, sopan santun, tata krama para penghina dan penistaan  tersebut.

Konflik politik antara umat islam ini terus berjalan mewarnai sejarah islam, bahkan banyak menelan korban yang korbannya itu umat islam sendiri. Dalam setiap perjalanan masa islam tidak ada situasi damai atau biasa saya sebut adem ayem, karena permasalahan perebutan kekuasaan. Pada masa sekarangpun sepertinya perselisihan sektarian antara Sunni dan Syiah masih terlihat di kalangan umat Islam, mengingat dulu konflik antara Irak dan Iran setelah berhasilnya Revolusi Iran betapa menyedihkannya dampak yang ditimbulkan. Di Indonesia mayoritas penganut Sunni  di Sampang, Madura mengusir komunitas Syiah, korban yang terlibat dalam konflik ini jelas umat islam sendiri, tetapi jujur saya meskipun orang islam saya tidak ikut campur, dan terlibat bahkan tidak ikut mengusir mereka. Kemiskinan yang melanda di sebagian umat muslim dan Penjajahan Palestina oleh Israel  juga termasuk masalah yang harus segera dituntaskan. Oleh sebab itu, kita sebagai umat Islam yang sehat, berakal, waras, harus bisa membangun sikap toleransi, menjalankan kewajiban nasihat serta Amar Ma'ruf Nahi Mungkar dan berpartisipasi dalam mewujudkan gerakan nyata seperti komunikasi yang intensif diantara umat islam sangat wajib dilakukan supaya umat islam tidak mensia-siakan energinya untuk berperang dengan umatnya sendiri. Pemimpin dan Para Ulama di Negara-Negara Islam di seluruh Dunia hendaklah mereka cepat tanggap dan saling berkomunikasi yang baik dalam menyelesaiakan permasalahan supaya masalah cepat terselesaikan sehingga tidak menimpa lebih banyak lagi korban.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun