Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Belajar dari Guru-Guru Pembelajar

5 Agustus 2014   04:30 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:24 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1407161837580465197

[caption id="attachment_351071" align="aligncenter" width="384" caption="Cover depan(niko)"][/caption]

Judul: "Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik"

Penulis:  Tim Penulis Mitra Forum Pelita Pendidikan

Penerbit: Tanoto Foundation

Tebal: iv+260 halaman



The moment you stop learning, your brain becomes cancerous. Continue to improve, continue to learn-never stop learning. Sukanto Tanoto-Pendiri Tanoto Foundation

Pendidikan adalah proses yang dinamis. Kurikulum, metode, strategi, dan hal lain yang berkaitan dengan pendidikan hanyalah bagian kecil dari keseluruhan proses tersebut. Dinamikanya sangat luas sehingga tidak cukup digambarkan dalam sebuah kurikulum yang rutin direvisi. Setiap saat cara mendidik dapat berubah dengan cepat sehingga dibutuhkan respon yang cepat dan tanggap. Pendidikan yang dijalankan dengan prinsip kemerdekaan pikiran, keterbukaan, kerendah-hatian dapat dijadikan sebagai jalur untuk mendidik anak didik yang siap mengarungi luasnya samudera kehidupan.

Buku "Oase Pendidikan di Indonesia: Kisah Inspiratif Para Pendidik" hadir mengisi serba-serbi pendidikan di Indonesia. Keberadaan tenaga pendidik sebagai laskar terdepan untuk menyokong pendidikan harus selalu diperhatikan dan lebih dari itu harus ditopang secara kuat agar tetap berkembang dan dinamis sesuai perkembangan zaman. Guru kencing berdiri, murid kencing berlari. Peribahasa klasik yang menggambarkan sikap guru yang akan selalu ditiru oleh muridnya. Dalam buku ini, hal itu dimodifikasi sedemikian sehingga lebih positif menjadi Guru mengajar inspiratif, murid tumbuh kreatif.

Dalam mengembangkan pendidikan diperlukan kemerdekaan dalam setiap prosesnya. Hal ini menjadi bagian pertama yang diulas dalam buku ini. Kisah pendidik yang mengajarkan tanggung jawab kepada anak didik melalui gentong air dan semangat menabung melalui celengan merupakan salah satu strategi yang dilakukan oleh Sanggar Anak Alam di Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Konsep belajar yang mereka lakukan didesain sendiri dengan perspektif pangan, kesehatan, lingkungan hidup dan sosial budaya. Guru di sana berfungsi sebagai fasilitator yang memberi motivasi dan penguatan bila diperlukan.

Sementara itu di SD Hikmah Teladan di Cimahi, Jawa Barat guru-guru membentuk forum paralel sebagai wadah diskusi untuk mengoptimalkan peran mereka sebagai guru, fasilitator, mediator dan bahkan sebagai provokator demi membela kepentingan anak didik dengan mengedepankan kebebasan yang bertanggung jawab. Tak jarang timbul konflik di antara para guru ketika ingin mengambil sebuah kebijakan untuk mendidik seorang anak yang bahkan dianggap sebagai anak yang ‘kurang ajar’.  Semuanya mereka jalani dengan kebebasan berekspresi dan apa adanya.

Hal yang senada juga terjadi di Sekolah Semesta Hati, juga di daerah Cimahi, Jawa Barat. Pendidikan yang diperoleh oleh Gios, seorang anak didik yang cukup unik bila dibandingkan kebanyakan anak didik lain. Sejak kecil sering sakit-sakitan, suka petantang petenteng dan diduga mengalami disfungsi saraf. Guru-guru yang mendidiknya memilih strategi yang berbeda dengan tetap mengutamakan penekanan pada perubahan karakter dan tumbuh kembang anak didik mereka.

Guru sebagai tenaga pendidik harus senantiasa mempersiapkan diri sebelum menyampaikan materi pelajaran kepada anak didik. Guru pembelajar akan terus memanfaatkan sekelilingnya yang bisa membantu transfer bahkan reproduksi pengetahuan di kelas. Belajar konflik di SMAN 13 Jakarta Utara didesain melalui kejadian spontan yang ditemukan oleh guru persis sebelum memasuki ruang kelas. Sementara itu, Sanggar Akar di pinggiran Kalimalang, Jakarta Timur bisa meramu pelajaran bahasa Inggris, sejarah, musik dan sastra secara terpadu melalui lagu “We Will Not Go Down” karya Michael Heart.

Bagian kedua buku ini menceritakan tentang anak dan komunitas belajarnya. Diawali dengan sebuah kisah seorang anak yang jarang masuk sekolah karena tidak punya ongkos ke sekolah. Diperparah lagi dengan kondisi ayah dan ibunya yang sakit-sakitan membuat Rizki sering absen di kelas. Kepala SMP Negeri 2 Pagedangan memiliki strategi khusus untuk membantu anak-anak tetap bisa bersekolah. Dengan bantuan berbagai pihak, anak-anak SMP yang tidak mampu diberi beasiswa sepeda dari sekolah dari hasil penjualan jepit rambut karya mereka. Melalui cara itu, Rizki tetap bisa bersekolah sekalipun tidak punya ongkos. Bahkan mereka diberi tanggung jawab untuk merawat sepeda yang mereka pakai.

Lain lagi dengan Sanggar Akar yang memberi kebebasan kepada anak didiknya untuk mengembangkan minatnya. Mereka hidup seperti di asrama, namun tidak semua hal diatur dengan kaku. Mereka hidup seperti sebuah keluarga yang bahkan bisa belajar untuk memberi kritik yang membangun satu sama lain tanpa menyudutkan. Sungguh sebuah metode yang sangat menarik yang menjadikan tempat mereka sebagai house of spirit, rumah penuh semangat untuk membangun kesadaran mewujudkan kehidupan yang lebih baik.

Senada dengan itu, komunitas Ciliwung Merdeka juga mengembangkan metode yang mengutamakan kebersamaan dalam membangun tata-bangkit (survival system) martabat dan hak-hak anak didik beserta lingkungannya di bantaran Sungai Ciliwung. Metode alternatif yang mereka bangun dirancang dalam berbagai langkah-langkah yang disebut sebagai Diagram Spiral Pendidikan Pemberdayaan. Dengan hal itu, anak pinggiran diharapkan tetap berjuang dan bersatu untuk memperoleh pendidikan yang layak.

Di bagian akhir buku ini, digambarkan pentingnya membangun semangat profesionalisme guru itu sendiri. Negara mencoba melakukan pendekatan melalui sertifikasi yang diharapkan dapat memperbaiki kualitas guru dan menjamin kesejahteraan mereka. Pentingnya wadah bersatunya guru-guru untuk saling membangun satu sama lain ditunjukkan oleh Ikatan Guru Indonesia (IGI). Bahkan yang terutama adalah semangat guru yang harus dibangun dan disadarkan akan posisi penting mereka menghasilkan generasi-generasi yang unggul di masa depan.

Jelas sekali bahwa apa yang disampaikan di buku ini merupakan langkah inspiratif yang bisa dijadikan stimulus untuk menggerakkan guru-guru menjadi pembelajar sejati. Proses pendidikan yang mereka lakukan bukan sekedar untuk menyesuaikan dengan tuntutan kurikulum, namun lebih dari itu memberi bekal hidup bagi anak didiknya. Buku ini sangat baik menjadi koleksi di perpustakaan sekolah maupun umum agar dapat dibaca oleh guru maupun anak didik sehingga masing-masing memahami posisinya. Segitiga pedagogis antara guru-materi ajar-anak didik harus dibangun sedemikian rupa. Di samping guru dan anak didik, buku ini juga sangat baik dibaca oleh orangtua. Dengan melihat contoh-contoh yang terdapat di dalam buku ini, orangtua juga harus memahami perannya sebagai pendidik di rumah.

Secara keseluruhan buku ini dapat menggambarkan apa yang pernah diungkapkan oleh Aristoteles, “teachers should be more honoured than parents, for whereas parents give their children life, teachers give their children a good life” (guru selayaknya dihargai lebih daripada orangtua, karena meskipun orangtua mengajarkan kehidupan kepada anak, guru mengajarkan kehidupan yang lebih baik).

Apresiasi patut disampaikan kepada Tanoto Foundation yang memiliki inisiatif untuk menerbitkan buku inspiratif ini. Semoga melalui ini, muncul lebih banyak lagi kisah-kisah inspiratif para pendidik yang memiliki semangat untuk terus menjadi pahlawan penebar sihir kehidupan. Ya. Pendidikan adalah sihir kehidupan.

Hanya sedikit yang menjadi kekurangan buku ini adalah tidak adanya dokumentasi dalam bentuk foto yang tentunya bisa menambah menarik buku ini. Namun itupun tidak mengurangi esensi dari buku yang inspiratif ini. Jadi tidak perlu ragu lagi, segeralah ke toko buku terdekat untuk mendapatkan buku ini.

Salam Kompasiana!!!

@nikomamora

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun