Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Pilihan

Danau Toba dan Masa Liburan Sekolah, Sebuah Ironi?

2 Juli 2023   20:56 Diperbarui: 2 Juli 2023   20:58 1186
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memasuki musim liburan sekolah, aktivitas utama yang dipikirkan adalah rekreasi. Rekreasi yang diserap dari Bahasa Belanda: recreatie, berarti sebuah kegiatan untuk penyegaran kembali jasmani dan rohani. Rekreasi tepat sekali dilakukan dalam masa senggang, seperti masa libur semester sekolah saat ini. Rekreasi bersifat menyenangkan. 

Salah satu pilihan untuk rekreasi adalah berwisata. Berwisata berarti bepergian bersama-sama baik untuk memperluas pengetahuan, bersenang-senang, dan sebagainya. Dengan berwisata/pariwisata, kita bisa menikmati keindahan alam, budaya, ilmu pengetahuan, dan sejenisnya. Pariwisata ini yang kemudian menjadi fokus bagi pemerintah untuk meningkatkan pendapatan negara, bersaing dengan minyak dan gas (migas) maupun crude palm oil (CPO).

Untuk bisa meningkatkan pendapatan negara tersebut, pemerintah menetapkan target kunjungan wisata baik dari wisatawan mancanegara maupun wisatawan domestik. Untuk meningkatkan kunjungan wisatawan, pemerintah menguatkan aksesibilitas (accessibility), atraksi (attraction), dan amenitas (amenities). Dan berfokus terhadap destinasi super prioritas, salah satunya Danau Toba di Sumatera Utara.

Untuk Kawasan Danau Toba (KDT), pemerintah menargetkan kunjungan tahun 2023 sebanyak 1,3 juta wisatawan, baik mancanegara maupun domestik. Hingga saat ini, belum ada data yang menunjukkan bahwa pergerakan wisata tersebut akan memenuhi target atau tidak. Meski, ada pergerakan signifikan, sekitar 29.099 penumpang di Silangit dan 485.858 penumpang di Kualanamu, ketika penyelenggaraan lomba F1 Powerboat di Danau Toba, 24-26 Februari 2023 silam. 

Tentu capaian di atas masih jauh dari target, sehingga upaya-upaya berkelanjutan sangat dibutuhkan untuk meningkatkan kunjungan wisatawan. Masa libur semester saat ini, menjadi sebuah momentum bagi para wisatawan untuk melakukan perjalanan. Apalagi, pemerintah sudah menyatakan bahwa virus korona menjadi endemi dan menghapuskan kebijakan penggunaan masker di ruang publik. Ini bisa berdampak bagi peningkatan aktivitas berwisata.

Dan tentu, upaya pemerintah bersama-sama dengan masyarakat (baik industri, media, dan komunitas) dalam meningkatkan atraksi dan amenitas, patut diapresiasi. Untuk urusan aksesibilitas, secara fisik, pemerintah telah melakukan perbaikan dalam hal akses darat: jalan raya yang semakin baik, akses danau: pelabuhan yang layak, dan akses udara: bandar udara yang layak. Secara fisik atau infrastruktur, pembangunan di daerah super prioritas seperti KDT dapat dirasakan.

Namun, muncul ironi, ketika beberapa sahabat yang berkunjung untuk liburan mengeluh soal tingginya harga tiket pesawat terbang. Biaya tiket dari Bandara Soekarno Hatta (CGK) menuju Bandara Silangit (DTB) dari kisaran 800ribuan-1 jutaan, tembus hingga 1,5-2 jutaan. Tentu ini bisa menjadi pertimbangan para calon wisatawan berkunjung ke Danau Toba, terutama keluarga yang memiliki anak. Apalagi ada segmen pengunjung ke Danau Toba merupakan diaspora yang pulang kampung. Sambil berlibur, mereka juga ingin ziarah, reuni, maupun sekedar berkumpul dengan sanak saudara di kampung.

Semakin menjadi ironi, tatkala beredarnya informasi terbaru sehubungan dibukanya rute penerbangan langsung (direct flight) dari Bandara Kualanamu, Medan (KNO) menuju Bandara Ngurah Rai, Denpasar (DPS) oleh salah satu maskapai penerbangan. Upaya ini tentu menjadi strategi bisnis maskapai untuk membawa wisatawan ke Bali dalam rangka libur semester. Dan sedihnya, pihak otorita Danau Toba turut bersuka atas inisiatif tersebut.

Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti saat berkunjung ke Danau Toba (sumber: kompas.id)
Raja Belanda Willem-Alexander dan Ratu Maxima Zorreguieta Cerruti saat berkunjung ke Danau Toba (sumber: kompas.id)

Ada baiknya, justru direct flight menuju DTB yang diperluas, atau setidaknya rute KNO-DTB dihidupkan kembali, sehingga KNO bisa menjadi hub dari berbagai bandara lain yang belum direct ke DTB. Dalam regional Sumatera saja, potensinya cukup besar, misalnya dari Batam, Palembang, Pekanbaru, Aceh, Padang. Untuk luar Sumatera, bila memungkinkan selain Jakarta, dari Bandung atau bahkan Balikpapan juga punya potensi untuk menarik calon penumpang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun