Apa yang banyak dilakukan orang saat seorang diri duduk diam menunggu? Ada bermacam-macam dugaan yang muncul. Misalnya, di era kekinian, kebanyakan kaum hawa akan mengarahkan gawainya menyorot sekeliling lalu dipajang di instagram story atau whatsapp status. Ini masih dugaan lho. Kalau sambil membaca anda merasa itu sebuah fakta, mungkin anda bisa tersenyum ataupun bergumam dalam hati,"Iya bener juga ya".
Lalu, di saat kita kumpul bersama teman-teman, apa yang umum kita lakukan? Ayo-ayo foto dulu! Pertama-tama, kita minta tolong orang lain untuk mengambil foto dengan kamera kita. Setelah beberapa kali jepret, sambil mengucapkan terima kasih, kita mulai memeriksa hasil jepretan. Sudah tahu kan, masing-masing akan fokus ke pose dirinya dan mulai mengomentari.
"Rambut aku berantakan", "Pipiku kelihatan kayak bakpao", dan sebagainya. Apa yang terjadi kemudian? Ya, berswafoto. Sambil merapi-rapikan rambut, mengatur pose, dan menentukan angle yang bagus, lalu jepret!
Fotografer yang sudah malang melintang merekam banyak kenangan di Indonesia ini mengatakan bahwa mobilephone yang kini sudah umum dilengkapi dengan kamera menjadi alat yang handal untuk membuat foto. Bahkan, dalam beberapa headline Kompas, foto yang digunakan berasal dari jepretan smartphone biasa buatan negeri tirai bambu.
Pengalaman memang guru terbaik. Setiap kali berfoto bareng dengan Bang Arbain, dia pasti memberi masukan. Contohnya ketika salah seorang teman mengambil foto, ia menyuruh untuk membersihkan lensa kamera smartphone tersebut dan mengulang untuk mengambil foto. Dan benar saja, hasilnya berbeda. Empat aspek yang selalu ditekankan adalah teknis (yang sudah banyak auto), posisi, komposisi, dan momen. Ketiga terakhir tidak bisa auto, sehingga harus selalu diperhatikan ketika ingin menghasilkan foto yang bagus.
Melalui sharing yang sangat berharga dari pakarnya itu, Kompasianer pasti akan semakin giat untuk mengabadikan momen yang akan menjadi kenangan nantinya. Tapi, masalahnya selalu pada memori penyimpanan yang tidak mumpuni. Kalau ditanya setiap orang yang punya smartphone, kebanyakan pasti pernah merasakan low storage, storage space running out, out of memory, dan sebagainya.
Dengan sedikit kesal, kita harus mengecek beberapa aplikasi yang diduga menyedot memori besar. Tapi akan enggan sekali menghapus memori yang tersimpan di galeri, entah itu foto ataupun video. Kalau rajin, kita akan mengambil kabel data, dan memindahkan data-data ke dalam komputer, laptop atau hard disk external. Cukup melelahkan ya.
Idris Effendi, Country Manager SanDisk Indonesia bercerita tentang sejarah SanDisk yang didirikan dengan nama awal SunDisk pada tahun 1 Juni 1988 oleh tiga sekawan, Eli Harari, Jack Yuan dan Sanjay Mehrotra. Sudah 30 tahun berpengalaman menghasilkan produk elektronik yang mendukung mobilitas penggunanya. Lalu pada tahun 2016, Western Digital melakukan akuisisi terhadap SanDisk untuk semakin menguatkan portofolio inovasi produk mereka, alhasil lebih dari 5000 paten kontribusi mereka hingga saat ini.
Melihat hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh IDC Worldwide Digital Image 2015--2019 Forecast: The Image Capture and Share Bible (February 2015 # 254256), dikatakan bahwa ada sekitar 1,6 triliun foto yang sudah dihasilkan dari kamera digital, 7 dari 10 foto berasal dari mobile phone. Ada empat miliar video yang ditonton di Facebook dan 300 jam video yang diunggah ke Youtube setiap menit. Ini membuktikan bahwa kebutuhan akan kenangan-kenangan yang perlu dibagikan di media sosial akan semakin bertambah.