Mohon tunggu...
Niko Simamora
Niko Simamora Mohon Tunggu... Pengajar - Menulis

@nikomamora~\r\nnikosimamora.wordpress.com~\r\nniko_smora@live.com\r\n

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Ini Cara Menampung Kenangan Lebih Banyak Lagi

3 Juni 2018   20:05 Diperbarui: 3 Juni 2018   20:30 667
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kenangan tidak ingin hilang begitu saja (sumber: lovethispic.com)

Apa yang banyak dilakukan orang saat seorang diri duduk diam menunggu? Ada bermacam-macam dugaan yang muncul. Misalnya, di era kekinian, kebanyakan kaum hawa akan mengarahkan gawainya menyorot sekeliling lalu dipajang di instagram story atau whatsapp status. Ini masih dugaan lho. Kalau sambil membaca anda merasa itu sebuah fakta, mungkin anda bisa tersenyum ataupun bergumam dalam hati,"Iya bener juga ya".

Lalu, di saat kita kumpul bersama teman-teman, apa yang umum kita lakukan? Ayo-ayo foto dulu! Pertama-tama, kita minta tolong orang lain untuk mengambil foto dengan kamera kita. Setelah beberapa kali jepret, sambil mengucapkan terima kasih, kita mulai memeriksa hasil jepretan. Sudah tahu kan, masing-masing akan fokus ke pose dirinya dan mulai mengomentari.

"Rambut aku berantakan", "Pipiku kelihatan kayak bakpao", dan sebagainya. Apa yang terjadi kemudian? Ya, berswafoto. Sambil merapi-rapikan rambut, mengatur pose, dan menentukan angle yang bagus, lalu jepret!

Menunggu seringkali harus menunduk. (sumber: https://stocksnap.io/photo/4I7ON97NCB)
Menunggu seringkali harus menunduk. (sumber: https://stocksnap.io/photo/4I7ON97NCB)
Era memang sudah berubah. Mobile Photography. Istilah yang disebutkan oleh salah satu begawan fotografi Indonesia, Arbein Rambey ketika berkesempatan sharing dalam ngabuburit bersama Sandisk di bilangan Jakarta Pusat, Rabu (30/5).

Fotografer yang sudah malang melintang merekam banyak kenangan di Indonesia ini mengatakan bahwa mobilephone yang kini sudah umum dilengkapi dengan kamera menjadi alat yang handal untuk membuat foto. Bahkan, dalam beberapa headline Kompas, foto yang digunakan berasal dari jepretan smartphone biasa buatan negeri tirai bambu.

Pengalaman memang guru terbaik. Setiap kali berfoto bareng dengan Bang Arbain, dia pasti memberi masukan. Contohnya ketika salah seorang teman mengambil foto, ia menyuruh untuk membersihkan lensa kamera smartphone tersebut dan mengulang untuk mengambil foto. Dan benar saja, hasilnya berbeda. Empat aspek yang selalu ditekankan adalah teknis (yang sudah banyak auto), posisi, komposisi, dan momen. Ketiga terakhir tidak bisa auto, sehingga harus selalu diperhatikan ketika ingin menghasilkan foto yang bagus.

Melalui sharing yang sangat berharga dari pakarnya itu, Kompasianer pasti akan semakin giat untuk mengabadikan momen yang akan menjadi kenangan nantinya. Tapi, masalahnya selalu pada memori penyimpanan yang tidak mumpuni. Kalau ditanya setiap orang yang punya smartphone, kebanyakan pasti pernah merasakan low storage, storage space running out, out of memory, dan sebagainya.

Dengan sedikit kesal, kita harus mengecek beberapa aplikasi yang diduga menyedot memori besar. Tapi akan enggan sekali menghapus memori yang tersimpan di galeri, entah itu foto ataupun video. Kalau rajin, kita akan mengambil kabel data, dan memindahkan data-data ke dalam komputer, laptop atau hard disk external. Cukup melelahkan ya.

Idris Effendi dan Arbain Rambey dalam Kompasiana Nangkring bersama SanDisk (sumber: dokumentasi pribadi)
Idris Effendi dan Arbain Rambey dalam Kompasiana Nangkring bersama SanDisk (sumber: dokumentasi pribadi)
Untuk menjawab masalah itu, Sandisk menghadirkan produk Dual Drive yang memudahkan untuk berbagi memori di mobile phone kita. Dual drive adalah alat penyimpanan berupa USB drive yang memiliki dual konektor sehingga bisa digunakan secara praktis di smartphone dan komputer/laptop. Produk handal ini memungkinkan kita untuk backup, berbagi, dan mengosongkan memori di smartphone sebelum digunakan untuk merekam kenangan-kenangan semakin banyak lagi.

Idris Effendi, Country Manager SanDisk Indonesia bercerita tentang sejarah SanDisk yang didirikan dengan nama awal SunDisk pada tahun 1 Juni 1988 oleh tiga sekawan, Eli Harari, Jack Yuan dan Sanjay Mehrotra. Sudah 30 tahun berpengalaman menghasilkan produk elektronik yang mendukung mobilitas penggunanya. Lalu pada tahun 2016, Western Digital melakukan akuisisi terhadap SanDisk untuk semakin menguatkan portofolio inovasi produk mereka, alhasil lebih dari 5000 paten kontribusi mereka hingga saat ini.

Melihat hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh IDC Worldwide Digital Image 2015--2019 Forecast: The Image Capture and Share Bible (February 2015 # 254256), dikatakan bahwa ada sekitar 1,6 triliun foto yang sudah dihasilkan dari kamera digital, 7 dari 10 foto berasal dari mobile phone. Ada empat miliar video yang ditonton di Facebook dan 300 jam video yang diunggah ke Youtube setiap menit. Ini membuktikan bahwa kebutuhan akan kenangan-kenangan yang perlu dibagikan di media sosial akan semakin bertambah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun