Novel perdana dari seorang purnawirawan jendral, TB Silalahi ini berjudul “ToBa Dreams” yang diterbitkan oleh Kaurama Buana Antara, termasuk novel dengan kisah yang menarik tentang kehidupan keluarga dan proses pencapaian cita-cita yang terkadang tidak sesuai dengan apa yang diinginkan.
Novel ini menceritakan seorang pensiunan tentara bernama Tumpak Bonar (yang akrab dipanggil Sersan Tebe), yang memilih untuk kembali ke kampung halamannya setelah memasuki masa pensiun. Ia adalah seorang prajurit teladan, penuh dedikasi, dan memiliki integritas. Bagaimana ia menghadapi pro dan kontra keluarga dalam menerima keputusan tersebut; bagaimana kesannya ketika melihat keluarganya menjalani kehidupan yang berbeda di kampung bila dibandingkan dengan di kota; bagaimana ia berusaha untuk selalu memberikan manfaat bagi kampung halamannya, dan terutama adalah ketegarannya menghadapi sikap anak sulung yang jauh sekali dari apa yang diharapkan dan mereka acapkali terlibat dalam perbedaan pandangan.
Tokoh lain dalam novel ini adalah Ronggur, putra sulung Sersan Tebe yang mudah bergaul dan setia kawan, namun hidupnya tidak sesuai dengan harapan ayahnya. Kerapkali berbeda pendapat dengan Sersan Tebe terutama saat memutuskan untuk pulang kampung. Kisah cintanya bersama Andini pun menjadi motivasinya untuk kembali ke Jakarta. Apapun Ronggur lakukan demi dapat membuktikan bahwa ia bisa menjadi seorang yang kaya.
Peran lain yang cukup menarik adalah Kristin, istri Sersan Tebe yang sempat tidak setuju dengan keputusan suaminya namun harus menunjukkan kesetiaan yang tinggi terhadap pilihan suaminya, menjadi penengah yang menyejukkan suasana bagi suami dan anak sulung Ronggur setiap kali terjadi cekcok di antara mereka. Ia pun hadir sebagai menantu idaman di tengah-tengah keluarga Sersan Tebe dan terutama menjadi ibu yang sangat penyayang bagi semua anak-anaknya, termasuk Sumurung dan Taruli serta menantunya Andini, istri Ronggur.
Sikap Sersan Tebe sebagai seorang prajurit yang tegas dan disiplin terbawa dalam cara ia memimpin di lingkungan keluarganya. Kristin sebagai seorang istri, dalam banyak hal bisa menerima dan lebih banyak turut kepada suaminya. Sumurung dan Taruli, adik Ronggur pun patuh terhadap cara ayahnya mendidik. Namun bagi Ronggur yang menjadi anak sulungnya dalam banyak hal tidak pernah mengikuti keinginan ayahnya. Bahkan Sersan Tebe cukup kecewa dengan Ronggur bila dibandingkan dengan keponakannya yang lebih mandiri.
Namun di lingkungan pekerjaan, Sersan Tebe tetap menjadi teladan, terutama bagi juniornya prajurit-prajurit di kesatuannya. Kesan itu tampak ketika hari terakhir Sersan Tebe bertugas sebagai tentara di kesatuan... Segenap prajurit yang mengenalnya mengelu-elukannya. Sikap teladan itu terbawa ketika Sersan Tebe kembali ke kampung halamannya dan berbuat banyak hal yang bermanfaat bagi masyarakat di kampungnya tersebut.
Ronggur memilih jalan yang berbeda dengan ayahnya. Ia melarikan diri dari kampung halamannya dan kembali ke Jakarta. Ronggur ingin membuktikan bahwa ia bisa mencapai sukses di Jakarta dengan caranya sendiri. Ia berhasil mengajak Andini menikah di gereja dan lalu kembali hidup ke kota. Ronggur pun terjebak dalam pekerjaannya sebagai bagian dari mafia narkoba demi bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Namun, di lain sisi istri dan anaknya, Choki menjadi kurang perhatian.
Resiko pekerjaan yang dihadapi Ronggur membawanya ke dalam masalah besar. Ia susah untuk keluar dari lingkaran setan tersebut sehingga ia harus mengamankan keluarganya ke kampung halaman, sementara ia akan menyusul dan berencana tinggal di sana sampai keadaan sudah aman. Namun apa yang terjadi, Ronggur harus mengakhiri hidup yang tragis ketika ditembak mati oleh orang yang tak dikenal pada saat terjadi penyergapan oleh polisi. Ronggur mati di pangkuan ayahnya, Sersan Tebe.
Hidup harus berjalan, Sersan Tebe tetap tegar melepas kepergian anaknya. Andini dan Choky yang sudah kembali memeluk Islam memilih untuk hidup di Jakarta. Sersan Tebe berharap cucunya dapat melanjutkan cita-citanya menjadi seorang Jenderal.
Novel ini ditulis dengan gaya dan pendekatan masa kini. TB Silalahi membuat konsep dan menghadirkan dirinya dalam novel ini. Kalimat-kalimat yang terdapat dalam percakapan seringkali adalah gambaran dialek orang Batak asli. Namun, untuk percakapan ala anak muda, TB Silalahi tentu berkonsultasi dengan editor sehingga bisa menyentuh tren masa kini.
Beberapa pesan yang dapat diambil pelajaran dari novel ini di antaranya: (1) nilai patriotisme harus selalu diterapkan dan disesuaikan dengan lingkungan; (2) kepemimpinan dalam keluarga sangat mempengaruhi seluruh anggota keluarga (3)mengejar mimpi membutuhkan kerja keras, namun tetap harus berada di jalur yang positif.
Hal yang utama yang bisa dianggap menjadi kekurangan dari novel ini adalah soal tema. Kebanyakan pembaca pasti akan berharap bahwa novel ini akan menceritakan tentang perjalanan hidup penulisnya sehingga ketika selesai membaca belum bisa sepenuhnya menerima hal tersebut. Selain itu gaya penceritaannya memang disesuaikan dengan tren saat ini. Ini pun sebenarnya bisa menjadi kekuatan karena bagaimana TB Silalahi membawa semua pembaca bisa memahami jiwanya dalam tulisan ini meski berbeda generasi.
Novel ini cukup kuat karena isi ceritanya merupakan jiwa penulisnya yang ingin memberikan gambaran kehidupan yang sesungguhnya, dalam satu hal ada keberhasilan dalam hal lain ada kegagalan dalam meraih mimpi. Itulah hakikat manusia, penuh ketidaksempurnaan.
[caption id="" align="aligncenter" width="445" caption="Novel ToBa Dreams (sumber: kaurama.com)"][/caption]
Judul : ToBa Dreams
Pengarang : TB Silalahi
Penerbit : PT Kaurama Buana Antara
Tahun terbit : 2015
Tebal halaman : 260 halaman
Ukuran buku : 14 cm x 20,9 cm
ISBN : 978-602-72024-0-5
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H