Halo semua, Â kalian pasti tidak asing lagi dengan perkembangan sepakbola nasional. Sepakbola berkembang di Indonesia sejak era Kolonial Hindia Belanda. Namun kita tidak membahas tentang hal itu, kali ini kita akan membahas tentang "Permasalahan Klub baru". Kita ketahui banyak klub-klub baru bermunculan pada tahun 2016 hingga sekarang.Â
PSSI sebagai induk Federasi sepakbola Indonesia memegang kuasa terkait semua kendali dalam sepakbola Indonesia. Kita sudah tidak heran lagi tentang apa yang terjadi dalam sepakbola Indonesia, mulai dari masalah perpecahan di federasi, dualisme dan masih banyak lagi.Â
Munculnya klub baru di kancah sepakbola nasional menimbulkan permasalahan baru di Indonesia. PSSI sebagai induk federasi sepakbola Indonesia bukannya memperbaiki masalah utama untuk kemajuan sepakbola Indonesia tetapi menambah daftar masalah baru di kancah persepakbolaan nasional ini.
Klub-klub baru mulai mengisi keanggotaan PSSI pada tahun 2016 ketika PSSI baru saja keluar dari sanksi FIFA, timbulnya klub baru ini bagi para penikmat sepakbola nasional cukup membingungkan. Hal ini ditakuti oleh para penikmat sepakbola Indonesia karena khawatir akan timbulnya dualisme lagi di antara klub.Â
Seperti yang terjadi pada saat IPL dan ISL, munculnya klub baru terjadi di era beberapa tahun yang lalu membuat PSSI dijatuhi sanksi oleh FIFA. Ini menimbulkan tanda tanya besar bagi penikmat sepakbola Indonesia, mengapa PSSI dengan mudah menerima klub baru sebagai anggota, sedangkan puluhan klub yang sudah ada masih belum terkoordinir dengan baik?.
Banyak aspek yang melatar belakangi munculnya klub baru di Indonesia dan juga ada dampak baik maupun buruknya. Dampak baik dari adanya klub baru atau merger ialah mengurangi masalah finansial dan memiliki visi-misi mengembangkan sepakbola Indonesia secara modern dan mandiri, baik secara pengelolaan finansial maupun pengelolaan sepakbola pendidikan usia muda. Sedangkan dampak buruknya hubungan antar penikmat sepakbola atau suporter terpecah menjadi dua kubu, munculnya persaingan baru bagi klub-klub lama.
Krisis finansial adalah alasan utama pemilik klub menjual klubnya ke pihak investor baru atau memilih merger dengan beberapa perjanjian dan persyaratan. Banyak klub-klub di Indonesia diakuisisi kepemilikannya, diganti namanya dan bisa masuk kompetisi nasional dengan mudah tanpa adanya verifikasi lanjut. Hal ini dapat dengan mudah dilakukan, namun bisa berdampak pada lisensi dari federasi dunia FIFA Â dan federasi wilayah AFC.Â
Contoh kasus klub baru di Indonesia kendala umur kesebelasan sempat menghalangi Bhayangkara FC untuk tampil di Piala AFC 2018/19. Menjuarai Liga 1 2017, Bhayangkara gagal mendapatkan lisensi dari AFC karena usianya belum genap dua tahun. Nama Bhayangkara FC digunakan sejak September 2016. Saat mereka meminta persetujuan AFC, umur mereka baru satu tahun.
Perubahan nama semata sebenarnya tak akan menghalangi Klub-klub baru yang ada di Indonesia jika kelak ikut kompetisi Asia. Karena masalah utama Bhayangkara saat itu, selain usia klub, adalah terkait legalitas dan laporan finansial yang belum rampung.
Seharusnya, PSSI berfokus pada perkembangan sepakbola Indonesia dengan memanfaatkan banyaknya klub-klub di Indonesia sebagai pembinaan utama dan memperbaiki aspek yang selama ini mengganggu perkembangan sepakbola. Banyaknya klub baru bisa juga menambah masalah di masa yang akan datang. Inilah yang harus benar-benar di perhatikan oleh PSSI jangan untuk waktu jangka pendek saja.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H