Kalau kita melihat secara kasat mata ke langit, kita menyaksikan dan menikmati betapi indahnya bintang-bintang memancarkan cahaya terlepas apakah itu bintang benaran atau bintang palsu. Secara alami bintang yang sesungguhnya bintang memancarkan cahaya sebagai hasil dari reaksi nuklir. Tetapi ternyata ada juga bintang palsu atau "bintang semu" bukan bintang yang sesungguhnya karena planet yang memantulkan cahaya dari bintang  lain dan terlihat di langit  seperti sebuah bintang yang asli alias bintang-bintangan.
Bintang  kehormatan yang jelas diberikan  kepada orang yang berjasa kepada bangsa dan negara. Tentu dengan berbagai syarat umum dan syarat khusus yang dipenuhi oleh calon penerima. Mengapa orang mendapat bintang kehormatan?  Menurut hemad penulis mereka layak mendapat bintang kehormatan karena mereka laksana bintang yang bercahaya dalam memberikan kesaksian hidup untuk kepentingan keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.
Seperti bintang yang bercahaya sebagai hasil dari reaksi nuklir yang menghasilkan energi di dalamnya demikian pun penerima bintang kehormatan bercahaya bukan karena reaksi nuklir yang mengahasilkan energi yang ada dalam diri mereka, tetapi mereka bercahaya melalui sikap dan tindakannya yang tulus dan ikhlas untuk kepentingan bangsa dan negara karena Tuhan menggerakan hati mereka sebagai reaksi nuklir sehingga menghasilkan energi cahaya dalam hati dan hidup mereka.
Dalam konteks politik tentu saja banyak hal yang menjadi pertimbangan pemberi dan yang mengetahui alasan pemberian bintang kehormatan  itu hanyalah pemberi dan Tuhan yang mengetahui secara persis. Sedangkan orang lain hanya menduga-duga. Bisa saja salah menduga dan bisa saja benar dugaan itu.
Tetapi sebaliknya pemberian bintang kehormatan bukan saja tergantung pada pemberi, tetapi penerima juga mempunyai hak untuk menolak karena mungkin merasa belum pantas dan layak untuk menerima penghargaan setinggi itu. Karena kalau menerima tanggung jawab moralnya sangat tinggi bukan saja kepada diri sendiri, bukan saja kepada keluarga, bukan saja kepada masyarakat, bukan saja kepada bangsa dan negara tetapi lebih dari itu tanggung jawab moral kepada Tuhan.
Orang yang menerima sesuai dengan kepantasan dan kelayakan selaras dengan sikap dan tindakannya dalam realitas kehidupan. Dalam rangkah mewujudkan nilai-nilai kebajikan dan kebijaksanaan kebangsaan akan merasa bahagia, tenang dan tentram, adem ayem ketika menerima bintang penghargaan itu.
Penulis berkeyakinan semua penerima penghargaan Bintang Mahaputera Nararya tahun ini bahagia menerima bintang kehormatan itu karena mereka merasa pantas dan layak menerimanya sesuai dengan sikap dan tindakan yang mulia, baik, tulus dan jujur sesuai dengan keutamaan-keutamaan  untuk kepentingan bangsa dan negara yang sudah mereka lakukan.
Menurut penulis pemberian penghargaan Bintang Mahaputra Nararya tahun ini tanpa membeda-bedakan pilihan politik, yang menunjukan bahwa pemerintahan Presiden Joko Widodo sangat obyektif dan dewasa berdemokrasi sehingga sepedas apapun kritik mampu menfilterisasi menjadi suatu hal yang sangat positif dan elegan.
Sikap dewasa menerima kritikan pemerintah Joko Widodo ini, ditunjukan melalui sikap berlapang dada dan berjiwa besar memilih tokoh yang sangat fenomenal yaitu politikus yang menjadi sorotan, yakni Fadli Zon dan Fahri Hamzah sebagai salah satu calon penerima penghargaan Mahaputra Nararya tahun ini. Penulis berpandangan bahwa pemilihan kedua tokoh politik ini sangatlah tepat. Mengapa dikatakan sebagai momen yang sangat penting dan tepat? Menjadi momen yang sangat penting untuk menunjukan kepada warga bangsa dan kepada dunia bahwa bangsa kita adalah bangsa yang sudah dewasa dan matang berdemokrasi.
Oleh sebab itu, saudara-saudaraku sebangsa dan setanah air, mari kita semua sebagai saudara dalam satu rumah bangsa mengintrospeksi, membuka pandangan seluas-luasnya, bahwa dalam politik tidak ada kawan dan tidak ada lawan yang ada adalah kepentingan. Marilah kita bersama sebagai saudara menyadari  bahwa perbedaan pilihan dalam konteks mematangkan demokrasi adalah hal yang wajar. Ketika pemenang pemilu telah ditetapkan berdasarkan hukum, itu kemenangan seluruh rakyat, walau bukan pilihan kita yang menang.
Sebaliknya yang kalah menerima dengan lapang dada dan jiwa yang besar mengakui kekalahan serta menujukan sikap mendukung yang menang sebagaimana ditunjukan oleh Menteri pertahanan Prabowo Subianto dan Presiden Joko Widodo yang merangkum yang kalah untuk membangun kekuatan, bersinergi bersama sebagai saudara. Sinergitas seperti inilah sikap yang menunjukkan kedewasaan dalam berdemokrasi, sikap yang layak kita turunkan kepada anak-cucu, kepada ahli waris generasi penerus bangsa sebagai pewaris NKRI.