Mohon tunggu...
Nikolas Sinar Naibaho
Nikolas Sinar Naibaho Mohon Tunggu... Wiraswasta - Ketua Umum YAYASAN SIRAJABATAK dan Pimpinan SK Sinarnews

Pembenci hanyalah pengagum yang bingung , karena mereka tidak tahu alasan mengapa semua orang mencintaimu .

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Paman dan Keponakan dalam Adat Batak

22 Desember 2023   13:09 Diperbarui: 22 Desember 2023   13:55 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Paman dan keponakan dalam adat batak Toba
 

Dalam adat batak toba , ada umpasa  / peribahasa yang sering diungkapkan  "Amak do rere , Dakka do Dupang , Anak do bere. Damang do Tulang."
Tulang artinya Paman , Bere artinya keponakan , dimana pada adat batak  mentradisikan hubungan Tulang dan bere ini seperti hubungan Ayah dan anak .
Tulang pada Batak Toba memiliki fungsi, peran sangat strategis sehingga keberadaan Tulang pada ulaon adat tidak boleh diabaikan atau disepelekan yang merupakan salah satu unsur Dalihan Na Tolu (DNT) .

Namun pada era belakangan ini keberadaan tulang terkadang tidak begitu dipentingkan oleh sebahagian orang terlebih setelah berumah tangga/kawin (baca: marhasohotan) dengan wanita bukan boru ni tulang (baca: ndang mangalap boru ni tulang). Si Bere cenderung hanya menghormati dan mementingkan mertuanya dibandingkan tulangnya hingga muncul adagium "tulang ni na mate" yang mencerminkan kerenggangan hubungan antara tulang dengan berenya. Bila hubungan tulang dengan bere selalu harmonis semasa hidup tidak akan muncul istilah "tulang ni na mate". Tetapi pasca perkawinan seorang bere tidak pernah lagi berhubungan dengan tulangnya sebab si bere cenderung hanya berfokus pada mertua (baca: simatua / hula hula ) yakni orangtua dari istrinya.

Padahal fungsi dan peran tulang terhadap bere pada Batak-Toba sungguh sangat penting sejak dari lahir, berumah tangga/ sohot , meninggal, dan mengongkal holi. Selanjutnya, ada ungkapan Batak-Toba menyatakan "tulang tidak bisa diganti, sedangkan mertua bisa berganti " yang menunjukkan betapa tingginya eksistensi tulang pada Batak-Toba. Mengganti  ibu kandung (baca: inang pangintubu) tidak bisa dilakukan dengan cara apapun dan Tulang adalah saudara laki-laki ibu kandung yang juga tidak bisa digantikan .

  Pemahaman demikian harus diketahui dengan baik dan benar sehingga tidak ditemukan istilah "tulang ni na mate" atau menganggap enteng terhadap tulangnya , sembari mengagung agungkan mertuanya saja. Sementara bila terdesak misalnya ketika meninggal akan mencari-cari tulangnya agar ada pasahat ulos Saput atau ulos Tujung.

Tulang do sitopak parsambubuan

Ketika anak pertama lahir (baca: anak buha baju) maka mertua membawa sipanganon aek ni unte sekaligus mamoholi si anak baru lahir tersebut. Dan ketika si anak berumur beberapa bulan maka orang tua si anak membawa anaknya ke rumah ompung baonya dengan membawa sipanganon na tabo songon tungkol tangga karena baru pertama kali si bayi tersebut datang ke rumah ompung baonya (orang tua istri).

Setelah sampai di rumah ompung baonya maka orang tua si anak paabingkon si bayi kepada tulangnya, dan biasanya pada saat itulah tulangnya menggunting (baca: manimburi) rambut berenya.   Menggunting rambut (manimburi) bertujuan agar ubun ubun (baca: parsambubuan) si bayi menjadi kuat dan keras yang bermakna supaya si bayi sehat-sehat dan panjang umur. Tulang si bayi selanjutnya mengatakan," magodang ma ho bere, dao ma sahit-sahit sian ho. Magodang-godang ansimun ma ho, ulluson pura-pura ". Asa songon nidok ni umpasa "Dangka ni sitorop tanggo pinangait-aithon, simbur magodang ma ho bere sitongka ma panahit-nahiton".

Selanjutnya, bila si orang tua bayi telah merencanakan nama bayinya maka tulang bisa menambah nama berenya. Karena itu, fungsi, peran tulang terhadap berenya sangatlah penting sebagai sitopak parsambubuan. Dan selanjutnya tulang akan memberi ulos Parompa (kain gendongan) terhadap berenya sembari mengatakan," marompa anak dohot boru ma ho berekku , ima dongan mu marsipairing-iringan".

Oleh sebab itu, paabingkon bere tu tulangna merupakan salah satu ulaon Batak-Toba yang menggambarkan betapa perlu, pentingnya tulang pada Batak-Toba. Tetapi pada era belakangan ini ulaon paabingkon bere kepada tulangnya, sekaligus memangkas rambut bere pertama kalinya sepertinya sudah jarang dilakukan terlebih di perantauan dan kota-kota besar. Padahal paabingkon bere, memangkas rambut (baca: manimburi) merupakan penghormatan paling pertama dari seorang bere kepada tulangnya. Makna tulang sitopak parsambubuan sudah cenderung sebatas kata-kata saja yang lama kelamaan hilang begitu saja. Akibatnya, fungsi, peran tulang terhadap berenya semakin menipis bahkan hilang sama sekali.


Tulang paborhat laho mangoli

Salah satu jenis ulaon Batak-Toba adalah Manulangi Tulang setelah berenya beranjak dewasa (baca: naeng marhasohotan/mangoli). Orang tua membawa anak-anaknya manulangi tulang dengan maksud agar tulangnya memberi restu kepada berenya melangkah dan/atau kawin/berumah tangga (baca: mangoli/marhasohotan) karena sudah lajang (baca: doli-doli) sehingga sudah pantas membentuk rumah tangga atau kawin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun