Pada zaman yang amat dahulu kala, tepatnya ketika zaman es masih menguasai seluruh bumi, hiduplah seorang pria bernama Aita. Aita adalah pemburu yang hebat. Semua hewan takut padanya, aungan macan bertaring panjang pun tak mempan padanya.
Zaman es memang bisa dikatakan masa-masa puasa bagi manusia di zaman itu. Cadangan makanan harus dihemat, makan cukup 2 kali saja sehari, pagi dan malam. Akan tetapi tidak buat Aita.
Aita cukup rakus dalam proses alamiah manusia ini (makan). Dia bisa makan 3 - 5 kali sehari. Dia juga sering menyisakan dan membuang-buang makanan. Ini wajar sih, karena dia memang tangguh dalam 'mencari' makan dengan berburu.Tak heran, ibunya sering menasehatinya.
Suatu waktu, terjadi migrasi besar-besaran hewan purba. Hal ini sangat tidak disangka sekali oleh Aita dan orang di desanya. Sudah 2 - 3 hari ini buruan yang didapat hanya sedikit.
Walau kondisinya seperti itu, Aita tetap tidak bisa menghilangkan tabiat buruknya itu. Sehingga membuat cadangan makanan makin menipis.
Akhirnya, semua warga desa termasuk Aita juga bermigrasi ke tempat yang lebih banyak sumber makanan. Tapi na'as, dalam perjalanan itu Aita gugur termakan oleh sekelompok serigala buas.
Jarum jam weker menunjuk pukul 6 pagi, ternyata kisah zaman es tadi adalah mimpi buruk Aita, seorang anak kecil laki-laki, yang suka menyisakan makanan. Mimpi yang buruk bagi Aita di malam itu, yang ditunjukkan keringat yang membasahi tidurnya.
Pagi itu, sebelum berangkat sekolah, disiapkannya sarapan buat Aita, yaitu sepiring nasi goreng. Menu biasa dan harian ala ibu Aita. Tapi nasi goreng hari ini begitu beda buat Aita. Rasanya terasa lebih nikmat, walaupun sama saja sih, dan nasi gorengnya habis dilahap Aita tanpa menyisakan sebutir nasi pun.
Wahhh, dan Aita sejak itu berubah, lebih menghargai dan mensyukuri apa yang telah dia dapat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H