Mohon tunggu...
Nikolas Soniadhi
Nikolas Soniadhi Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Universitas Diponegoro

Hi there !! please enjoy my content

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pembunuhan Tragis Supir Taksi "Online"

30 Januari 2018   21:14 Diperbarui: 31 Januari 2018   07:02 456
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kasus pembunuhan yang terjadi pada sopir jasa angkutan Online, kembali melanda. Pembunuhan dengan berbagai motif dilancarkan terhadap para pemilik kendaraan yang memberikan layanan angkutan Online. Beragam cara dilakukan demi mendapatkan apa pun yang diincar dari pemilik kendaraan bermotor tersebut, mulai dari uang yang telah mereka kumpulkan, barang berharga, hingga kendaraan yang mereka gunakan itu sendiri.

Salah satu kisah tragis dialami oleh driver grabcar sekaligus Go-Car yang meninggal pada 20 Januari 2018, karena digorok oleh pelaku yang diduga masih pelajar. Kisah bermula kala pemesanan Go-Car oleh pelaku (2 orang) menuju perumahan Korpri Sambiroto, pelaku memang sudah mempersiapkan strateginya dengan membawa belati sebelum berangkat menggunakan Grand livina yang dikemudikan oleh Dani Setiawan sebagai kendaraan taksi online yang telah ditarget.

Setelah sampai tempat tujuan, perjalanan diubah menuju tempat lain oleh pelaku dengan alasan kurangnya uang untuk membayar. Selanjutnya, setelah sampai, driver-pun digorok hingga mati dan mayatnya dibuang pada jalan Cendana Selatan.

Setelah pembunuhan berlangsung, mobil korban ditemukan di jalan HOS Cokroaminoto sebagai tempat sementara bagi mobil yang diincar oleh pelaku. Kondisi mobil saat ditemukan yakni daerah pengemudi dipenuhi dengan berkas darah yang merupakan pertanda terjadinya pembunuhan dalam mobil tersebut.

Pembunuhan ini membuat resah warga di sekitar tempat kejadian terkhusus wilayah sekitar jalan HOS Cokroaminoto, terutama dikarenakan keberadaan mobil Grand livina yang terparkir secara tidak semestinya dan dipenuhi dengan bercak darah.

Penulis sendiri sempat menemui tempat kejadian saat reka ulang kejadian dilaksanakan hingga jalan menjadi cukup ramai. Informasi akhirnya mulai didapat melalui keterangan warga di sekitar lokasi yang mengaku dikagetkan dengan kejadian tersebut terutama setelah mendengar bila pelaku ialah 2 orang  pelajar. Tentu hal ini meresahkan warga karena usia pelajar tidak selayaknya melakukan hal tersebut. Di sisi lain hal ini tentu membuat rasa takut dan waswas yang lebih, semenjak pelaku tidak dapat diduga berdasarkan umur, tingkah laku, dan fisik.

Karena tempat kejadian dasarnya merupakan tempat yang masih sering dilalui kendaraan karena berdekatan dengan masjid menyebabkan terungkapnya kasus semakin cepat, didukung dengan bantuan teknologi melalui pelacakan dengan aplikasi bersangkutan. Kemudahan penyampaian informasi berperan besar dalam kasus ini, mulai dari aplikasi yang melacak tempat terakhir berserta laporan warga setempat yang meyakinkan aparat untuk menemukan pelaku dan melacak kejadian.

Maraknya kasus terhadap jasa angkutan online menuntut kewaspadaan lebih daripada para sopir yang memberi jasa angkutan, penyedia layanan, warga dan juga partisipasi pemerintah untuk menjamin keamanan secara keseluruhan, terkhusus pada malam hari di mana tingkat kriminalitas meningkat. Peran serta orang tua juga diperlukan dalam mengarahkan mental dan tingkah laku anaknya.

Menurut Penulis tindakan pembunuhan merupakan tindakan yang melanggar berbagai aspek kehidupan khususnya HAM. Pembunuhan harus ditindak dengan tegas sehingga meminimalisir kejadian serupa ke depannya. Pelaku harus disadarkan bila tindakan yang dilakukannya merupakan tindakan yang salah dan tidak sesuai dengan norma. Salah satu cara yang dapat dilakukan ialah dengan memberikan hukuman yang sesuai dengan hukum.

Pembunuhan dengan tujuan mengambil harta benda dari korban, merupakan cara yang sangat tidak terpuji karena mengorbankan nyawa hanya untuk kebutuhan duniawi yang seharusnya dapat diperoleh dengan cara lain yang halal. Permasalahan ekonomi pelaku tidak sebanding dengan nyawa korban yang menyangkut masalah sosial, politik, dan ekonomi pada keluarga yang ditinggalkan di mana efeknya lebih hebat. Oleh sebab itu, pelaku sudah melakukan kesalahan bertubi-tubi, mulai dari pembunuhan, pencurian, serta motif yang sangat tercela.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun