Mohon tunggu...
Nikodemus Yudho Sulistyo
Nikodemus Yudho Sulistyo Mohon Tunggu... Dosen - Menulis memberikan saya ruang untuk berdiskusi pada diri sendiri.

Saya bergabung di Kompasiana sekedar untuk berbagi mengenai beragam hal. Saya menyenangi semua yang berhubungan dengan bahasa, sosial, budaya dan filosofi. Untuk konten yang berhubungan dengan kritik sastra, dapat juga ditonton di kanal YouTube saya yang bisa diklik di link profil.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Popularitas Korean Pop

17 Januari 2013   13:42 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:19 1195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hiburan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

[caption id="attachment_330" align="aligncenter" width="256" caption="K-POP"][/caption] [Tulisan ini juga dapat dibaca di www.nikodemusoul.wordpress.com] Akhirnya, setelah lama jengah dengan kemunculan sub-kultur modern Korea yang dikenal dengan K-Wave/K-Pop yang mendadak wira-wiri dan memenuhi media massa dan informasi akhir-akhir ini, saya  memutuskan untuk menulis sedikit mengenai budaya pop negara Korea tersebut. Pada tulisan saya kali ini, meskipun dari judul cenderung merupakan analisis mengenai faktor-faktor pendukung mengapa K-Pop ini populer, saya rasa tulisan ini tidak akan sesederhana itu, karena saya berniat memberikan sedikit perbandingan dan hal-hal lain, terutama mungkin pada sub-kultur itu sendiri. Korean Pop Nah, lalu, apakah K-Pop [Korean Pop] itu sendiri? Secara sederhana, saya sendiri mendefinisikannya sebagai salah satu dari fenomena musik dunia yang berasal dari Korea Selatan. Korean Pop sendiri adalah bagian dari budaya pop modern Korsel, atau sub-kultur, bagian dari Korean Wave, yaitu beragam elemen seni dan hiburan modern Korsel. K-Pop kemudian merupakan sebuah industri musik yang pada awalnya hanya terkenal di dalam negeri, namun kemudian mulai dikenal di Asia, terutama Asia Timur dan Asia Tenggara dan mulai merambah ke beragam benua. K-Pop umumnya dicirikan dengan gaya musik pop atau contemporary R&B ala Amerika dengan sedikit nuansa timur, dikemas dalam bentuk solo atau boyband/girlband yang menonjol dalam hal fisik dan kemampuan menari. Yang menjadi ciri dari K-Pop ini tentu saja adalah penggunaan bahasa Korea. Pencirian lain dapat kita lihat dari kontroversi dan packaging yang mengikuti karir musisi, artis dan industri musik itu sendiri. Seperti operasi plastik yang dilakukan banyak musisi dan artis dalam industri musik tersebut, atau jumlah personil dalam sebuah boyband/girlband yang melebihi rata-rata boyband/girlband biasanya, seperti yang biasa didapatkan di industri musik Amerika. Latar Belakang Budaya Untuk melihat K-Pop secara utuh, ada baiknya kita bahas sedikit mengenai latar belakang budaya bangsa Korea. Ini tentu saja tidak bisa dielakkan, karena sedikit banyak sebuah sub-kultur sebuah negara pasti dipengaruhi oleh beragam budaya lain serta memiliki sebuah proses tertentu yang unik dan berbeda antara satu budaya dengan budaya lainnya. Sebagai contohnya, K-Pop sendiri jelas merupakan gaya musik dalam industri musik Korea yang sangat dipengaruhi budaya musik modern Amerika Serikat. Lalu, apa bedanya dengan negara-negara lain? Perlu diketahui bahwa setelah Perang Dunia II, Korea Selatan memiliki hubungan yang begitu erat dengan Amerika Serikat. Ini dikarenakan kemerdekaan Korea Selatan sendiri pada tanggal 15 Agustus 1945 [bayangkan, hanya 2 hari sebelum kemerdekaan bangsa Indonesia, tetapi lebih maju bertahun-tahun] diilhami dan didorong oleh kata-kata Woodrow Wilson, Presiden Amerika Serikat pada tahun 1919, yang dalam 14 pernyataannya terkanding self-determination [kemerdekaan dan kesatuan wilayah] sebagai prinsip dasar perjanjian perdamaian. Amerika Serikat dianggap sebagai negara pembebas yang membantu Korea Selatan merdeka dari penjajahan Jepang yang telah menguasai Jepang dan memimpin dengan kejam selama 36 tahun. Amerika Serikat juga dianggap sebagai negara yang melindungi Korea Selatan dari paham komunisme Uni Sovyet yang saat ini memecah Korea Selatan dan Korea Utara. Pandangan Korea Selatan yang ‘pro-barat’ ini memang agak berbeda dengan bangsa Indonesia yang melihat barat sebagai penjajah, karena memang Korea sendiri mengalami penderitaan ketika dijajah Jepang. Otomatis pengaruh Amerika Serikat sangat kuat dalam budaya modern Korea Selatan. Sedangkan budaya Jepang cukup mengakar dalam beragam elemen kebangsaan, karena walau hanya menjajah selama 36 tahun, Jepang sempat memaksa Korea Selatan untuk menggunakan semua hal yang ‘berbau’ Jepang, termasuk bahasa, tulisan, budaya, rumah, pakaian, dan pola pikir. Pada perkembangannya, dalam hal musik, Korea Selatan sendiri hanya mengenal gaya musik dari Jepang dan China sebelum Amerika Serikat masuk ke Korea dan mempengaruhi keseluruhan budaya pop mereka. Dengan hubungan Korea Selatan dan Amerika Serikat yang sangat erat setelah PD II, sekitar 1.500.000 orang Korea tinggal di Amerika. Ini yang menyebabkan tidak sedikit orang Korea yang memberikan sumbangsih pada dunia musik dunia yang dimulai dari Amerika. Ingat John Myung, pembetot bass yang mumpuni dari band progresif rock Dream Theater atau DJ Han, pembeset piringan turntable Linkin Park? Belum lagi orang-orang Korea yang terlibat dalam industri musik jazz atau musisi pengisi soundtrack film-film hollywood terkenal lainnya. Karir musisi-musisi kelas dunia ini tentu saja mempengaruhi industri musik di dalam negeri Korea sendiri. Pengaruh budaya Amerika menciptakan apa yang kita kenal dengan K-Pop saat ini. Sebenarnya serupa dengan J-Pop dan J-Culture yang juga sangat dipengaruhi oleh Amerika serikat dan negara-negara Eropa. Bedanya, J-Pop dan J-Culture masih lebih dahulu populer dan masih lebih kuat dibanding K-Pop, mengingat pada awal kemunculan K-Pop [pada tahun 1970-an dan mulai ramai kembali pada akhir 1990-an dan awal 2000-an], para musisi Korea ‘berjualan’ ke Jepang. Mungkin para penggemar J-Pop masih ingat dengan Boa atau Younha yang berkarir di Jepang dengan meluncurkan album-album dengan bahasa Jepang. Sampai saat ini pun K-Pop masih memiliki pasar di Jepang dan beradaptasi dengan Jepang itu sendiri. Sebagai contoh SNSD [So Nyeo Shi Dae] atau juga dikenal sebagai Girl’s Generation serta Kara masih memiliki album atau single versi bahasa Jepang. Ini membuktikan bahwa K-Pop tidak bisa dipungkiri memiliki pengaruh yang besar dari Amerika dan Jepang. Popularitas Korean Pop Seberapa populer sebenarnya K-Pop? Kita mungkin mendengar popularitas Rain, 2NE1 dan Girl’s Generation yang konon sudah dapat menembus dunia barat, Amerika tentunya. Tapi pada kenyataannya, K-Pop sendiri belum bisa dibandingkan dengan popularitas sub-kultur tetangganya, J-Pop atau J-Culture. Alasannya sederhana, di tingkat dunia Jepang sudah memiliki pengaruh budaya, teknologi dan informasi [bahkan politik] yang telah dulu lama tertanam di kehidupan sosial dunia dibandingkan Korea. Selain itu, budaya pop Jepang memiliki banyak elemen yang ‘lebih unggul’ dalam menanamkan propaganda budaya pada dunia. Lihat saja popularitas kartun dan komik ala Jepang [Anime dan Manga], budaya cosplay, J-Pop, J-Rock, Dorama dsb, yang tentu saja membawa musik Jepang lebih dominan di dunia. Sedangkan Korea sendiri masih ‘miskin’ elemen. Selain K-Pop ala solo, boyband/girlband, Korea hanya memiliki drama Korea sebagai elemen pendukung K-Wave itu sendiri. Dalam hal band, tidak banyak yang kita kenal, mungkin CN Blue yang berformat band tetapi juga memiliki musik dan vokal yang hampir tidak bisa dibedakan dengan boyband. Meskipun perlu diketahui, Korea juga pasti memiliki banyak band dan musisi yang berkualitas dan juga cukup populer. Sebagai akibatnya, Korean Pop sendiri terkenal di Asia Timur, seperti Korea, Jepang, dan RRC dan terutama juga di Asia tenggara seperti Thailand, Indonesia, Filipina atau Malaysia. Di Korea sendiri, saya mendapatkan informasi dari seorang teman di Korea Selatan, K-Pop sama populernya dengan demam Justin Bieber [Bieber fever], dan memang ‘masyarakat musik‘ Korea Selatan lebih memilih musisi solo atau group yang memberikan atraksi panggung seperti wajah dan fisik yang super menarik, tarian yang heboh, kostum yang fashionable, dan beragam kemasan visual lainnya. Di Amerika Utara sendiri [Amerika Serikat dan Kanada], K-Pop hanya dikenal oleh orang-orang Asia atau orang-orang Korea itu sendiri. Memang mungkin 2NE1 sedang gencar-gencarnya ‘meminang’ musisi hip hop dan contemporary R&B Amerika macam Black Eyed Peas, tetap saja belum bisa menandingi popularitas J-Pop dan American pop tentunya, untuk saat ini paling tidak. Hanya saja, tetap harus kita sadari bahwa K-Pop memang telah populer di Asia Timur dan Asia Tenggara, serta mulai merambah ke Amerika dan bahkan Australia. Mengapa Korean Pop Populer di Asia Timur dan Asia Tenggara?

  1. Di Asia Timur, ketiga negara ‘oriental’ seperti Jepang, Korea dan China, berbagi budaya dan sejarah. Sebagai contoh seperti yang saya jelaskan diatas, Jepang pernah menjajah Korea, sehingga budaya Jepang pun cukup mengakar di Korea. Sedangkan China telah mempengaruhi pola pikir dan budaya Korea beradab-abad lalu dengan masuknya agama Tao [abad 2], Buddha [disebut Sukamoni atau Sakyamoni dalam bahasa Korea pada tahun 372 M] dan Konfusianisme/Konghucu [tahun 372 m]. Selain itu, Korea juga menggunakan tulisan China sebelum akhirnya menggunakan aksaranya sekarang, yaitu Han Gul. Sebagai akibatnya, tidak jarang ketiga negara ini saling tukar budaya pop, seperti artis dan musisi Korea yang berkarir di Jepang dan sebaliknya. Atau K-Pop yang populer di Taiwan dan RRC. Popularitas Rain pun saya rasa patut disejajarkan dengan Jay Chow di ranah CPop [Chinese Pop], baik dalam bidang musik maupun karir film di Amerika [ingat Ninja Assasin yang diperankan oleh Rain dan The Green Hornet yang diperankan oleh Jay Chow?], meskipun CPop sendiri tidak bisa terlalu terkenal di Korea dan Jepang atau negara-negara Asia Tenggara [kecuali pada komunitas warga tionghoa yang tersebar di seluruh dunia]. Ini dikarenakan masalah bahasa. Dengan bahasa China yang secara linguistik bercirikan patah-patah dan terdiri dari hanya satu silabel tiap kata, menyebabkan musik CPop cenderung terkenal hanya bagi para penutur bahasa China itu sendiri.
  2. Asia Timur dan Asia Tenggara memiliki selera yang sama dalam hal penampilan atau daya tarik seseorang. Misalnya pola pikir bishounen Jepang, yang serupa dengan pola pikir Korea dan China dimana seorang laki-laki bisa dikatakan menarik bila berwajah ‘cantik’ tetapi tetap gagah. Ini sebabnya tidak jarang para pria dari kelompok boyband memiliki wajah yang cantik [dan cenderung dianggap banci atau ‘sissy’ dalam industri hiburan Amerika]. Begitu juga dengan daya tarik gadis berambut lurus, berkulit putih, bertubuh ramping, dan berwajah manis [cenderung innocent], menjadi selera fisik yang serupa di Asia Timur dan Asia Tenggara, dimana ini menjadi andalah penjualan girlband di industri musik.
  3. Amerika. Ya, negara sahabat karib Korea Selatan ini lah yang memberikan sumbangsih besar pada K-Wave. Sebagai contoh, akhir-akhir ini film-film Amerika seringkali melibatkan aktor dan aktris Korea untuk bermain di film-film mereka, meskipun tak jarang peran yang mereka mainkan tidak sebagai orang Korea, biasanya sebagai orag Jepang. Maklum, artis-artis Korea dan China [Taiwan atau Hongkong] dapat berbahasa Inggris jauh lebih baik dibanding artis-artis Jepang. Sebagai hasilnya, Korea dan budaya popnya lebih mudah tersebar di segala penjuru berkat popularitas budaya pop Amerika sendiri. Selain itu ada pengaruh lain yang sederhana tapi unik menurut saya. Tahukah anda mengapa para anggota boyband atau aktor-aktor Korea memiliki tubuh yang ‘ideal’, dalam artian in shape? Wajib militer! Ya, wajib militer adalah kebijakan pemerintah Korea Selatan yang dilakukan bagi para pemuda Korea dengan syarat-syarat tertentu sebagai pengaruh politis Amerika dan akibat permasalahan dengan Korea Utara, sehingga pemuda Korea Selatan diwajibkan mengikuti wajib militer hingga pada suatu saat ketika mereka dibutuhkan untuk membela negara, mereka akan siap. Sebagai hasilnya … voila … they stay in shape!
  4. Para ‘K-Pop craze’ [sebutan untuk para penggemar K-Pop] memang lebih menyukai hiburan yang murni hiburan. Berbeda dengan budaya hip hop Amerika yang lirik-liriknya bernadakan masalah sosial, frustasi sosial dan politik, dan psikologis abnormal, obat bius dan sumpah serapah, musik-musik Korea lebih positif dan terkesan hanya ‘have fun’. Meskipun tentu saja ini masih bisa diperdebatkan, karena meskipun lirik-lirik dari musisi Korea lebih positif, tidak begitu dengan kehidupan mereka, bukankah telah terbukti bahwa tidak sedikit artis Korea yang bunuh diri? Bahkan Korea sendiri tercatat sebagai negara dengan tingkat bunuh diri terbesar di dunia! Lebih besar dibanding Jepang malah …
  5. Mungkin salah satu elemen yang membuat K-Pop begitu menariknya adalah: TARI! Ya, coba perhatikan, dunia musik gegap gempita dengan kemampuan tari anggota boyband/girlband yang didukung oleh wajah menarik dan fashion yang inspiratif. Ini juga bisa saya maklumi, karena budaya hip hop dance di Korea telah cukup tertata dengan baik. Pasalnya bahkan juara kompetisi popping dan locking [aliran dalam hip hop dance] bergiliran dikuasai oleh Korea dan Jepang, jadi maklum bila budaya tari jadi tertata dengan baik. Kemasannya pun cukup kreatif dan terkesan megah.
  6. Alasan lain, tentu saja karena Korea Selatan adalah negara maju dan kaya yang didukung oleh Amerika Serikat secara ekonomi, politik, militer [terutama karena Amerika sendiri berkepentingan menjaga paham liberalisme di Korea Selatan dari serangan paham Komunisme Sovyet dan China di Korea Utara] dan budaya. Sebagai negara maju, tentu tidak susah bagi para produser mengeluarkan modal yang besar dan berekspresi seluas-luasnya. Keuntungan yang diraup juga kemudian besar, karena untuk sebuah negara maju, harga tiket, harga CD atau beragam aksesoris yang berhubungan dengan si musisi atau artis tidak menjadi masalah bagi para penggemarnya.
  7. Yang terakhir, tentu saja dukungan pemerintah. Sadar atau tidak, sub-kultur ini sendiri memiliki sisi politis. Sebagai contoh, Amerika memiliki departemen perfilman dan musik yang mendukung perkembangan film dan musik hingga ke pelosok jagad, sehingga kekuatan Amerika baik dalam negosiasi ekonomi dan politik, atau propaganda budaya menjadi kuat. Begitu pula Jepang dan Korea, hingga jangan heran bila banyak remaja Indonesia [atau dari negara-negara lain] yang memiliki landasan budaya yang setipis sehelai tissue kualitas rendah akan bermimpi tiap detiknya untuk menjadi orang Korea atau Jepang. Itulah kehebatan propaganda budaya melalui budaya pop atau sub-kultur.

Kurang lebih itulah pendapat dan analisis saya mengenai popularitas K-Pop. Perlu dibahas pula sedikit bahwa sedikit berbeda dengan pola musik Amerika, Korean Pop mirip dengan Japanese Pop, dimana bila menggemari musik Korea sudah hampir pasti terlibat dengan elemen-elemen lain, seperti bahasa dan budaya misalnya. Bedanya, J-Pop dapat lebih mandiri, karena bila bahasa dihilangkan dan digantikan dengan bahasa negara setempat, pola J-Pop masih bisa dikenal [misalnya band J-Rocks di Indonesia, walau telah menggunakan lirik bahasa Indonesia, suasana Japanese rocknya masih bisa terasa], sebaliknya K-Pop adalah musik dengan bahasa Korea [misalnya Sm*sh, Dragon Boys, 7 Icons, CherryBelle dsb., dengar musiknya, tutup telinga, anda tidak akan mendapatkan aura Korea disana, selain pop Indonesia biasa. Kecuali anda membuka mata dan melihat penampilan visual ala K-Pop].

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun