The Raid 2: Berandal, sebuah film Indonesia yang sangat membanggakan. Sebuah film action-fight-thriller-gore yang merebut perhatian khalayak dunia, dimana bahkan di London orang rela mengantri berlama-lama untuk dapat menyaksikan film fenomenal ini. Memang benar, sekuel dari The Raid Redemption ini telah banyak dibahas. Memanen banyak pujian, namun juga tidak sedikit kritik yang mengemuka. Hanya saja kali ini saya tidak ingin ikut campur dalam urusan resensi atau review film. Namun begitu, tidak bisa dipungkiri sebagai orang Indonesia, saya terpana dan bangga akan serunya film ini serta tentunya prestasi yang dicapai. Sebagai hasilnya, saya tidak mau ‘berpangku tangan’ untuk hanya sekedar menikmati dan merasa bangga, sebaliknya saya ingin berbagi dan memberikan sumbangsih dalam pesta pora dan riuh rendah fenomena film ini.
Dalam satu adegan yang sangat signifikan, seorang jawara silat yang bekerja sebagai seorang pembunuh (assassin) menggunakan sebuah senjata tajam unik yang digenggam dan berbentuk melengkung menyerupai sebuah celurit/arit (sickle) namun jauh lebih kecil dalam aksinya. Sang assassin (Cecep A. Rahman) pun akan menggunakannya ketika berduel maut dengan sang jagoan, Rama (Iko Uwais). Tentu saja ada pertanyaan mengenai jenis senjata apakah ini?
Terus terang saya cukup banyak mengenal seni beladiri pencak silat. Dan saya tahu dengan jelas bahwa senjata ini sangat dikenal di Sumatra Barat, di tanah Minang. Biasanya senjata ini digunakan sebagai bagian dari silek harimau (silat harimau), salah satu gaya pencak silat yang meniru gaya macan dan berasal dari Minangkabau.
kinopoiskru-The-Raid-2_3A-Berandal-2349230_zps4387812e
Nama senjata itu adalah Kerambit!
Kerambit adalah sebuah senjata berbentuk pisau genggam kecil yang melengkung. Senjata ini dikenal berasal dari Asia Tenggara, khususnya Indonesia, Malaysia dan Filipina. Dalam bahasa Inggris, kerambit dikenal dengan kata karambit, sedangkan dalam bahasa Minang disebut kurambiak/karambiak.
Cecep A. Rahman Dari etimologinya, kerambit memang berasal dari Minangkabau di Sumatra Barat dimana menurut legenda, senjata ini terinspirasi dari kuku macan/harimau yang dapat digunakan untuk menyanyat atau merobek anggota tubuh lawan dengan cepat dan tak terdeteksi. Namun begitu, pada awalnya sama seperti kebanyakan senjata, kerambit juga merupakan alat pertanian yang dirancang untuk mencabut akar rumput/tanaman atau memanen padi yang kemudian berkembang menjadi senjata dengan bentuk yang lebih melengkung dan mata pisau yang lebih tajam.
Melalui Indonesia, perdagangan dengan negara-negara terangga di masa lampau, kerambit kemudian menyebar ke Kamboja, Laos, Malaysia, Myanmar, Filipina dan Thailand dan memiliki beragam variasi berdasarkan daerah geografis dan budaya. Kerambit juga digunakan oleh ksatria/prajurit Jawa yang dilatih di keraton, atau prajurit Bugis Sulawesi dimana mereka dipersenjatai dengan tombak serta keris di balik pinggang mereka serta kerambit yang digunakan bila keadaan sudah sangat terdesak.
Bukti bahwasanya kerambit memang berasal dari Minangkabau selain etimologi (asal kata) dan cerita oral, adalah dengan sebuah peninggalan secarah patung (arca) raja Minangkabau (Pagaruyung) pada masa kerajaan Hindu-Buddha, Adityawarman yang memiliki nama panjang Maharajadiraja Srīmat Srī Udayādityawarma Pratāpaparākrama Rājendra Maulimāli Warmadewa. Di arca tersebut sang raja yang berkuasa pada tahun 1347 sampai 1375 terlihat memegang sebuah kerambit di tangannya.
Arca Adityawarman sebagai Siwa Buddha
Sumber Foto Arca Arca ini dinamai Arca Bhairawa yang tingginya adalah 4.41 meter dan memiliki berat sekitar 4 ton terbuat dari batu andesit. Arca ini menggambarkan ‘Bhairawa’ yaitu perwujudan Siwa Buddha yang berwujud raksasa dan merupakan perwujudan dari Raja Adityawarman yang merupakan raja penganut ajaran Buddha aliran Tantrayana Kalachakra. Lalu mengapa di arca ini, sang Raja menggenggam sebuah senjata yang merupakan sebuah kerambit? Ini karena disini sang raja digambarkan sebagai dewa Siwa dalam salah satu wujudnya, yaitu bertubuh sangat besar seperti raksasa serta bertaring. Sederhananya, sang Raja adalah seorang dewa yang sedang dalam bentuk petarung. Namun begitu sang Siwa juga terlihat memiliki gambaran Buddha Amitabha (ciri Bodhisattwa Awalokiteswara) yang menggambarkan pula ajaran percampuran/sinkretisme Hindu dan Buddha. Informasi lebih lengkap juga dijelaskan bahwa Adityawarman adalah putra dari raja kerajaan Majapahit yang kemudian berkuasa di tanah kerajaan Melayu yang sebelumnya beribukota di Dharmasraya dan Malayupura dan berpindah ibukota ke pedalaman Minangkabau. Selain itu, juga ada penjelasan dari catatan Dinasti Ming di China (Tiongkok) mengenai Adityawarman, dimana dalam catatan itu disebut nama Adityawarman dalam versi China yaitu Sengk’ia Li Yu Lan. Bahkan, Adityawarman pernah dikirim oleh Jayanegara (raja kerajaan Singasari – kerajaan sebelum Majapahit) ke tanah China sebanyak dua kali sebagai duta kerajaan pada masa Dinasti Yuan, yaitu sebelum Dinasti Ming berkuasa. Ketika Adityawarman menjadi raja di Sumatra, ia mengirimkan utusan sebanyak enam kali ke China, yaitu pada masa Dinasti Ming. Jadi dapat kita simpulkan bahwa kerambit memang senjata yang merupakan asli dari tanah nusantara, Indonesia, tepatnya tanah Minangkabau dan menyebar ke seantero dunia. Uniknya lagi, dengan semakin populernya seni bela diri pencak silat mulai tahun 1970-an, senjata inipun semakin populer. Puncaknya pada tahun 2005, beberapa perusahaan besar Amerika Serikat seperti Emerson Knives dan Strider Knives memproduksi pisau kerambit dalam jumlah banyak. Yang terkenal adalah pelopor pengguna kerambit, yaitu Steve Tarani yang mengambil dasar bela diri menggunakan kerambit dari Silat Cimande Sunda. Kerambit juga menjadi senjata wajib personil US Marshal karena sifatnya yang rahasia dan efisien.
Di Indonesia, kerambit sangat dipakai sebagai pasangan Silek Harimau Minangkabau dan catatan tertua mengenai penggunaan kerambit sebagai senjata telah tercatat pada Asian Journal British edisi Juli – Desember tahun 1827. Kelebihan dari senjata kerambit ini, seperti yang kita lihat di pertarungan The Raid 2 adalah bentuknya yang kecil dan mudah disembunyikan, sulit untuk dilucuti dalam pertarungan (meski memang ada teknik dalam pencak silat untuk merebut senjata ini dari tangan lawan, seperti yang diperlihatkan oleh Rama dalam The Raid 2), jarak bisa berubah tanpa mengubah langkah, bisa untuk dua serangan dalam satu gerakan tangan (menusuk dan merobek), lebih membuat robekan besar untuk gerakan-gerakan tarikan yang mematikan, dan serangan dapat lebih cepat dengan pegangan standart secara pukulan jab (serangan lurus dan pendek).
Secara umum, seluruh jenis kerambit memiliki bentuk yang sama, yaitu melengkung dan memiliki lobang di pegangannya untuk memasukkan jari. Namun ada beberapa varian yang ada di Indonesia sendiri. Misalnya di Indonesia sendiri, kerambit dibagi menjadi dua bagian utama yaitu kerambit Jawa Barat dan kurambiak/karambiak Minang. Kerambit Jawa Barat biasanya memiliki lengkungan yang membulat, sedangkan kerambit Minang memiliki lengkungan siku. Beberapa jenis lain kerambit di nusantara misalnya Kuku Alang (kuku elang); Lawi ayam: Cakar elang/ayam dari Sumatra Barat; Kuku Harimau dari Sumatra Barat, Jawa Barat dan Madura; Kuku Bima dari Jawa Barat dan Jawa Tengah; Kuku Hanoman (tokoh kera terkenal dalam dunia pewayangan) dari Jawa Barat; Kerambit Sumbawa dari Pulau Sumba di Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Kerambit Lombok. Dengan adanya film The Raid 2 yang menjadi peringkat ke-25 dunia dari daftar keuntungan penjualan tiket film dalam dua minggu pemutarannya, penggunaan kerambit dan seni pencak silat yang memukau dapat kembali mempopulerkan seni asli Indonesia ini di mata dunia, dan juga membuat kita sebagai orang Indonesia turut mampu, paham, dan peduli dengan budaya dan sejarah bangsa sendiri. Sekian, sampai The Raid 3!
Artikel ini dapat pula dilihat di http://nikodemusoul.wordpress.com/2014/04/08/the-raid-2-berandal-dan-kerambit/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Humaniora Selengkapnya