MALAM JATUH DI TELUK
Siluet tangamu menutup malam
berupa awan yang digembalakan angin barat
Lalu jatuh menjadi gelap di teluk
Dipeluk tanjung
Tempat nelayan merendam jangkar
menggulung layar
mengandangkan sampan
Yang letih ditampar gelombang
Pada tebing pasir ombak menuliskan legenda
Mesti dibaca dengan pikiran terang
Aku diam
ingin menangkap suara elang
Terbang melintas muara
Membawa pratanda musim kemarau telah tiba
dan dengung kumbang memanen kembang lontar
mekar oleh senandung penderes muda
Aku diam
Apakah engkau bicara di pekik camar
Tidak ada
Cuma denging asing
melenting dari puing ranting
patah dari cabang-cabang renta
ditanam lewat ciuman di masa muda
"tidak cukupkah luka berulat oleh dusta?" aku bertanya
desir pasir di lidah buih
mencetak rimbun tanda tanya
mesti dijawab oleh hati bersih
"tidak cukupkan doa menguapkan noda" aku bertanya
desau cemara menabur rasa bimbang
mesti dipenggal dengan kehendak merdeka
Jika ada sesal biarkan mencair
menjadi malam
Jatuh
Menjadi hujan di teluk
besok
tumbuh menjadi fajar di jantung kita
Desember 2015
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H