Praktek pemberdayaan masyarakat berkembang sebagai kritik terhadap dua praktek pembangunan. Pertama, modernisasi dan industrialisasi sejak 1970-an mendorong pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Meskipun demikan, pertumbuhan ekonomi disertai dengan ketimpangan sosial yang tajam. Kedua, ketimpangan sosial ekonomi kemudian diatasi dengan pendekatan kebutuhan dasar di tahun 1980an.
Dalam model ini, negara mencoba mendorong pemerataan pendidikan, kesehatan, sanitasi dasar seperti air bersih, makanan dan gizi.
Pendekatan ini kemudian dikritik karena meningkatkan ketergantungan masyarakat pada negara, menempatkan warga sebagai obyek, menciptakan budaya 'menunggu pemerintah' dan menurunkan produktivitas masyarakat.
Komunitas adalah sekumpulan orang yang disatukan oleh (1) kesamaan lokasi geografis dan tempat tinggal, misalnya komunitas kampung tertentu; (2) kesatuan administratif seperti rukun tetangga, rukun warga; (2) kesamaan asal usul etnis atau kultural seperti komunitas orang Madura atau orang Yogya di Jakarta; (3) kesamaan profesi atau aktivitas waktu luang atau aktivitas lain.
Satu ciri penting dalam komunitas adalah adanya interaksi terus menerus dalam jangka panjang, ikatan emosional yang kuat, norma-norma bersama atau memiliki aktivitas tertentu.
Dengan demikian komunitas dapat berupa kampung, RT, RW, profesi seperti pedagang atau nelayan, masjid atau gereja dan lembaga keagamaan lain, perkumpulan hobi seperti olah raga sepeda.
Dalam proses pembangunan komunitas, pemberdayaan menjadi satu dimensi sentral. Narayan (2005) menjelaskan pemberdayaan sebagai "perluasan aset dan kapabilitas kaum miskin untuk berpartsipasi dalam, bernegosiasi dengan, mempengaruhi, ikut mengontrol dan menjamin pertanggungjawaban lembaga-lembaga yang berpengaruh pada hidup mereka".Â
Pemberdayaan adalah proses dan tujuan pembangunan komunitas. Sebagai proses, pemberdayaan melibatkan anggota komunitas dalam identifikasi masalah sosial yang hendak diatasi, dilibatkan dalam proses perencanaan, melibatkan anggota komunitas dalam implementasi, pengoranisasian program dan evaluasi.
Sebagai tujuan, pemberdayaan menghasilkan 'kebebasan anggota komunitas dari' agar memiliki 'kebebasan untuk'. Membebaskan mereka dari kemiskinan, keterbatasan informasi dan pengetahuan, dari penyakit, dari kelaparan, dari hambatan fisik dan psikologis lain, agar bisa bebas untuk bergerak, bepergian, memilih pekerjaan, memperoleh pengetahuan, berpartisipasi dalam kehidupan sosial, mengakses dan memanfaatkan fasilitas dasar dan kebebasan lain.