Lingkungan strategis kawasan Indo Pacific berkembang sangat dinamis. Pembentukan pakta pertahanan Australia,United Kingdom, US (AUKUS) tahun 2021 adalah salah satu respon terhadap perkembangan kontemporer kawasan ini. Â
Sebagai bagian dari pakta ini adalah kontrak pembelian  kapal selam nuklir oleh Australia. Kontrak sebesar 886 juta dollar akan memberikan kekuatan deterens kepada Australia. Beberapa analis meragukan  efektivitas senjata strategis ini mengingat teknologi penginderaan jauh memungkinkan pemantauan gerak kapal selam di masa depan.
Rantai mutiara Cina
Kebangkitan ekonomi dan militer Cina merupakan faktor penting dalam respon strategis AS dan negara-negara dalam kawasan. Retorika 'peaceful rise' (kebangkitan damai) di pandang skeptis oleh AS dan sekutunya mengingat klaim unilateral dan perilaku Cina di kawasan Laut Cina Selatan. Dalam kasus ini, Cina memaksakan klaim sepihak, mengabaikan  hukum internasional dan kekuatan militer meski dalam skala kecil.
Salah satu faktor penting yang membuat AS dan sekutunya mencurigai intensi Cina adalah' String of Pearls' (Rantai Mutiara)'. Para peneliti politik AS pertama kali menggunakan istilah ini tahun 2004.
Inti dari strategi ini adalah pembangunaan dan penyewaan jangka panjang rantai pelabuhan. Â Duapuluh tahun terakhir, Cina membangun pelabuhan dari Kenya dan Sudan di Afrika, Sudan, Pakistan, Srilanka, Bangladesh, Myanmar, Kamboja, Â Laut Cina Selatan, Hongkong dan Hainan di Cina daratan.
Pelabuhan-pelabuhan ini memiliki fungsi ganda yakni komersial dan militer. Dalam bidang ekonomi, selain  tempat sandar kapal dagang, fasilitas pelabuhan ini sangat penting bagi keamanan energi. Jumlah penduduk dan pertumbuhan pesat industri membuat Cina menjadi salah satu negara yang 'rakus' mengkonsumsi energi. Â
British Petroleum melaporkan bahwa konsumsi minyak Cina mencapai 15 juta barel per hari pada tahun 2022. Â Produksi minyak domestik hanya sebesar 4 juta barel per hari (https://swarajyamag.com). Impor minyak adalah jawaban terhadap kesenjangan antara produksi dan konsumsi energi. Pelabuhan-pelabuhan di atas menjamin keamanan suplai energi.
Dalam bidang strategis dan militer, rantai fasilitas pelabuhan di atas menjadi bagian dari zona keamanan yang diperluas dan ambisi Cina menjadi kekuatan global. Selain membangun pelabuhan, perluasan zona keamanan ini didukung  modernisasi kekuatan Angkatan Udara dan Angkatan Laut.  Di udara, Cina sedang menyempurnakan Chengdu J-20. Pesawat tempur siluman ini didesain untuk beroperasi dari kapal induk dan diperkirakan mampu menandingi F-22 Raptor dan F-35 AS.
Di laut, Cina sudah memiliki dua kapal induk.  Pertama adalah Liaoning yang dikembangkan dari kapal induk bekas Uni Soviet. Kedua  adalah Shandong, dibangun dalam negeri. Yang ketiga sedang dalam pembuatan. Bersamaan dengan itu, negara ini memodernisasi kapal selam, membeli dan membangun  fregat baru untuk memperkuat Angkatan Laut. Â