Â
Ia  menatapku dari legam matanya. Diam. Mungkin saatnya berpisah, saya membatin.
Telah lama ia bersamaku. Sejak kecupan pertama yang kulupa waktunya.
Â
Tanpanya tak ada pagi yang bangun. Aroma tubuhnya memanjangkan hari-hariku.
Malam juga jadi pendek, saat ia tak ada di depanku.
Seperti malam ini, aku memandanginya dengan hasrat. Di sudut ruang, ia menungguku.
Kuraih lengannya cepat.
Kami menyatu. Jantungku hidup. Ia menyusup ke seluruh tubuhku. Dalam rasa nikmat aku bergumam "Bagaimana bisa aku menceraikanmu?". Secangkir kopi arabica.
yogya, 2o23