:kepada Rambu Tonda Bitu
hujan penghabisan
tinggal jejak di di tubuh kota
nyanyian anak-anak di derai hujan telah jauh di sungai waktu
tawa perempuan-perempuan muda melata di wajah  kota
di kedai orang-orang bertukar kehangatan
dari gelas-gelas beraroma arabica
di taman burung-burung gereja memamen rinai sisa
mari kita keluar sayang
tinggalkan kamar-kamar kesedihan
ke kota memungut keceriaan lampu-lampu yang berpendar
biarkan aroma bungur sepanjang boulevard
memacu gairah-gairah purba
yang telah kita tabung di ruang penantian
Mari kita keluar sayang
tinggalkan rumah-rumah penderitaan
ke pantai memanen buih gelombang
menangkap suara camar yang tertaut di tiang-tiang kapal
pulang, membawa pelaut ke rahim rindu orang-orang tercinta
di pelabuhan penghabisan
Mari kita keluar sayang
tinggalkan kepala yang penuh tanda tanya
ke padang menghirup aroma ilalang basah
dapat  kita berdansa di warna bianglala
saat senja memahat liukan tubuhmu di telapaknya
dan setelah bosan kita bisa bicara dalam diam
tentang hari-hari yang  bakal tiba
yang akan kita tanami dengan kasih sayang
purwomartani, 15 Mei 2008
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H