Ada aroma seribu bunga
Menguar dari kios-kios yang berimpitan
Di sepanjang pematang Code yang purba
.......................
Sejak pagi menanti mata para pembeli
Jatuh di merah atau putih kembang
Lalu pesan-pesan kemudian dicatat
Dalam kuntum-kuntum yang nampak bosan
..........................
Sepanjang jalan Ahmad Djazuli
Bunga-bunga bicara tentang kegembiraan orang kawin
Atau kesedihan melepas orang-orang tercinta
Mati oleh kecemasan hidup di kota yang makin jalang
Atau oleh racun mie instan yang dihidang siang dan malam
.......................
Sepanjang jalan Ahmad Djazuli
Bunga-bunga bicara tentang kelas sosial
Papan-papan lebar membariskan mereka seperti tentara
untuk mengirim bela sungkawa atau puji puja
Pada orang-orang kaya atau pejabat
.........................
Beberapa kuntum menggeruti bosan
Sudah jenuh berdesakan dalam gelar-gelar panjang
Untuk seorang ambtenar,
dapat esdua dan estiga dari universitas tenar di Jakarta
Kapan dia kuliah? Tanya saja para peternak sarjana
........................
Sekuntum mawar meloncat dari papan terbesar
ke pangkuan perempuan muda. “kenapa” aku bertanya
“Aku bosan mendengar pidato berbusa di pesta mereka
Dipajang semalam, Lalu mati jadi sampah.
Bairkan aku menjadi surat cinta untuk prianya yang ke 9” katanya
.............................
Dan bibir gadis itu meneteskan darah
di jantungku yang menggelinjang liar.
Yogya, Januari 2019
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H