Mohon tunggu...
Niko Ardanisatya
Niko Ardanisatya Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Ordinary people, businessman wannabe... :) A young boy who called for New Indonesia in Business and Technology Don't become the world, change the world

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Perlukah Asosiasi PRT di Setiap Daerah?

23 Desember 2014   00:57 Diperbarui: 17 Juni 2015   14:41 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sore ini, di saat kita semua memperingati hari ibu. Saya berbincang-bincang dengan ibu saya sambil melihat berita di TV. Tiba-tiba muncul sebuah berita tentang penyekapan 3 pembantu di daerah Sunter, Jakarta. Melihat berita itu ibu saya agak emosi, dia bertanya2, kenapa banyak majikan yang tidak memanusiakan manusia, memperlakukan pembantunya dengan seenaknya saja.

Melihat berita seperti itu saya juga berpikir dan merenung. Kenapa ya banyak terjadi kasus seperti itu di Indonesia?Di tengah perenungan saya, saya teringat akan sebuah film dari seorang komedian yang bernama Raditya Dika, judulnya “Malam Minggu Miko”, saya sangat suka karena ceritanya yang menarik. Tapi apa hubungannya antara film “Malam Minggu Miko” dan kasus penganiayaan pembantu???

Jika anda yang sering melihat film “Malam Minggu Miko” dan mengikuti dengan seksama, pasti anda mengenal sosok seorang bernama Mas Anca. Ya, dia adalah pembantu dari Miko (Raditya Dika). Saya melihat di film ini kehidupan Anca sebagai pembantu cukup bahagia dan sangat menikmati pekerjaannya. Saya tidak pernah melihat adegan kekerasan di film ini (Ya mungkin karena film ini bukan bergenre action/horror/thriller, tapi bergenre comedy.hehehe). Namun, ada satu yang unik di film ini yaitu semua pembantu di kompleks perumahan tempat Miko tinggal (termasuk mas Anca) berada di bawah sebuah asosiasi pembantu. Setiap bulan di adakan pertemuan pembantu, ada penghargaan pembantu terbaik, dsb.

Melihat hal ini, saya jadi berpikir bagaimana jika itu diwujudkan dalam kehidupan nyata. Jadi, semua pembantu didata, dimasukkan asosiasi. Setiap bulan ada pertemuan untuk membahas beberapa hal, memantau kesehatan dan kesejahteraan mereka, dsb. Saya rasa dengan jalan ini, kekerasan pembantu dapat diminimalisir. Mungkin belum bisa menghilangkan seluruhnya karena pasti ada majikan-majikan yang tidak mau memasukkan pembantunya ke dalam asosiasi dan adanya juga pembantu-pembantu yang tidak disalurkan lewat agen resmi, tapi paling tidak ini bisa menjadi tindakan preventif terhadap maraknya kekerasan pembantu.

Saya tadi sudah mention di twitter menakertrans dan pak Hanif (Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi) untuk mengajukan gagasan saya ini. Semoga pak menteri membacanya dan memberikan respon yang baik karena saya tadi googling dan belum menemukan asosiasi PRT yang baik di negara Indonesia ini, terlebih sedih juga melihat kasus-kasus seperti itu di negara kita ini. Mari sama-sama berikan masukan yang baik untuk pemerintah baru ini.

Niko Ardanisatya

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun