Mohon tunggu...
Niko Yulianto
Niko Yulianto Mohon Tunggu... Freelancer - Pelajar

seorang pelajar yang lagi belajar

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Stigma Penderita HIV

15 Maret 2020   19:20 Diperbarui: 15 Maret 2020   19:22 55
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Image Source : ichef.bbci.co.uk

Bukan rahasia lagi jika pengidap HIV/AIDS menerima stigma yang buruk dari masyarakat, mengalami diskriminasi hingga ditinggalkan keluarga. Sebagai contoh adalah kasus yang dialami Maruli Togatorop yang berprofesi sebagai dokter gigi. 

Ya, walaupun ia bekerja di dunia medis ia ternyata positif mengidap HIV. Hal ini menunjukkan bahwa HIV/AIDS tidak memandang orang yang dijangkitnya.

Dalam kasusnya ia kaget bahwa dirinya terjangkit virus mematikan tersebut. Selama melawan penyakit tersebut ia menghadapi banyak rintangan. Dari kesehatan fisiknya yang mulai menurun hingga ditinggal cerai istrinya. Kasus di atas merupakan sepenggal cerita dari beberapa kasus serupa yang dialami penderita HIV/AIDS.

Sebenarnya sudah banyak sosialisasi tentang HIV/AIDS dan pentingnya untuk merangkul penderita penyakit tersebut. Namun fakta yang ada menunjukkan bahwa penderita HIV/AIDS di diskriminasi dan dikucilkan. Bahkan data dari UNAIDS menyebutkan bahwa 62,8 % masyarakat di Indonesia enggan berinteraksi dengan penderita HIV/AIDS

Stigma tersebut masih ada karena masih banyak masyarakat yang berpikir bahwa berinteraksi dengan penderita HIV/AIDS bisa menularkan penyakit tersebut dan penderita penyakit aids adalah orang yang kurang bermoral dan pecandu narkoba serta pelaku seks bebas. Padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Seperti disebut di atas bahwa penderita HIV/AIDS tidak memandang latar belakang dan hanya berhubungan badan saja kontak fisik yang bisa menularkan penyakit tersebut. Cara lain adalah karena donor dari orang yang menderita HIV atau dari orang tua yang terjangkit HIV/AIDS.

Namun kenyataannya hingga sekarang tetap saja stigma buruk tersebut tidak akan bisa lepas dari masyarakat dan sebagian masyarakat menjauhi penderita HIV/AIDS. 

Dan beberapa sosialisasi tentang HIV/AIDS lebih banyak menekankan pada cara pencegahan HIV/AIDS namun kurang pada pendampingan pada penderita HIV/AIDS. Padahal hal tersebut sangat penting karena penderita HIV/AIDS membutuhkan dukungan terutama dari keluarga dan teman untuk terus bertahan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun