Peradaban Pulau Kreta merupakan peradaban yang menjadi cikal bakal lahirnya peradaban Yunani. Pulau Kreta sendiri merupakan pulau terbesar yang ada di Yunani, letaknya melintang dari barat ke timur; menjadi pemisah antara laut Aegea, laut Ionea, serta laut Tengah. Letak Pulau Kreta sangat strategis, yaitu merupakan daerah yang menjadi penghubung antara daerah-daerah pusat perdagangan di Pulau Sicilia, Mesir, Pantai Levant, Bizantium, dan Yunani.
Pada mulanya sumber sejarah yang digunakan sebagai acuan untuk menguak bagaimana sejarah peradaban Pulau Kreta pada masa itu adalah kitab Illiad dan Odyssey yang dikarang oleh Humerus, catatan Aristoteles, dan cerita rakyat. Kemudian pada tahun 1895, Arthur Evans yang merupakan seorang peneliti berkebangsaan Inggris melakukan penggalian di beberapa tempat di Pulau Kreta, yaitu Candia, Cnossus, Phaestus, dan Cournia. Hasil penggaliannya itu berhasil memperkuat sumber sejarah sebelumnya dan dapat memastikan bahwa peradaban Pulau Kreta itu memang benar-benar ada.
Masyarakat Pulau Kreta sudah mengenal bentuk tulisan yang disebut dengan tulisan Minos. Namun sayangnya tulisan Minos tersebut masih belum bisa dibaca, sehingga fakta sejarah peradaban Pulau Kreta belum bisa terungkap dengan jelas. Minos sendiri merupakan nama seorang raja yang besar yang berkuasa di kerajaan Pulau Kreta. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Pulau Kreta berada di lokasi perdagangan yang strategis, sehingga masyarakatnya bermatapencaharian sebagai pedagang. Selain itu ada juga yang menjadi nelayan.
Adapun bentuk kepercayaan masyarakat Pulau Kreta pada saat itu adalah dinamisme dan atau animisme. Hal ini didukung oleh bukti ditemukannya benda-benda yang dianggap keramat dan tempat-tempat yang diduga sebagai tempat pemujaan, serta pelaksanaan upacara saat penguburan yang disertai dengan memasukan benda-benda yang paling disukai semasa hidup oleh orang yang meninggal. Selain itu, mereka juga memuja dewa/dewi, terutama dewi kesuburan, hal ini terbukti dengan ditemukannya patung-patung wanita yang berparas cantik, berbadan langsing, berdada montok, berpinggul besar dll.Â
Kebudayaan Kreta berhasil berada di puncak kejayaannya sekitar abad ke-17 SM. Bukti kejayaan tersebut dapat dilihat dari peninggalan-peninggalan yang ada, salah satunya adalah istana yang dikenal sebagai Labyrinth, bentuknya seperti siput (berkelok-kelok) letaknya ada di bawah permukaan tanah yang berfungsi sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh.
Peradaban pulau Kreta diperkirakan mengalami keruntuhan pada abad ke-15 SM. Penyebab runtuhnya peradaban Pulau Kreta sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti. Terdapat beberapa pendapat terkait penyebab runtuhnya peradaban Pulau Kreta, diantara adalah:
a. Bencana alam
Salah satu dugaan terkait penyebab runtuhnya peradaban Pulau Kreta adalah karena bencana alam. Sekitar abad 15 SM gunung Thera yang berlokasi 100 km di utara Pulau Kreta meletus dan memuntahkan lava serta abu yang menutupi angkasa. Akibatnya aktivitas kehidupan terganggu dan banyak tumbuh-tumbuhan yang mati.
b. Mundurnya perdagangan
Mesir yang merupakan partner dagang pulau Kreta bagian selatan mengalami kemunduran. Hal tersebut akhirnya turut menyebabkan perdagangan pulau Kreta semakin memburuk.
c. Adanya serangan dari luar