Mohon tunggu...
Nikmatus Zahroh
Nikmatus Zahroh Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Bina Desa FST Unair, Pelestarian Lingkungan dengan Penciptaan Rumah Sampah dan ECOSS di Desa Manduro Mojokerto

10 Agustus 2024   07:26 Diperbarui: 10 Agustus 2024   07:37 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Desa  Manduro Mojokerto/dokpri

Untuk mengurangi penumpukan sampah di sungai karena minimnya tempat pembuangan sampah akhir, tim pelaksana Bina Desa FST Universitas Airlangga membangun Rumah Sampah serta menciptakan inovasi berupa alat pemilah sampah (ECOSS). Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara SDGs Center UNAIR dengan BEM FST UNAIR dalam kegiatan Call for Pengmas SDGs 2024 Sejumlah 20 panitia dikerahkan untuk membangun Rumah Sampah dan menyusun ECOSS (Eco Smart Sorter) guna mengurangi penumpukan sampah yang terjadi di Desa Manduro, Manggung Gajah, Mojokerto. 

"Masyarakat disini kalau membuang sampah langsung ke sungai, jadi nanti sampahnya terbawa aliran air waktu hujan. Tapi ya minusnya itu, tidak enak dipandang dan kalau hujan cukup menyeruak baunya," ucap Pak Rohadi selaku Perangkat Desa Manduro saat tim Bina Desa memulai survey. 

Pada tanggal 9 Mei 2024 tepatnya pada survei pertama kami belum menemukan adanya tempat pembuangan sampah akhir yang ada di Desa oleh karena itu kami mempunyai ide berupa alat yaitu Eco Smart Sorter (ECOSS). Teknologi Eco Smart Sorter (ECOSS) memanfaatkan sensor ultrasonik untuk memilah sampah anorganik yang kemudian dihitung beratnya. Jumlah ini nantinya akan mempermudah masyarakat dalam menjual bekas sampahnya ke pengepul. Selain itu, Rumah Sampah dibangun sebagai fasilitas penampungan sampah bagi masyarakat Desa Manduro untuk menghindari masyarakat membuang sampah ke sungai. 

"Jadi di tiap rumah itu kita beri karung untuk mereka mengumpulkan sampah. Nanti sampah anorganiknya bisa dipilah dengan ECOSS untuk mendeteksi jenis bahannya. Sampah yang sudah dikelompokkan akan disetorkan ke bank sampah yang kemudian diserahkan ke pengepul. Jadi nanti dari setoran tersebut tentu akan ada nilai jualnya tergantung dari bahan yang sudah terdeteksi," ungkap Afzal selaku Ketua Bina Desa FST Universitas Airlangga.

Sampah yang sudah masuk ke dalam alat akan disortir dan diperiksa oleh sensor ultrasonik yang memancarkan gelombang ultrasonik yang akan memantul dari objek dan kembali ke sensor. Data yang didapat nanti digunakan untuk menentukan ukuran, bentuk, dan jenis material dari sampah tersebut. 

Pembuatan Alat ECOSS dan Pembangunan Rumah Sampah ini digunakan untuk memberdayakan ekonomi lokal lewat sampah yang dijual serta mewujudkan Eco Village yang merupakan implementasi dari pembuatan alat tersebut guna menciptakan desa yang ramah lingkungan. Selain itu, adanya Rumah Sampah juga dapat mengurangi volume sampah ke TPA karena sudah dilakukan pemisahan sampah dengan ECOSS. 

Desa  Manduro Mojokerto/dokpri
Desa  Manduro Mojokerto/dokpri

Selain Pembangunan Rumah Sampah dan perakitan ECOSS, tim panitia Bina Desa juga menggelar sosialisasi bermitra dengan DLH, Bumdes, dan Karang Taruna untuk mengedukasi masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan sekitar. Diharapkan melalui inovasi ini, dapat membantu memfasilitasi pengelolaan sampah secara berkelanjutan dan melestarikan lingkungan di Desa Manduro.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun