Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Bukan Presiden Apa Belum Jadi Presiden??

31 Oktober 2022   14:23 Diperbarui: 31 Oktober 2022   14:31 137
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Gambar : Humas Jateng

Bukannya meredam, gerakan ini justru makin tak terbendung. Apa itu? Ya, dukungan untuk Ganjar Pranowo menjadi presiden terus menyeruak dari penjuru negeri. Justru pasca disanksi partai tempatnya bernaung, PDI Perjuangan.

Bak rumput yang bila tidak dicabut akan mengakar kuat di tempatnya tumbuh, dan bila dicabut, akan terus tumbuh, tumbuh dan tumbuh lebih banyak lagi. Memang, bagi kebanyakan orang rumput adalah hama yang tak berguna. Tapi, rumput juga bagian dari semesta yang nyatanya bisa tumbuh di mana saja. Dan tentu ada manfaatnya. 

Mereka yang berjajar di barisan pendukung Ganjar sebagai capres ini bisa diibaratkan rumput teki. Begitu mengakar, bahkan mampu menembus beton. Keinginan mereka begitu kuat, tanpa digerakkan. Sebab,  mereka tidak bertindak untuk siapapun. 

Tidak terikat oleh pihak manapun. Bukan pula termasuk urusan PDIP, sebagai rumah dari kader yang menjadi idaman capres RI nanti. Memilih siapa bakal presidennya adalah tindakan mereka sebagai orang yang merdeka, merdeka untuk turut menentukan masa depan bangsa. 

 Gerakan mendukung Ganjar ini terus membludak takkala peringatan hari Sumpah Pemuda, yang ternyata juga bertepatan dengan ulang tahunnya. Tahun ini, lelaki berambut putih itu genap berusia 54 tahun. Usia yang pas dan matang untuk bersiap menjadi pemimpin negeri. 

Ucapan selamat dan do'a berhasil memenuhi jagat maya. Datangnya dari berbagai kalangan seantero negeri, dari Sabang sampai Merauke, dari rakyat biasa, artis hingga pejabat dan para tokoh negeri. 

Keantusiasan masyarakat memberikan dukungan pada Ganjar juga tergambar pada salah satu acara yang menghadirkan ratusan seniman, konser Sumpah Pemuda "Rhapsody Nusantara" di Solo, pada Jumat malam yang lalu. 

 Butet Kertaredjasa menghadiahi lukisan besar yang membuat sang Gubernur terpesona. Lukisan bergambar Soekarno, presiden pertama RI dengan latar merah membara terbalut rapi dalam bingkai besar. Kalimat khas sang presiden "Warisilah Apinya, Jangan Abunya", berhasil membuat seluruh mata tertuju padanya. Seolah menjadi pesan tersendiri bagi Ganjar, untuk mewarisi semangatnya. 

 Dalam guyonannya, Butet melontarkan kebingungannya menyebut Ganjar sebagai apa, bukan atau belum menjadi presiden? Tentu menjadi hal yang cukup mengusik banyak pendukungnya. Di hari spesial Ganjar, sudah terbukti bukan seberapa besar antusias rakyat untuk mendobrak dinding tebal PDIP? 

 Butet hanya membantu Ganjar untuk melempar kail berumpan lezat di hadapan publik. Tentu dengan bumbunya yang menimbulkan api provokasi. Tidak lebih dan tidak kurang, Butet hanya ingin memeriahkan hari besar kawan lamanya itu. Terbukti teriakan riuh berhasil menggayengkan suasana malam, dalam sebuah perayaan Sumpah Pemuda. 

 PDIP, partai besar yang tentu memiliki kontribusi besar dalam pembangunan negara ini. Di saat parpol lain sudah mulai pemanasan akan penyambutan pesta demokrasi 2024 nanti, partai banteng moncong putih itu masih anteng dan katanya fokus untuk menghadapi krisis ekonomi yang melanda dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun