Mohon tunggu...
Nikmatul Sugiyarto
Nikmatul Sugiyarto Mohon Tunggu... Tutor - Tutor

Berekspresi tanpa batas

Selanjutnya

Tutup

Politik

Cara Jokowi Menampar Pembencinya

11 Oktober 2022   23:42 Diperbarui: 11 Oktober 2022   23:47 499
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Baru-baru ini, youtube Nur Sugik kembali menjadi pusat perhatian masyarakat. Pasalnya dalam podcastnya itu menampilkan obrolan langsungnya dengan salah satu haternya Jokowi, Bambang Tri.

 Bambang Tri terkenal dengan kelakuan bejatnya yang memfitnah Jokowi tentang identitasnya sebagai keturunan PKI, kini dia kembali menuding Jokowi tentang kepemilikan ijazah palsu dari tingkat SD, SMP, SMA. Dengan kepandaiannya mengarang cerita, penulis jadi-jadian itu membeberkan hasil karyanya lewat channel youtube Nur Sugik.

 Begitu pula dengan Nur Sugik si tukang provokator massa, selalu membumbui setiap statemen dan cerita panjang narasumbernya dengan sumpah atas nama Tuhan. Ustad jadi-jadian itu belum kapok dengan aksi rusuhnya menentang pemerintahan.

 Saat ini ia kembali membangun karir lamanya itu, dengan mulai menggandeng Bambang Tri memfitnah Jokowi. Kasusnya yang diusung kali ini adalah kasus lama, yang sebenarnya sudah ada pembuktian konkret, kebenaran sudah jelas adanya.

 Namun kembali lagi, penulis Jokowi undercover yang tidak mendapatkan izin penerbitannya itu, tidak terima dengan kebenaran yang sudah terang keberadaannya, ia kembali terprovokasi dengan Nur Sugik. Bahkan saat ini Bambang Tri berani menggungat Jokowi tempo hari di PN Jakarta Pusat.

 Logikanya gini lho Bambang, kalo enggak ada ijazah sd apa bisa lanjut ke tingkat smp, terus kalau enggak ada ijazah smp apa bisa lanjut ke tingkat SMA. Lalu syarat untuk masuk ke ke UGM apa kalau bukan ijazahnya SMA.

 Sekelas universitas besar macam UGM juga tidak mungkin kalo tidak mengecek ijazah SMA nya asli atau palsu, pastinya juga sudah terbukti keasliannya melalui nomor ijazah yang sudah terdaftar di kementerian pendidikan. 

Itu dasar buat mikir yang pertama. Logika keduanya, kalo terbukti ijazah Jokowi benar palsu, kenapa bisa lolos setiap daftar pilkada. Rekam jejak lelaki kerempeng itu sebelumnya sudah menjabat menjadi wali kota Surakarta dua periode.

 Setelahnya menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta. Lalu dua periode ini, sudah menjabat sebagai presiden. 

Lalu, apaya betul daftar pilkadanya pake godhong pisang, Pak Bwambang?, seperti tanggapan mas Gibran. Setelah kasus lama sudah terungkap kebenarannya, kenapa harus diusut lagi, sih. Bikin gemas orang saja.

 Pak Bambang juga harus ngotak bukan hanya ngotot saja ya. Tapi memang kuakui sangat sulit menjernihkan pikiran seseorang yang sudah terkontaminasi. Apalagi yang tidak sukanya sudah mengakar ke tulang sumsung belakang macam Pak Bambang Tri ini. 

 Aku terheran-heran dengan apa yang melatar belakangi kebencian Bambang Tri kepada eks tukang kayu itu.

 Apa benar dirinya tidak terima dengan tidak diberi izin atas penyebaran bukunya yang berjudul Jokowi Undercover. Tapi hal itu wajar kalau bukunya hanya berisi ujaran kebencian, dengan menyebar hoax, atau menjelekkan nama pemimpin bangsa dengan hal yang tidak mendasar.

 Wong sekelas aku saja, kalau upload tulisan di media sosial sering dapat peringatan karena tulisannya berbau politik dan menyinggung pihak-pihak tertentu didalamnya. Tapi itu semua karena kebijakan, jadi aku memakluminya. Jadi Pak Bambang yang lebih dewasa dari aku harusnya juga legowo dengan keputusan izin terbit suatu karya beserta penyebarannya. 

Ingat tidak sih setelah ada tudingan ijazah palsu itu, Jokowi menghadiri acara dies natalis UGM, disitu Presiden sangat disegani para guru besar UGM dan jajarannya. Begitupun sebaliknya Jokowi sangat menghormati para akademisi kampus tempatnya mengenyam pendidikan perkuliahan itu.

 Di hadapan para mahasiwa, Jokowi kembali bernostalgia saat jamannya dulu berkuliah, tentunya dengan menunjukkan foto lamanya dengan kawan-kawan kuliahnya. Tidak berhenti disitu sang presiden juga mengunjungi fakultas tempatnya mengenyam pendidikan, fakultas kehutanan. Eks tukang kayu itu kembali bernoltalgia dengan memanggil dosen pembimbingnya dulu penyusunan tugas akhirnya dulu.

 Bahkan Rektoe UGM, Ova Emilia, menggelar konferensi pers, untuk memberikan kesaksian di hadapan publik, bahwa Jokowi memang benar alumni dari universitas yang berkedudukan di Yogyakarta itu. Ova juga tidak ragu membeberkan judul skripsi Jokowi kala itu, 'Studi tentang Pola Konsumsi Kayu Lapis pada Pemakaian Akhir di Kodya Surakarta'. 

Masak iya sekelas rektor UGM mau sembrono ngarang judul juga, enggak dong ya.

Kalau sudah begitu, masak masih dibilang ijazahnya palsu, gimana ya mempertanggungjawabkan fitnah itu, Pak Bambang? Masak iya sekelas rektor UGM mau sembrono ngarang judul juga Semoga Pak Bambang diberi kesehatan selalu agar bisa melalui realita yang ada. 

 Begitulah cara sang presiden membuktikan kepada publik akan hubungan harmonisnya dengan para akademisi di tempatnya dulu berkuliah. dengan cara elegannya, Jokowi menampar haternya dengan tindakan nyatanya, bukan lagi berkelit dengan kata-katanya. 

Lalu belum puas dengan bukti gamblang itu, kini Bambang Tri kembali menaikkan kasus lama itu ke publik. Jadi membawa kepentingan apalagi Bambang Tri ini, kok tidak kapok dengan sanksi yang dilayangkan untuknya atas tindakan pencemaran nama baik seorang presiden.

 Atas dasar apa gitu lho Bambang satu itu ngotot banget ingin membuktikan ijazah yang dimiliki Jokowi itu palsu. kok kesannya ada orang yang mendukungnya dibelakang, apakah tidak hanya Nur Sugik saja yang memprovokasinya.

Sidang memang belum digelar, tapi banyak pembelaan dan bukti yang sudah merebah di kalangan publik. Tak sedikit pula muncul provokator-provokator yang membumbui gugatan Bambang Tri ini. 

 Memang ya yang namanya ujian nggak tau kapan datangnya, ada aja gitu datang nggak kenal waktu. Semoga kebenaran akan menyertai orang-orang baik. Tidak akan pernah lupa bukan, jika kebenaran akan selalu menang melawan segala bentuk kesalahan. 

 

Nikmatul Sugiyarto

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun