Mohon tunggu...
Nikmatul Hasana
Nikmatul Hasana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa, Universitas Muhammadiyah Surabaya

Saya Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Surabaya, Prodi Teknik Informatika. Hobi saya membaca dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Perbedaan Muhammadiyah dan Nahdatul Ulama

31 Oktober 2023   15:52 Diperbarui: 31 Oktober 2023   16:15 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Nahdatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah merupakan dua organisasi dakwah yang sangat terkenal di Indonesia. NU terkenal dengan toleransinya terhadap tradisi Indonesia, sedangkan Muhammadiyah terkenal dengan  pemurnian Islam dan terobosannya dalam dunia pendidikan. Kedua organisasi ini dianggap sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia. Hal ini terlihat jelas dari besarnya keanggotaan dan banyaknya cabang organisasi Muhammadiyah dan NU yang tersebar di seluruh tanah air. Keduanya juga berperan penting dalam  politik dan proses demokratisasi dan kenegaraan di Indonesia. 

 Organisasi Muhammadiyah didirikan oleh KH Ahmad Dahlan pada tanggal 18 November 1912. Organisasi ini didirikan dengan tujuan untuk mendukung upaya pemurnian ajaran Islam yang pada saat itu identik dengan ilmu gaib, kutipan Al -Imam Majalah Manajemen Dakwah UIN Imam Bonjol Padang. Mulanya Muhammadiyah hanya ada di permukiman seperti Yogyakarta, Solo, dan Pekalongan. Namun penyebarannya saat ini sudah tersebar di berbagai wilayah di Indonesia. Muhammadiyah bergerak di bidang agama dan pendidikan dengan tujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk mengamalkan ajaran Allah yang hakiki. Muhammadiyah dibangun dengan manajemen yang baik dan keberadaannya terstruktur. Mulai dari tingkat pusat, tingkat provinsi, tingkat kabupaten, tingkat kecamatan hingga tingkat desa. Setiap level juga dikelola dengan baik. Muhammadiyah menerapkan manajemen  terstruktur untuk menunjang seluruh kegiatan dakwahnya. Gerakan Muhammadiyah bercirikan semangat membangun tatanan sosial dan pendidikan menuju masyarakat yang lebih maju dan terpelajar. Ekspresi ajaran Islam tidak hanya merupakan agama yang bersifat individual dan statis, namun juga merupakan agama yang dinamis. 

  • Sejarah NU 

NU didirikan pada tahun 1926 sebagai organisasi  cendekiawan Muslim Asy'ari ortodoks, yang bertentangan dengan kebijakan modernis Muhammadiyah dan PERSIS (organisasi), dan kebangkitan Salafi Gerakan Al-Irsyad Al-Islamiya di Indonesia,  menolak adat istiadat setempat yang dipengaruhi tradisi Jawa Budha dan Hindu pada masa pra Islam. Organisasi ini didirikan setelah Komite Hijaz menyelesaikan fungsinya dan akan dibubarkan. Organisasi ini didirikan oleh Hasyim Asy'ari, direktur salah satu pesantren Islam di Jawa Timur. Organisasi ini berkembang namun basis dukungannya tetap berada di Jawa Timur. Pada tahun 1928, NU menggunakan bahasa Jawa dalam ceramahnya selain bahasa Arab.  Masjid Jombang, tempat lahirnya Nahdlatul Ulama Pada tahun 1937, meski ada hubungan  buruk antara NU dan organisasi Islam Sunni lainnya di Indonesia, organisasi ini mendirikan Indonesia. Majelis Agung Islam  (MIAI) berfungsi sebagai forum diskusi. Mereka bergabung dengan sebagian besar organisasi Islam lain yang ada pada saat itu. Pada tahun 1942, Jepang menduduki Indonesia dan pada bulan September diadakan konferensi para pemimpin Islam  di Jakarta. 

Perbedaan NU dan Muhammadiyah Secara doktrinal, NU dan Muhammadiyah mempunyai beberapa perbedaan atau perbedaan, terutama dalam praktik ibadah  Furuiyah (cabang) dalam Islam. Karena perbedaan pandangan dan metode ijtihad yang dikembangkan kedua organisasi Islam tersebut, maka dampaknya akan jelas terasa, misalnya dalam menentukan awal bulan Ramadhan, Syawal, Zulhijjah, dan lain-lain. Perbedaan orientasi keagamaan NU dan Muhammadiyah dapat ditelusuri dari proses polarisasi ideologi dan pengalaman pendidikan dua tokoh utama pendiri organisasi tersebut,  KH. Ahmad Dahlan dan KH. Hasyim Asy'ari. Keduanya merupakan wakil ulama Indonesia yang hidup pada abad ke-19 dan ke-20. Perbedaan pendidikan dan pengalaman inilah yang menjadikan NU dan Muhammadiyah merupakan dua lembaga yang berbeda, padahal secara prinsip tidak demikian. Oleh karena itu, perbedaan antara NU dan Muhammadiyah masih dalam batas yang dapat diterima dan tidak menimbulkan konflik. Berikut informasi detail perbedaan NU dan Muhammadiyah seperti dikutip dalam Jurnal Kajian Islam Nizham  IAIN Metro. 1. Perbedaan NU dan Muhammadiyah dalam hal pengaruh guru. Ahmad Dahlan dipengaruhi oleh Syekh Muhammad Khatib al-Minangkabawi, Syekh Nawawi al-Bantani, Kiai Mas Abdullah dan Kiai Faqih Kembang. Ibnu Taimiyyah, Ibnu Qayyim al-Jauziyah, Muhammad ibn Abdul Wahhab, Jamaludin al-Afghany, Muhammad Abduh, dan Rasyid Rida sebagai guru-gurunya. Kecenderungan orientasi keagamaan yang dibawa oleh para guru kepada pendiri Muhammadiyah ini adalah soal Reformisme (Tajdîd) Islam, Puritanisasi atau Purifikasi (pemurnian) ajaran

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun