Mohon tunggu...
Nikmatul Faizah
Nikmatul Faizah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Airlangga

Apa yang saya tuliskan disini merupakan sebuah bentuk pembelajaran bagi diri saya sendiri.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Merayakan Keberagaman: Mengulik Tradisi Gulat Okol Khas Desa Setro

30 Januari 2024   22:13 Diperbarui: 30 Januari 2024   22:19 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: Dokumentasi Pribadi Bapak Anang

Indonesia adalah negara majemuk yang memiliki keragaman suku, ras, agama, bahasa, dan budaya. Ada banyak jenis budaya yang dimiliki masyarakat Indonesia, mulai dari kesenian tari, musik, bahasa daerah, rumah adat, dan pakaian adat. Salah satu tradisi yang masih dipertahankan sampai saat ini salah adalah tradisi gulat Okol. Gulat Okol menjadi salah satu tradisi yang masih rutin dilakukan setiap satu tahun sekali oleh masyarakat Desa Setro, Kecamatan Menganti, Kabupaten Gresik.

Tradisi Okol yang ada di Desa Setro ini sudah ada sejak abad ke-19. Secara historis, tradisi ini berawal dari peristiwa kemarau panjang yang menyebabkan sungai-sungai mengalami kekeringan. Kekeringan yang terjadi membuat seorang anak penggembala kesulitan memperoleh air untuk minuman binatang ternaknya. Anak penggembala tersebut kemudian berdoa meminta hujan. Tidak lama kemudian, doanya dikabulkan, dan hujan deras pun turun. Hal itu kemudian membuat anak penggembala melakukan serokol-serokolan (saling dorong) sebagai bentuk kebahagiaan dan kesyukuran.

Seiring dengan berkembangnya zaman, serokol-serokolan menjadi sebuah tradisi rutin yang dilakukan setiap satu tahun sekali. Tepatnya setelah musim panen, sekitar bulan Agustus hingga Oktober, bersamaan dengan diselenggarakannya tradisi sedekah bumi di Desa Setro. Gulat Okol merupakan gulat tradisional yang melibatkan dua petarung dengan syarat berat badan kedua petarung tersebut seimbang. Pelaksanaanya dilakukan di atas jerami yang dikelilingi oleh dadung (tali tampar). Tali ini digunakan agar tidak ada keributan antar petarung dan penonton. Setiap pertandingannya didampingi oleh wasit dengan menggunakan atribut udeng (penutup kepala) dan selendang.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Bapak Anang
Sumber: Dokumentasi Pribadi Bapak Anang

Dalam pertarungan, kedua pegulat harus menggunakan atribut udeng dan selendang. Jika udeng terlepas dari kepala saat bergulat, maka petarung tersebut kalah. Jika salah satu petarung berhasil menjatuhkan lawannya sebanyak dua kali, maka petarung tersebut menang. Namun, jika kedua petarung tersebut tidak ada yang berhasil menjatuhkan satu sama lain, maka pertarungan dianggap seri. Teknik dasar gulat Okol Desa Setro memiliki keahlian tertentu, menjadikan gulat ini berbeda dari tradisi gulat dari daerah lainnya.

Sumber: Dokumentasi Pribadi Bapak Anang 
Sumber: Dokumentasi Pribadi Bapak Anang 

Tradisi Okol di Desa Setro memiliki kepengurusan tersendiri dengan jumlah anggota 12 orang. Saat ini, gulat Okol tidak sebatas ditampilkan pada saat sedekah bumi di Desa Setro, tetapi juga ditampilkan hingga ke gedung kesenian Cak Durasim dan Taman Mini Indonesia Indah. Bahkan saat ulang tahun kabupaten Gresik, tradisi ini juga turut ditampilkan. Tradisi ini telah ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda oleh tim ahli Direktorat Perlindungan Kebudayaan, Dirjen Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Penetapan Okol sebagai warisan budaya tak benda ini membuat Bapak Anang, selaku anggota paguyuban Okol, berharap tradisi ini dapat terus dilestarikan oleh seluruh masyarakat Desa Setro.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun