Disaat kupandang matamu
Tersimpan derita begitu mendalam
Aku tahu banyak tersimpan air mata untukku
Air mata yang telah aku lakukan kepadamu
Ibu ...
Kau selalu berharap aku bisa menjadi yang nomer 1
Tapi, sering kali aku melawan dan melalaikan perintahmu
Aku selalu membuatmu bersedih
Mulai sekarang aku bertekad untuk menghapus air matamu
dan menggantinya dengan canda dan tawa
Terima kasih Ibuku tercinta
Kau takkan pernah tergantikan di dalam hidupku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!