Kepolisian Republik Indonesia, Komisi Pemberantasan Korupsi, Makamah Agung tiga konstitusi yang dalam Tupoksinya hingga kini haruslah diakui merupakan bola liar panas krusial untuk disikapi dengan tindakan serius oleh lembaga terkait yang berwenang dalam mendudukan konsep dan konteks secara tepat. Dalam Tupoksi ketiga lembaga ini memang jika diperhatikan secara cermat ibarat kulit, daging dan tulang, mengapa demikian karena ketiga organ tersebutlah melekat erat pada bagian terluar pelindung yang vital dari manusia.
Ketiga lembaga ini memang setidaknya harus mampu terlerai secara jelas sehingga diharapkan tidak sampai menjadi luka, sehingga luka di tulang berimbas daging dan kulit pun harus terkena imbasnya. Bagaimana tidak jika kenyataannya yang dialami sekarang KPK dan POLRI mulai ada dalam kondisi bagai luka di kulit dan daging untung tak termakan ke tulang, mungkin gambaran kondisi yang terjadi saat ini. Bagaimana memperhatikan daging untuk pulih dulu agar kulit bisa eksis lagi pada posisinya atau sebaliknya bisa saja memperhatikan daerah tempat kulit atau lapisan terluar walaupun daging belum sembuh betul tapi yakin secara perlahan pasti daerah daging pasti akan sembuh pula asal terus serius memperhatikan dengan memberi perawatan khusus dan benar-benar steril daripengaruh akibat kontak dengan lingkungan sekitar yang bakal merusak proses pemulihan.
Kasus yang sementara bergulir antara kubu KPK dan POLRI terkait Novel Baswedan jika diperhatikan kini ada dalam ranah infeksi yang masih belum berbahaya masih dapat diatasi tapi bukan tidak mungkin jika tidak segera ditangani dengan perawatan medis dengan baik maka akan semakin fatal. Demikian mungkin yang dapat digambarkan kondisi tegangnya lembaga pejuang hukum di negara kita. Semakin meradangnya suatu penyakit memang lama kelamaan sulit pula proses penyembuhannya , karenanya jika saat ini masih kecil sangat disarankan untuk sedini mungkin disikapi jangan terus berpikir dengan serius memperhatikan tanpa mencari langkah preventif pengobatan infeksi masih belum diperlukan hal ini yang wajib diperhatikan.
NB seorang anggota POLRI dipercayakan ke kubu KPK sementara BG murni kubu POLRI jika diperhatikan kok bisa terjadi adanya implikasi hubungan tak nyaman antara keduanya, apa mungkin demikian, jika mungkin, kok bisa sih. Demikian kondisi yang adalah penyebab munculnya luka yang meradang di balik tegangnya hubungan antar kedua lembaga, di karena kurang serius memperhatikan luka ketusuk duri berimbas kini ada gejala infeksi yang harus segera diperhatikan jangan sampai menjadi luka yang lebih parah bahkan menjalar lebih luas lagi. Luka ketusuk duri itu diawali dengan kasus BG yang diungkap NB padahal jika diperhatikan NB dan BG dulunya adalah satu Korps kok bisa sih demikian. Jawaban mungkin akan diserahkan pada tim penyidik kasus yang steril tangannya jangan sampai tangan medis yang akan dipercayakan memeperhatikan luka ini juga infeksi adalah wajib diperhatikan.
Korps adalah Korps, NB dulu Korps tapi mungkin sulit jika dibilang NB kini masih ada dalam Korps lagi ini fakta, karena NB telah ada pada areal Lembaga lain tempat berlindungnya di luar Korps yang dulu ia junjung bersama BG. NB dan BG jika adalah pribadi mungkin aman tapi bagaimana jika tidak lagi individu keduanya terpaut lembaga masing-masing apa tidak lebih rusak alias infeksi ini yang patut digaris bawahi.
Merebahkan indikasi tak konek dan nyamannya hubungan kedua lembaga yang seharusnya bagai tulang daging dan kulit bersama MA jika diperhatikan secara baik, hanyalah luka tertusuk jarum tapi karena tak diperhatikan dan ditangani secara baik luka tertusuk jarum kayaknya berubah menjadi luka tersayat silet apa tidak demikian jika saja melihat tindakan pimpinan POLRI dan bawahannya yang maaf saya harus bilang agak sedikit salah konsep dan salah konteks. Dikatakan demikian atas dasar penilikan terhadap sikap Kapolri pada komentar publik beberapa waktu lalu yang bisa dinilai agak berindikasi telah teinfeksi, padahal hal tersebut sesungguhnya tak diharapkan dalam menyembuhkan luka ini apalagi BG sudah di dalam Korps pada posisi number two apa tidak merepotkan. Harapan dari kami warga bangsa semoga jangan demikian karena masyarakat bangsa ini menginginkan kondisi yang sementara merebah ini jangan ibarat luka tertusuk jarum menjadi infeksi yang berlebih seakan bagai luka tersayat silet.
Akhirnya bagi para aparat ataupun lembaga yang sementara ada dalam areal yang hangat saat ini tolong jangan jadikan luka tertusuk jarum berubah bagai luka tersayat silet karena banyak terkontaminasi dengan pemikiran tak mengedepankan nasib bangsa tapi lebih pada ego pribadi yang sesungguhnya membuat bangsa ini bagai sedang berada dalam kondisi tak sehat karena ada sebagian organnya yang mengalami proses infeksi yang cukup berbahaya. BG dan NB dan BH kalau samphoo ada Tri in One kenapa tidak bisa dipraktekkan sih. Jangan buat susah untuk diri sendiri, lembaga maupun negara ini tapi satukan konsep pikir yang cerah dan membangun dan tataplah ke depan bagaimana dengan bangsa ini jika yang terjadi "one vs two”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H