Libur Natal dan tahun baru Desember 2014, saya sekeluarga merencanakan liburan keluarga ke Yogyakarta dengan menggunakan transportasi darat (mobil). Tujuannya biar bisa berlibur dan untuk pertama kalinya mencoba berlibur dengan menggunakan jalan darat, karena selama ini anak-anak selalu berlibur dengan menggunakan pesawat dan dengan destinasi luar negeri. Dan saya merasa sudah saatnya bagi anak-anak untuk lebih mengenal apa yang dimiliki oleh negara sendiri ketimbang negara lain. Dengan maksud studi banding seperti para anggota dewan terhormat :)
Begitu ide ini terlontar, termyata disambut oleh keluarga Om yang juga ingin ikut berlibur. Akhir kata, saya yang ditugasi untuk menyiapkan semuanya dari booking hotel sampai itenary dari berangkat sampai pulang.
Menyiapkan itenary liburan keluarga ternyata tidak semudah yang dibayangkan, apalagi bukan hanya untuk keluarga sendiri saja. Proses search obyek wisata, peta jalan, kuliner menarik sampai harga kamar menjadi petualangan tersendiri sebelum hari H. Untungnya itenary yang diusulkan langsung mendapat persetujuan keluarga.Â
Persiapan selanjutnya adalah menyiapkan semua perlengkapan buat perjalanan jauh dengan 2 mobil menuju Yogyakarta, mulai dari DVD, perkakas mobil, makanan dan camilan yang banyak. Salah satu kendala adalah ternyata ini adalah perjalanan darat pertama menyusuri Jawa bagi saya dan juga Om. Dan kami berdua tidak tau jalan sama sekali. Saya hanya mengandalkan Google Maps saja, dan Om hanya mengandalkan saya sebagai penunjuk jalan :) Dalam benak, ini akan menjadi perjalanan konvoi kura-kura yang akan saling tunggu menunggu. Kecuali kami memiliki alat untuk komunikasi dan koordinasi dengan cepat dan efisien agar setiap belokan jalan cukup saling memberitahu. Pilihan pertama adalah koordinasi dengan menggunakan smartphone yang sudah kami miliki, tetapi ternyata punya kendala dalam kecepatan koordinasi. Dan alternatif paling feasible adalah menggunakan walkie talkie.
Mulailah saya melakukan penelusuran di web untuk mencari walkie talkie yang tepat untuk digunakan konvoi kendaraan, dengan kriteria jarak jangkauan yang cukup jauh serta batere yang tahan lama mengingat lama perjalanan nantinya. Akhirnya saya menemukan satu-satunya walkie talkie yang terbaik dan sesuai kriteria di atas adalah merek Motorola. Tetapi harga walkie talkie ini cukup mahal, yaitu lebih dari Rp 1,3 juta. Dan setelah diteliti spesifikasinya, daya pancar walkie talkie ini maksimum hanya 1 Watt saja. Berbeda dengan Handy Talkie yang daya pancarnya bisa sampai 5 Watt.
Akhirnya melihat di sebuat situs belanja online yang menawarkan Handy Talkie buatan Cina merek Baofeng UV5R dengan harga hanya Rp 550 rb saja. Walkie Talkie ini support dual band, yaitu frekwensi VHF dan UHF. Silahkan browsing untuk tau apa beda VHF dan UHF. Pendek kata, saya langsung membeli 2 unit HT Baofeng UV5R ini. Dan begitu sampai ditangan, ternyata HT ini bentuknya kecil sekali. Cukup kaget karena selama ini bayangan akan bentuk HT adalah besar seperti batu bata. Setelah test beberapa kali di rumah, saya akhirnya memutuskan menggunakan frekwensi UHF untuk perjalanan konvoi karena terbukti dapat menjangkau sampai maksimum radius 2 KM.
Dan selama perjalanan konvoi dari Jakarta - Cirebon - Semarang - Salatiga - Solo - Yogyakarta - Ungaran - Jakarta, HT ini sangat dapat diandalkan. 2 Mobil kami hampir selalu bisa komunikasi untuk koordinasi jalan maupun berhenti jika ada yang mau ke toilet ataupun lelah. Ternyata teknologi jadul ini jauh lebih efektif dan efisien dibandingkan telepon genggam ataupun smartphone ketika kita membutuhkan koordinasi cepat. Selain itu bebas pulsa lagi.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H