Mohon tunggu...
Nikma Mukarromah
Nikma Mukarromah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Suka membaca dan humor tinggi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Musyawarah Mengajarkan Santri untuk Saling menghormati Orang Lain_IAI Syarifuddin_Lumajang

6 April 2023   10:06 Diperbarui: 6 April 2023   10:17 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pada tanggal 01 Maret 2023, Pondok Pesantren Kyai Syarifuddin Asrama Khadijah, Aisyah dan Tahfidz Al-Yumna mengadakan Musyawaroh Besar ( MUBES ), banyak ditemukan para musyawirin (peserta musyawarah) antusias dalam kelompoknya masing-masing, yang mana kelompok tersebut terbagi menjadi 6 kelompok. 

Dengan bermusyawarah kita berusaha mengupayakan suatu kondisi agar mendatangkan sesuatu yang positif serta menghindarkan diri dari hal-hal yang negatif. Warga Pesantren diajarkan untuk berlatih dalam berargumen dengan tutur kata yang mudah dicerna dan dipahami. Karena seringnya berlatih berbicara dimuka umum yang disalurkan kedalam majelis musyawaroh inilah, selama ini pesantren banyak melahirkan singa-singa podium.

Sebagai makhluk sosial, pendapat serta usulan dari orang lain pasti diperlukan. Hidup berbaur dengan orang banyak sangatlah sulit jika harus berprilaku secara individual. Para musyawairin berjuang layaknya para pahlawan bangsa, berjuang tak kenal lelah serta sungguh-sungguh berjuang untuk memerdekakan sang bumi tercinta. Mereka berjuang untuk mendapatkan penyelesaian dalam sebuah masalah agar tidak terjerumus ke dalam jawaban yang tidak dibenarkan, dengan pola pikir yang berpegang pada sumber rujukan atau referensi dari Al-Quran, Hadist dan kitab-kitab ulama salaf (kuno). 

Karena penilaian manusia amat rentan akan pengaruh dorongan nafsu insaniyah, maka, setiap permasalahan harus dikembalikan atau ditimbang secara syar'i, bukan atas perasaan suka atau tidak suka. Oleh karena itulah, dalam memecahkan suatu masalah membutuhkan banyak pertimbangan dan dilihat dari berbagai sudut agar menghasilkan jawaban yang objektif. Secara otomatis, dengan seringnya membuka berbagai referensi dan tentunya kitab-kitab salaf, analisa pemahaman kitab kuning semakin terarah. Penguasaan kitab klasik juga menjadi modal dasar para santri untuk berkiprah kelak di masyarakat.

Banyak kita temui orang-orang yang pemikirannya tidak sinkron, bahkan ada yang berani menentang arus jalur pemikiran yang sudah umum. Hal ini bisa jadi disebabkan karena pola pikir yang menganggap dengan berbeda itu baik. Cacian-cacian yang semakin memanas memekikkan telinga. Salah satu pemicunya adalah mereka tidak mau bermusyawarah. Egoisme disemarakkan. Merasa hanya dirinya lah yang memiliki gagasan paling benar. Telinganya tertutup dengan keangkuhan. 

Tidak ingin mendengar pendapat orang lain. Musyawarah adalah sarana mempelajari perbedaan, menghargai pendapat orang lain, mengeratkan arti sebuah kebersamaan, pembelajaran diri bahwa selalu ada landasan yang bisa dipertanggungjawabkan ketika berpendapat, bukan sekadar menampakkan egoisme dan kebenaran pribadi. Beradu argumen sudah menjadi kebiasaan para santri yang dapat membungkus peraduan itu dengan perisai ketakziman.

Meskipun demikan keruh yang terjadi di luar sana, santri-santri di pesantren sudah terlatih untuk menghadapi orang-orang yang demikian. Menghargai pendapat orang lain, tidak langsung mengklaim salah pendapat orang lain. Inilah manfaat yang kita dapat bila tekun bermusyawarah. Karena tidak dipungkiri, sebagian kepahaman kita terdapat dalam pemikiran orang lain. Jadi, hal yang sering terlupakan adalah senantiasa belajar berbicara yang baik tapi lupa belajar menjadi pendengar yang baik, mendengar pendapat orang lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun