Siapa yang tidak mengenal tokoh Omid Safi? Lalu bagaiamana Pemikiran Omid Safi dalam implementasi  dalam pembelajaran Madrasah? Yuk mari kita simak penjelasannya sedikit . lanjuuut...
Sebagai pendidik yang humanis untuk membentuk peserta didik yang unggul sangatlah diperlukan. Hal ini dikarenakan masih adanya pendidikan Islam memiliki berbagai problem.Â
Problem tersebut haruslah segera untuk di atasai. Adapun problem-problem tersebut diantaranya: posisi rapuhnya murid dalam masyarakat kurangnya sifat percaya diri, pandangan murid adanya kecenderungan dikotomis yang telah menjarah anatara ilmu agama dengan ilmu umum, serta kurangnya antara guru dengan murid sikap yang humanis. Hal ini menjadikan sebuah problem dalam Madrasah.
Sehingga berbekal melalui pemikiran-pemikiran kritisnya Omid Safi, diperlukannya seorang pengajar mempunyai sikap humanis setiap melaksanakan pembelajaran kepada siswa-siswinya. Dalam kontek ini pengajar atau guru tidak hanya melakukan sebuah transfer pengetahuan kepad apara peserta didik, melainkan proses pengembangan serta penuh tanggung jawab.Â
Dengan demikian diperlukannya seorang pengajar baik dari ucapan, tingkah laku, serta cara bersikap seorang pengajar atau guru ditamplkan kepada siswa-siswi sehingga murid dapat mencontohnya. Selain sifat-sifat tersebut yang harus dimiliki guru sebagaimana disebutkan di diatas, seorang guru juga harus memiliki sifat-sifat khusus agar menjadi guru yang humanis dalam menjalankan proses pembelajaran yaitu:Â
pertama, guru memberikan pembelajaran kepada siswa sesuai dengan tingkatan psikologisnya. Karena dalam belajar berhubungan dengan sikap kematangan otak  serta mental peserta didi.Â
Pendidik bisa dikatakan sukses ialah seorang pendidik yang bisa memilih dan memberikan tugas kepada peserta didiknya sesuai dengan kemampuannya.Â
Seorang pendidik perlu menampilkan sikap humanis didalam mendidik hal ini sangatlah penting yang perlu di laksanakan oleh guru dalam rangka mendukung peserta didik dalam mencapai suksesnya pembelajaran.
Kedua, dalam pembelajaran pendidik bersikap apa adanya, memberikan sebuah pembelajaran penuh arti akan membawa tercapainya pendidik bersikap jujur, tulus. Selain itu diperlukannya ruang dialog baik pendidik maupun peserta didik.Â
Ketiga, tidak memberikan hukuman yang berhubungan langsung dengan fisik ketika peserta didik melakukan sebuah kesalahan, memberikan nasehat dengan menggunakan bahasa yang halus. Atau memberikan hukuman yang mendidik.Â
Keempat, seorang pendidik harus mengetahui keadaan waktu yang baik dan tidak memaksakan peserta didik dalam proses belajar. Pendidik merupakan penentu keberhasilan dalam proses pembelajaran, diperlukannya kepekaan terhadap kebutuhan peserta didik, sehinggga apabila proses pembelajaran siswa didapati mulai bosan maka segera mungkin pendidik mencari metode lain agar siswa tidak meras bosan.Â