Mohon tunggu...
nikmah tsaniyah
nikmah tsaniyah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lakukan apa yang menjadi bagianmu, selanjutnya biarlah Allah yang mengurusnya(imam malik)

berguna sesama

Selanjutnya

Tutup

Diary

Lalu Apa Dong Target Hidup Kamu?

30 September 2021   11:23 Diperbarui: 30 September 2021   11:30 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

  Sudah berbulan-bulan saya dan teman-teman PPL lainnya mengajar di sebuah desa sekolah kecil dengan semangat anak-anak dan para dewan guru bersemangat untuk saling mewujudkan sekaligus mencetak generasi yang terdepan dan juga berakhlak Qur'ani. Tidak ada sekat antara kami dengan warga yang lain karena seringnya kami berinteraksi setiap harinya sudah biasa dan bahkan sebagai saudara sendiri.

Keberuntungan yang luar biasa saya dan teman-teman dapatkan  ditempatkan disini. Karena banyak sekali hikmah yang dapat kami petik. Sesuai firman Allah padahal itu tidak menyenangkan bagimu. Tetapi boleh jadi kamu tidak menyayangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. Disini kami lebih mendekatkan diri pada allah dan lebih menghormati dan menghagai kepada orang lain. Disini  kami juga menerima anak-anak yang menginginkan untuk les dan tidak dipungut uang sama sekali.

Setiap sepertiga malam terakhir terdengar suara merdu anak-anak melantunkan ayat demi ayat 30 juz  bil ghoib dari masjid sebelah kontrakan yang kita huni. Dunia ini tenang, damai, kita rasakan disini dikelilingi oleh orang-orang shalih. Disini banyak anak-anak yang sudah punya hafalan al --Quran bahkan banyak juga yang selesai 30 juz. Menangis hati ini kenapa dengan segala kesempurnaan yang kita punya sekarang ini tidak kita manfaatkan untuk menyibukkan dengan al-Quran. Akhirnya aku bertekad memutuskan ketika nanti setelah PPL kembali kepondok untuk  bergabung pada program takhfidz.

Sebetulnya gemuruh hati kecil ini ingin menghafal sudah aku pendam sejak dulu ketika masih duduk di bangku MTs kebetulan teman-teman dekatku dulu dan sampai detik ini kebanyakan  para penghafal dan ingin aku seperti mereka tidak jarang juga aku menyimakkan mereka setiap saat dan dimana saja. Tapi waktu itu aku belum memberanikan diri. Mempelajari lebih mendalam kandungan  dan lebih mencintai al-Quran lagi.

Setelah sekian lama beberapa bulan tibalah saatnya kegiatan PPL berakhir. Tak henti-hentinya air mata ini mengalir dengan derasnya, kalian semua sudah menjadi bagian yang terpenting dari kami. Sebuah pertemuan pasti akan adanya perpisahan dan ini berat jauh lebih berat ketika awal kami ditempatkan disini. Sampai berjumpa kembali terimakasih atas ilmu yang sudah kalian tularkan pada kami dan atas persaudaraannya. kita akhiri disini kami harus melanjutkan ke rutinitas kami selanjutnya. Berbulan-bulan aku sudah  tidak berada dipondok. Rindu bertemu para astatidzku, teman-teman seperjungan dipondok dan segala keusilannya.

Suara lirih dan celotekan rebana nadzoman terdengar  sahut menyahut antar kelas atas maupun kelas bawah. Rindu dengan suasana yang begini, genap lima bulan aku tidak disini, dan aku disini kembali  lagi untuk mengabdi menjadi santri. Seusai PPL aku putuskan untuk bergabung diprogram takhfidz,  karena tiga tahun yang sebelumnya aku fokus mengambil pada program kitab.

Sebelumnya aku memohon doa restu pada orang tua dan saudara-saudaraku yang lain dan juga teman-teman dekatku, semua mensuportku dan mendokan semoga diberi kelancaran dan kemudahan.

Pagi itu agenda anak-anak takhfidz, memenuhi pojok sudut masjid dengan mata menutup dan komat kamit melantunkan ayat suci al-Quran dengan khusuknya. Hati ini nyaman, pikiran tenang. Begitulah rutinitas anak takhfidz ba'da subuh murajaah  dimasjid sebelum disetorkan pada ibuk di ndalem. Aku memberanikan untuk sowan di ndalem matur kalau saya mau ikut bergabung diprogram takhfidz. Alkhamdulillah di ijabahi oleh ibuk dan disambut sangat gembira oleh  beliau kemudian mendoakanku dan meminta untuk memboyong semua barang-barangku ke komplek takhfidz, supaya dalam menghafal lebih bersemangat dalam murojaah.

Hari-hariku saat ini selalu kuisi dengan membaca al-Quran sesekali aku membaca makna dan memahaminya karena itu salah satu cara untuk mempercepat hafalanku, sehari kami bisa setor ke ndalem tiga kali ba'da subuh, waktu dhuha, ba'da isya'. Sering kali ketika disemak oleh teman sendiri sangat lancar dan ketika disetorkan hafalan hilang entah kemana. Mengulang dan mengantri lagi beristghfar banyak-banyak memojokkan diri mengulang-ulang sampai mendarah daging dalam hati. Sesekali aku menyelesaikan mengejar targer rampung skripsi bulan oktober mendatang.

Sebelumnya ada penyesalan dalam hati kenapa baru saat ini  bergabung di akhir semester tujuhku tapi tidak maslah aku bertekad tidak ada kata terlambat bagiku, bukankah semua bergantung pada niatnya? Dengan status baruku saat ini aku kembali bergabung  menjadi santri program takhfidz, disana juga banyak seusiaku yang baru bergabung menghafal al-Quran tapi juga banyak yang dibawahku banyak yang dibawahku sudah dapat hafalan banyak bahakan ada yang sudah selesai tinggal melancarkan saja. Untuk program takhfidz memang disendirikan dengan santri reguler bukan karena anak takhfidz di istimewakan akan tetapi ini karena untuk menciptakan kondisi yang lebih mudah anak-anak untuk menghafal dengan kondisi nyaman dan kondusif sehingga semisal murojaah lebih masuk dan tidak terganggu oleh aktifitas yang lain.

Dipojok komplek anak takhfidz ditempatkan. Lingkungan disini lebih asri, tenang, dihiasi dengan tanaman padi yang dikelilingi oleh sungai yang mengalir. Sesuai banget kalau untuk menyendiri sekedar menambah dan murajaah hafalan. Jadwal kami setiap hari Rabu ba'da maghrib mengkaji kitab tafsir ayatul ahkam  selanjutnya ba'da isya' mengkaji kitab at-tibyan, malam kamis semua santri takhfidz putra maupun putri semaan bergilir. Hari  minggu pagi mengkaji kitab al-burhan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun