DAMPAK PENCEMARAN PERAIRAN YANG TERCEMAR LOGAM BERAT
PENCEMARAN SUNGAI DI DESA TABOBO
KECAMATAN MALIFUT, KABUPATEN HALMAHERA UTARA
PENULIS : NIKMAH SABBAHA
Air merupakan kebutuhan bagi manusia dan organisme lainnya. Manusia juga membutuhkan air seperti air minum, pertanian, dan mandi. Air juga penting untuk habitat bagi makhluk hidup yang berada di perairan seperti ikan, udang, dan lain-lain. Selain itu manusia juga menggunakan air untuk mendukung kegiatan industri. Masalah yang sering ditemui sumber daya air yaitu jumlah air yang tidak mampu memenuhi peningkatan kebutuhan dan penurunan kualitas air.
Jadi menurunnya kualitas air itu di karenakan polusi yang terjadi pada air. Polusi pencemaran air karena masuknya zat asing dalam jumlah yang sangat besar yang melebihi daya dukung air. Adapun beberapa zat yang menyebabkan polusi yaitu logam berat yang bisa menyebabkan kerusakan hati, insang, dan bahkan menyebabkan kematian pada ikan.
Dalam Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air.
Polusi air terjadi karena masuknya makhluk hidup, zat, energi, atau komponen lain ke dalam air dan perubahan struktur air, di karenakan oleh aktivitas manusia atau proses alami sehingga kualitas air turun ke tingkat tertentu yang menyebabkan air menjadi kurang atau tidak lagi berfungsi sesuai dengan peruntukannya yang mengakibatkan terjadinya logam berat.
Logam berat adalah kelompok unsur logam dengan massa jenis lebih besar dari 5 gr/cm3, yang pada tingkat tertentu menjadi bahan beracun dan sangat berbahaya bagi makhluk hidup. Logam berat diantaranya adalah timbal (Pb), merkuri (Hg), arsenik (As) dan cadmium (Cd). Logam berat mempunyai sifat yang mudah mengikat bahan organik, mengendap di dasar perairan dan bersatu dengan sedimen sehingga kadar logam berat dalam sedimen lebih tinggi dibandingkan dalam air.
Studi kasus yang saya ambil tentang pencemaran logam berat merkuri (Hg) PT. HARITA NIKEL di perairan sungai tabobo kecamatan malifut kabupaten halmahera utara yaitu, Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari kebiasaan memakan makanan dari laut, terutama sekali ikan, udang dan tiram yang telah terkontaminasi oleh merkuri. Awal peristiwa kontaminasi merkuri terhadap biota laut adalah masuknya buangan industri yang mengandung merkuri ke badan perairan teluk (lautan). Selanjutnya dengan adanya proses biomagnifikasi yang bekerja di lautan, konsentrasi merkuri yang masuk akan terus ditingkatkan disamping penambahan yang terus menerus dari buangan pabrik. Merkuri yang masuk tersebut kemudian berasosiasi dengan sistem rantai makanan yang diambil dari perairan dan ikut termakan oleh manusia bersama makanan yang diambil dari perairan yang tercemar oleh merkuri. Hasil analisis kandungan logam berat merkuri (Hg) berdasarkan spektrofotometri serapan atom (SSA) dengan satuan ppb, di dapatkan nilai yang berkisar antara 0,0025- 0,0073 ppb. Konsentrasi merkuri tertinggi diperoleh pada stasiun V dengan tingkat konsentrasi merkuri sebesar 0,0073 ppb dan terendah pada stasiun I dengan kandungan merkuri sebesar 0,0025 ppb. Berdasarkan criteria baku mutu air yang baik adalah tidak lebih dari 0,0014 ppb atau 0,002 mg/l maka dapat disimpulkan bahwa pada lokasi penelitian masih belum tercemar oleh bahan logam berat merkuri (Hg).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H