Halo teman-teman kembali lagi dengan tulisan saya. Kali ini saya akan menulis tentang kota kelahiran saya dan mengupas lebih dalam budaya dan ada apa sih di dalam kota kelahiran saya. Jadi saya lahir di Kabupaten Pasuruan tepatnya di Kecamatan Prigen Dusun Ledug. Dimana pendidikan saya mulai dari TK sampai dengan SMP berada di Dusun, kemudian baru SMA saya bersekolah di SMAN 1 PANDAAN di Kecamatan Pandaan.
Kembali ke sebutan nama kota saya bahwa pasuruan adalah terkenal sebagai kota santri, menurut saya pribadi mengapa dinamakan dengan kota santri karena banyak dibangun Pondok Pesantren, TPQ dan banyak lahir ulama'-ulama' besar. Dulu saya sempat ingin melanjutkan di pondok pesantren selesai SD namun entah kenapa saya berubah pikiran untuk di SMPN saja. Ya begitulah hati manusia suka berubah-rubah. Akan tetapi di lingkungan tempat tinggal saya cukup religius dan masih tergolong kawasan yang banyak pemuka agama sehingga saya tetap mendapat ilmu agama.
Di dusun saya ledug namanya, banyak sekali di jumpai tanaman hias dari berbagai varietas apa saja dapat kalian temui, mulai dari harga yang murah hingga jutaan rupiah, begitupun dari ukurannya mulai dari yang kecil hingga yang besar bisa dijumpai. Ini tidak hanya tersedia di stand stand bunga, akan tetapi tiap rumah memiliki tanaman hias di depan rumah atau ditanam di lahan sawah milik pribadi mereka. Menurut saya ini adalah investasi masa depan yang unik karena kita tidak tau kapan akan laku dan harga tanaman hias tidak gampang turun.Â
Di kemudian hari bisa saja dibeli dengan harga diatas rata-rata pasar. Ada juga masyarakat yang menjual nya ke pasar dengan eceran yang tiap varietas terdapat 1 dan terdiri dari varietas banyak. Disini bukan hanya tanaman hias saja, namun juga tanaman apotik hidup dijual. Strategi pemasaran masyarakat tidak hanya dijual ke pasar, namun banyak masyarakat yang menjualnya sampai ke luar jawa misalnya sampai ke pulau bali, jakarta, sumatra dan masih banyak lagi.Â
Dengan cara mereka tidak hanya sekedar menjual seperti orang jualan cilok, akan tetapi kita harus sudah mempunyai target pasar atau langganan yang akan membeli tanaman hias tersebut. dengan begitu masyarakat sudah mendapatkan profit dan tanaman terjual habis. Begitulah cara masyarakat menyambung hidup dengan kekayaan alam yang tersedia di lingkungan saya. Tidak hanya tanaman hias yang mereka punyai, peternakan pun sebagian besar setiap rumah mempunyai diantaranya sapi, kambing, ayam, bebek.Â
Biasanya  mereka memelihara peternakan untuk tabungan masa depan apabila anaknya ingin menikah sehingga tidak lagi membeli sapi untuk hajatan. Dengan kesabaran tiap hari masyarakat ngarit (mencari rumput) di sawah untuk makanan hewan ternak mereka. Disamping itu, untuk penghasilan sampingan mereka memeras susu sapi perah untuk dijual di koperasi susu atau pesanan suatu toko untuk dikelola dijadikan produk makanan atau minuman.
Tidak hanya itu saja, di daerah saya juga banyak bangunan industri mulai dari pabrik kapas, pabrik roti, pabrik plastik, pabrik besi, pabrik makanan/minuman, pabrik air mineral, pabrik sarung dan masih banyak lagi. Biasanya masyarakat yang usianya sekitar 20-30 an yang bekerja di dunia industri ini. Biasanya juga yang bekerja di industri ini orang pindahan atau orang yang kurang menyukai beternak.
Pastinya ini semua tidak lain menunjukkan bahwa negara Indonesia adalah negara agraris dimana kekayaan sumber daya alam melimpah dan masyarakat harus memanfaatkan dan menjaganya. Dimana peran manusia disini sangat penting yang berperan sebagai pengelola. Dengan begitu daerah lingkungan saya bisa dikenal banyak orang dari daerah manapun dan pastinya memberikan kesan yang baik.Â
Kemudian banyaknya Pondok Pesantren dan TPQ sesuai dengan sila yang pertama yaitu Ketuhanan yang Maha Esa dimana masyarakat meyakini agama masing-masing dan saling toleransi antar umat beragama. memberikan aura religius siapapun yang berwisata kesana dan kenyamanan. Maka dari itu saya sangat bangga dengan kota kelahiran saya hehe. Terimakasih sudah membaca artikel saya semoga teman-teman sehat selalu dan tetap dirumah ya social distancing dan rajin cuci tangan. Bye sampai jumpa di artikel saya yang berikutnyaÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H