Mohon tunggu...
Nikmah Mahanani
Nikmah Mahanani Mohon Tunggu... Guru - Alur takdir berjalan seiring rotasi waktu. Daya juang diri diuji peluh berkucur beri pengalaman diri.Mencerdaskan diri bersosialisasi mengenali karakter pribadi untuk lebih mawas diri dapatkan ridho Illahi.

Saya Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Tulungagung. Yang sedang mengembangkan diri untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial Emosional Hantarkan Generasi Emas Tangguh Bertalenta Global sesuai Profil Pelajar Pancasila

21 Maret 2022   03:25 Diperbarui: 21 Maret 2022   03:28 3872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nikmah Mahanani, M.Pd

SMA Negeri 1 Tulungagung

Calon Guru Penggerak Angkatan 4 Wilayah Tulungagung

Fasilitator : Suyatno, M.Pd. M.Kom

Pendamping Praktik : Imatul Awaliyah, M.Pd

Daya kompetisi pada era  globalisasi dan inovasi teknologi suatu bangsa tergantung pada kualitas sumber daya manusia. Sejajarnya pembangunan sumber daya manusia dengan kemajuan iptek dan  perkembangan dunia global akan membawa Indonesia pada terwujudnya cita-cita mulai  kemerdekaan yaitu bangsa berkarakter,  cerdas,  mampu bersaing dan sejajar dengan bangsa-bangsa lain.

Kemendikbud sebagai kepanjangan tangan pemerintah mengemban amanat untuk mengendalikan pembangunan sumber daya manusia  melalui peningkatan mutu pendidikan dan memajukan kebudayaan. 

Sekolah sebagai ekosistem pendidikan yang memberdayakan sumber daya untuk menumbuhkan murid-murid yang berkembang secara utuh, baik dalam rasa, karsa dan ciptanya dalam terwujudnya Profil Pelajar Pancasila.

Perubahan paradigma baru pendidikan yang berpusat pada murid menjadi pilihan untuk menguatkan pendidikan. Penguatan praktek pembelajaran berpusat dengan murid dengan cara mendesain pengalaman belajar dan lingkungan belajar yang merespon kebutuhan belajar murid untuk mencapai tujuan pembelajaran melalui pembelajaran diferensiasi.

 Menciptakan pengalaman dan lingkungan belajar yang memperhatikan kebutuhan sosial dan emosional murid tidak kalah urgen diterapkan dalam pembelajaran. 

Fenomena yang terjadi pada dunia pendidikan seperti kasus perundungan, pernikahan dini, penggunaan narkoba pada remaja, partisipasi akademik yang rendah, putus sekolah, gangguan emosional seperti stress, kesepian dan bunuh diri. Hal tersebut menunjukkan bahwa perkembangan sosial emosional siswa masih lemah.

Mengacu pada hal diatas urgensi PSE  mendorong tumbuh kembang murid secara holistik bukan hanya aspek intelektual, melainkan  fisik, emosional, sosial, dan karakter. KHD, 2011 menyampaikan bahwa pembelajaran budi pekerti (karakter) adalah pembelajaran jiwa manusia secara holistik yang menghasilkan bersatunya budi (gerak pikiran, perasaan, kemauan) sehingga menimbulkan tenaga (pekerti). Kebersihan budi adalah bersatunya cipta, rasa, dan karsa yang terwujud dalam tajamnya pikiran, halusnya rasa, kuatnya kemauan yang membawa pada kebijaksanaan.

KHD, 2011 menegaskan juga bahwa pendidikan itu adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka sebagai manusia maupun anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Pendidik berperan penting  mendampingi murid di sekolah sepanjang hari, menuntun mereka untuk mencapai potensi dalam diri setinggi-tingginya, baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat, hingga dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaannya.

Tugas pendidik sebagai pemimpin pembelajaran adalah menumbuhkan motivasi untuk membangun perhatian berkualitas pada materi dengan merancang pengalaman belajar yang mengundang dan bermakna.  merencanakan secara sadar pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan murid-murid untuk mewujudkan kekuatan (potensinya). 

Pembelajaran yang memberikan mereka pengalaman untuk dapat mengeksplorasi dan mengaktualisasikan seluruh potensi dalam dirinya setinggi-tingginya.

Begitu pentingnya peran pendidik tersebut maka harus membekali diri dengan kompetensi diri yang salah satunya adalah kompetensi Sosial emosional. 

Hal tersebut didukung penelitian tentang pembelajaran sosial dan emosional menyampaikan bahwa seorang pendidik  yang memiliki kompetensi sosial dan emosional baik lebih efektif dan cenderung lebih tangguh dan merasa nyaman di kelas karena mereka dapat bekerja lebih baik dengan murid.

Sejak lama kesadaran  proses pendidikan menuntun tumbuh kembang murid secara holistik sudah menjadi perhatian pendidik.  Kesadaran diawali dari teori Kecerdasan Emosi Daniel Goleman dengan pengembangan  CASEL (Collaborative for Academic, Social and Emotional Learning) tahun 1995 (www.casel.org) sebagai konsep Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE). Konsep PSE berdasarkan berdasarkan kerangka CASEL mendorong perkembangan anak secara positif dengan program yang terkoordinasi antara berbagai pihak dalam komunitas sekolah

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran secara kolaboratif oleh seluruh komunitas sekolah. 

Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi (kesadaran diri), menetapkan dan mencapai tujuan positif (pengelolaan diri), merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain (kesadaran sosial), membangun dan mempertahankan hubungan yang positif (keterampilan membangun relasi), membuat keputusan yang bertanggung jawab.  (pengambilan keputusan yang bertanggung jawab).

Perlu digaris bawahi bahwa  jika kompetensi sosial dan emosional murid berkembang, maka aspek akademik mereka pun berkembang. Dan ketika abai dengan  perkembangan sosial dan emosional, maka akan berdampak buruk bagi akademik sehingga pembelajaran sosial dan emosional penting  diimplementasikan.

Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)  dapat dilakukan dengan 4 cara mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid dan mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.  

Implementasi PSE didukung oleh pendapat Daniel Goleman, 2017 bahwa tindak lanjut paling nyata dari PSE adalah membantu anak kita mengelola apa yang ada dalam diri mereka dan meningkatkan pembelajaran dengan melatih PERHATIAN".

Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Pembelajaran 5 KSE  dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.

Dasar penguatan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional  adalah kesadaran penuh (mindfulness). Kesadaran penuh (mindfulness) merupakan kesadaran yang muncul saat individu tersebut memberikan perhatian dengan sengaja pada kondisi saat sekarang aserta dilandasi rasa ingin tahu dan welas asih (Kabat Zinn dalam Hawkins. 2017). 

Dalam sudut pandang saintifik, latihan berkesadaran penuh (mindfulness) yang konsisten dapat memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran (Hawn Foundation, 2011). Mindfulness dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui kegiatan sehari-hari maupun dalam pembelajaran yang dilakukan secara mindful sehingga ada koneksi antara dengan tubuh/indera, perasaan, pikiran dan lingkungan).

Prinsip praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang dilakukan secara sadar, bentuk aktivitasnya menekankan pada  perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Well-being merupakan kondisi dimana individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan diri dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

 Pendapat lain disampaikan oleh Noble and McGrath (2016) bahwa well-being murid adalah keadaan emosional berkelanjutan (relatif stabil) ditandai dengan: sikap dan suasana hati secara umum positif, relasi positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.

Penerapan pembelajaran sosial dan emosional tidak saja  mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

Penerapan pembelajaran sosial dan emosional yang berkaitan dengan kelas dan sekolah mencakup empat strategi yaitu pertama melalui pengajaran eksplisit yaitu memastikan murid memiliki kesempatan  konsisten untuk menumbuhkan, melatih, dan berefleksi tentang kompetensi sosial dan emosional dengan cara yang sesuai dan terbuka dengan keragaman budaya. 

Pengajaran KSE bisa dalam  bentuk kegiatan kokurikuler dan ekstrakurikuler berbagai proyek, acara atau kegiatan sekolah yang rutin untuk mengajarkan kompetensi sosial dan emosional secara eksplisit.

Kedua dalam bentuk integrasi dalam praktek mengajar guru dan kurikulum akademik yaitu  dapat diintegrasikan ke dalam konten pembelajaran dan strategi pembelajaran pada materi akademik, serta musik, seni, dan pendidikan jasmani. Ketiga adalah penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Upaya mengubah lingkungan sekolah (iklim kelas dan sekolah), adalah melalui praktik guru dan gaya interaksi mereka dengan murid, dengan mengubah peraturan dan harapan sekolah dapat membangun keyakinan kelas dan peraturan sekolah.  

Praktik mengajar guru dan gaya interaksi guru dengan murid. Serta lingkungan yang memprioritaskan kualitas relasi antara guru dan murid adalah salah satu indikator utama dalam penciptaan iklim kelas dan budaya sekolah. Kualitas relasi guru dan murid tercermin sikap saling percaya akan berdampak pada ketertarikan dan keterlibatan murid dalam pembelajaran

Implementasi pembelajaran sosial dan emosional selaras dengan Standar Proses dalam SNP kita. Integrasikan 5 KSE dalam pengajaran eksplisit maupun integrasi dalam konten dan strategi pembelajaran terkait dengan perencanaan proses dan pelaksanaan proses pembelajaran. Refleksi yang dilakukan guru maupun murid mendorong proses penilaian hasil belajar dan pengawasan proses pembelajaran

 Keempat adalah penguatan KSE pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) di sekolah  Pendidik dan tenaga kependidikan dalam menjalankan peran memiliki kesempatan mengembangkan kompetensi sosial, emosional dan budaya mereka sendiri dengan berkolaborasi, membangun hubungan saling percaya dan memelihara komunitas yang erat. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk memperkuat pembelajaran sosial emosional pendidik dan tenaga kependidikan di sekolah adalah dengan memodelkan atau menjadi teladan, belajar, dan berkolaborasi.

Penguatan kompetensi sosial dan emosional pendidik dan tenaga kependidikan selaras dengan Standar Kompetensi Pedagogik, Kepribadian dan Sosial Guru. Guru mendapatkan penguatan untuk menguasai karakteristik peserta didik dari aspek sosial, kultural emosional, serta menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, arif dan dewasa.

Benang merah terajut terkoneksi antar materi mulai dari pemikiran KHD, peran dan nilai  sebagai guru penggerak dalam menumbuhkan dan mengembangkan kompetensi sosial emosional serta menumbuhkan budaya positif sebagai wahana siswa dalam mengembangkan ketrampilan dan kompetensi sosial emosional yang akan menuntun pada kebahagiaan dan kesejahteraan psikologis.

Menjalankan peran sebagai guru penggerak untuk terus belajar, berefleksi, bertumbuh, berbagi, dan berkolaborasi untuk menjadi lebih baik bagi murid-murid kita yang akan mengantarkan menjadi generasi emas yang tangguh bertalenta global sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila yang dicita-citakan bangsa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun