Mohon tunggu...
Nikmah Mahanani
Nikmah Mahanani Mohon Tunggu... Guru - Alur takdir berjalan seiring rotasi waktu. Daya juang diri diuji peluh berkucur beri pengalaman diri.Mencerdaskan diri bersosialisasi mengenali karakter pribadi untuk lebih mawas diri dapatkan ridho Illahi.

Saya Guru Bimbingan Konseling di SMA Negeri 1 Tulungagung. Yang sedang mengembangkan diri untuk menginspirasi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pembelajaran Sosial Emosional Hantarkan Generasi Emas Tangguh Bertalenta Global sesuai Profil Pelajar Pancasila

21 Maret 2022   03:25 Diperbarui: 21 Maret 2022   03:28 3872
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Perlu digaris bawahi bahwa  jika kompetensi sosial dan emosional murid berkembang, maka aspek akademik mereka pun berkembang. Dan ketika abai dengan  perkembangan sosial dan emosional, maka akan berdampak buruk bagi akademik sehingga pembelajaran sosial dan emosional penting  diimplementasikan.

Implementasi Pembelajaran Sosial dan Emosional (PSE)  dapat dilakukan dengan 4 cara mengajarkan Kompetensi Sosial Emosional (KSE)  secara spesifik dan eksplisit. Mengintegrasikan Kompetensi Sosial Emosional (KSE) ke dalam praktik mengajar guru dan gaya interaksi dengan murid. Mengubah kebijakan dan ekspektasi sekolah terhadap murid dan mempengaruhi pola pikir murid tentang persepsi diri, orang lain dan lingkungan.  

Implementasi PSE didukung oleh pendapat Daniel Goleman, 2017 bahwa tindak lanjut paling nyata dari PSE adalah membantu anak kita mengelola apa yang ada dalam diri mereka dan meningkatkan pembelajaran dengan melatih PERHATIAN".

Pembelajaran Sosial dan Emosional berupaya menciptakan lingkungan dan pengalaman belajar yang menumbuhkan 5 kompetensi sosial dan emosional yaitu kesadaran diri, manajemen diri, kesadaran sosial, keterampilan berelasi dan pengambilan keputusan yang bertanggung jawab. 

Pembelajaran 5 KSE  dapat menghasilkan murid-murid yang berkarakter, disiplin, santun, jujur, peduli, responsif, proaktif, mendorong anak untuk memiliki rasa ingin tahu tentang ilmu pengetahuan, sosial, budaya, dan humaniora. Semua ini selaras dengan Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi dalam Standar Nasional Pendidikan.

Dasar penguatan 5 (lima) kompetensi sosial dan emosional  adalah kesadaran penuh (mindfulness). Kesadaran penuh (mindfulness) merupakan kesadaran yang muncul saat individu tersebut memberikan perhatian dengan sengaja pada kondisi saat sekarang aserta dilandasi rasa ingin tahu dan welas asih (Kabat Zinn dalam Hawkins. 2017). 

Dalam sudut pandang saintifik, latihan berkesadaran penuh (mindfulness) yang konsisten dapat memperkuat hubungan sel-sel saraf (neuron) otak yang berhubungan dengan fokus, konsentrasi, dan kesadaran (Hawn Foundation, 2011). Mindfulness dapat dilatih dan ditumbuhkan melalui kegiatan sehari-hari maupun dalam pembelajaran yang dilakukan secara mindful sehingga ada koneksi antara dengan tubuh/indera, perasaan, pikiran dan lingkungan).

Prinsip praktik kesadaran penuh merupakan segala aktivitas yang dilakukan secara sadar, bentuk aktivitasnya menekankan pada  perhatian yang diberikan saat melakukan aktivitas. Praktik paling mendasar dan sederhana adalah melatih dan menyadari napas. Salah satu teknik melatih napas adalah Teknik STOP. Teknik ini dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja, dan tanpa membutuhkan peralatan.

Penerapan pembelajaran sosial dan emosional berbasis kesadaran penuh secara terhubung, terkoordinasi, aktif, fokus, dan eksplisit, dapat mendukung terwujudnya well-being ekosistem sekolah. Well-being merupakan kondisi dimana individu memiliki sikap positif terhadap diri sendiri dan orang lain, dapat membuat keputusan dan mengatur tingkah lakunya sendiri, dapat memenuhi kebutuhan diri dengan menciptakan dan mengelola lingkungan dengan baik, memiliki tujuan hidup dan membuat hidup mereka lebih bermakna, serta berusaha mengeksplorasi dan mengembangkan dirinya.

 Pendapat lain disampaikan oleh Noble and McGrath (2016) bahwa well-being murid adalah keadaan emosional berkelanjutan (relatif stabil) ditandai dengan: sikap dan suasana hati secara umum positif, relasi positif dengan sesama murid dan guru, resiliensi, optimalisasi diri, dan tingkat kepuasan diri yang tinggi berkaitan dengan pengalaman belajar mereka di sekolah.

Penerapan pembelajaran sosial dan emosional tidak saja  mencakup ruang lingkup kelas dan sekolah, namun juga melibatkan keluarga dan komunitas. Hal ini sejalan dengan prinsip pendidikan Tri Sentra (Tiga Pusat Pendidikan) salah satu gagasan Ki Hajar Dewantara yang menerangkan bahwa pendidikan berlangsung di tiga lingkungan yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun