Mohon tunggu...
Nikmatus Saadah
Nikmatus Saadah Mohon Tunggu... Mahasiswi -

Belajar di masa kecil bagaikan mengukir di atas batu, sedang belajar di masa dewasa bagaikan mengukir di atas air

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sambut "Education 4.0" dengan Optimalisasi Pengorganisasian dan Pengadministrasian BK

20 November 2018   21:33 Diperbarui: 20 November 2018   21:56 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

What the meaning of Education 4.0? Terkadang itu yang masih terdengar dari kalangan masyarakat, bahkan kalangan pendidik sekalipun. Belakangan terakhir, dunia disibukkan dengan Education 4.0 yang terus mem-booming. Oleh karena itu perlu kita ketahui apa itu education 4.0.

Education 4.0 adalah bagian dari industry 4.0 yang berada di abad 21 ini. Mengingat abad 21 itu artinya kita sudah melewati industry 1.0 pada tahun 1784, industry 2.0 pada tahun 1870, dan industry 3.0 pada tahun 1969.

Untuk mengetahui perkembangan industry 1.0 hingga industry 4.0, temen-temen bisa membaca selengkapnya di artikel penulis sebelumnya yang berjudul "Menyongsong Education 4.0 With Mr. Aslam Khan Bin Samashs Khan (Dr. HC)".

Dengan education 4.0 diharapkan pendidik dapat melahirkan pelajar yang berkualitas tinggi dan mampu mengaplikasikan dirinya menjadi manusia yang produktif.

Jika dibandingkan dengan pendidikan sebelumnya, maka dalam education 4.0 ini sangatlah perlu adanya suatu perubahan (Change) untuk segera beranjak dan meninggalkan keterpurukan pendidikan.

Perubahan yang dilakukan dalam education 4.0 ini adalah perubahan yang signifikan dengan tujuan education 4.0 yang berbasis teknologi sehingga mampu merealisasikan tujuan tersebut.

Dalam hal ini sangatlah diperlukan kemampuan pendidik yang berbasis industry 4.0 dan pengelolaan pembelajaran dengan baik. Pemikiran tradisional yang dapat mempengaruhi model pembelajaran perlu diupdate ulang untuk melaksanakan education 4.0.

Misalnya, tradisi mengajar yang 100% mendahulukan pembelajaran kelas perlu diganti dengan pembelajaran 50% kelas, dan 50% pribadi. 50 % belajar individu dapat dilakukan dengan pemberian tuga seperti menulis artikel di suatu blog dengan tema yang akan dipelajari. Hal ini dapat membantu peserta didik dalam memahami lebih dalam materi yang akan dipelajari dipertemuan kelas dan cukup simple dengan memanfaatkan media elektronik yang mereka miliki. Nah dengan menulis pula, peserta didik dapat berkreasi dan akan terbiasa dengan kegiatan menulis mereka ini. Hal ini yang akan melatih peserta didik semakin tinggi cara berpikirnya, karena kerja otak peserta didik untuk berpikir individu dan menerima materi murni dari pendidik menjadi seimbang.

Selanjutnya pola pikir tradisional yang memprioritaskan penilaian hasil dibanding dengan penilaian proses sangatlah perlu diupdate. Terkadang hal ini masih banyak kita temui pada lembaga pendidikan di Indonesia. Output yang baik bukanlah dilihat dari penilaian hasil melainkan penilaian proses.

Jika dipikir secara logika, peserta didik belajar dalam kurun waktu 6 bulan atau satu semester hanya dipertaruhkan pada satu kali ujian saja, rasanya itu tidak adil. Karena dalam mengerjakan ujian tersebut kondisi setiap individu peserta didik berbeda sehingga dapat mempengaruhi hasil ujian mereka. Oleh karena itu dalam education 4.0 sangatlah ditekankan penilaian proses dan meninggalkan penilaian hasil.

Mengingat sebentar lagi sudah saatnya kelulusan di berbagai jenjang, tentunya lulusan-lulusan tersebut memerlukan pendidikan lanjutan ataupun di bidang karir jika mereka berminat melanjutkan untuk berkarir. Setiap lembaga pendidikan ataupun suatu instansi tentu memprioritaskan output yang baik. Output yang baik dalam artian calon peserta didik tersebut mampu melakukan berbagai hal yang dapat menumbuhkan perubahan yang baik di masa mendatang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun