Mohon tunggu...
Nikko Putro Trisnantoro
Nikko Putro Trisnantoro Mohon Tunggu... Freelancer - Baru lulus

Menulis opini terkait dunia

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Dominasi Para Srikandi Negara "Bendera Merah" di Olimpiade Gymnastic

20 April 2024   18:02 Diperbarui: 20 April 2024   18:05 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto Kemenangan Tim Atlit Senam Uni Soviet di ajang Olimpiade Seoul 1988 (Comit International Olympique/LYON)

Hal ini merupakan tradisi kuno dari negara negara sosialis, yang menjadikan event olahraga menjadi 'medan berperang" dalam relasi politik antar negara. Keinginan pemerintahan dalam segi politik dan propaganda. Hal ini menjadikan olahraga, khususnya bidang senam menjadi concern upaya rezim saat itu untuk menjadi tongkat keberhasilan mereka di ajang olahraga.  Mungkin bagi kalian yang bertanya-tanya mengapa wanita di negara sosialis dangat kuat dalam mengikuti ajang gymnastic dunia, jawabannya adanya budaya mereka yang dimana pada zaman dahulu banyak sekali Pendidikan di Bangsa Slavia melakukan pendidikan jasmani atau lebih baik dikatakan budaya fisik (karena dilakukan tidak hanya di sekolah, tetapi juga atas inisiatif masyarakat biasa) yang terdiri dari sistem Latihan. Hal itu tentunya sangat memunculkan minat para putri negara sosialis untuk terbiasa di dalam olahraga senam dan memunculkan DNA yang kuat bagi para putri.

  • Dukungan negara terhadap keilmuan terkait fisik dan olahraga yang lebih baik

Rezim sosialis selalu mendukung penuh dan sumber daya yang membantu para atlit mendapatkan prestasi. Dalam hal ini, Soviet sering memberikan sponsor kepada tim negara mereka untuk bertanding di ajang Olimpiade, negara ikut mengerahkan sumber daya mereka yang sangat besar, terkhusus bagi para putra putri untuk olahraga senam dengan menawarkan insentif yang besar (uang dan ketenaran), bahkan mereka memiliki sekolah asrama demi memenuhi ekspetasi para calon atlit.

  • Filosofi Teori Metveyev

Setiap bidang olahraga yang diikuti bangsa negara merah, mereka menjadi sebuah model secara fundamental dimana mereka mengikuti metode kepelatihan untuk mempersiapkan performa puncak bagi setiap atlit. Menurut buku The Rise of the 'Big Red Sports Machine' and the Advent of Modern-Day Periodization yang ditulis oleh Nick Bourne, Hal ini didefinisikan sebagai manipulasi pelatihan dan beban kerja kompetitif yang sistematis dan bersiklus yang dirancang untuk mencapai keseimbangan relatif antara stres dan pemulihan yang diperlukan untuk mencapai peningkatan optimal dalam kinerja olahraga manusia.

  • Gaya kepelatihan yang keras dan brutal

Hal ini dilambangkan dengan perebutan kekuasaan Unisoviet terhadap Amerika Serikat. Negara-negara sosialis berusaha lebih keras demi mendapatkan prestasi yang diinginkan, mereka berusaha menanamkan arti kata "disiplin" bagi para atlit mereka, hal inipun dididik sedini mungkin terhadap para atlit potensial mereka.

Sampai sekarang masih kerasa bagaimana pengaruh atau andil dari gaya kepelatihan bekasan negara Uni Soviet dalam melatih negara yang berkompetisi di dunia gimnastik, gaya kepelatihan yang brutal inipun masih digunakan sampai sekarang, dalam situs huckmag.com dengan judul uncovering dark side russian rhythmic gymnastics dimana Margarita Mamun (Atlit Senam Putri Rusia) mengatakan apabila "mereka melakukan pekerjaan yang sangat penting -- untuk negara mereka -- mereka tidak pernah mengubah metode mereka karena saya atau film tersebut".

Dengan kata lain negara sosialis berhasil menggunakan alat politik di dalam sistem olahraga mereka dimana olahraga sangat dihargai sebagai sarana untuk meningkatkan kehormatan nasional dan kesuksesan internasional.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun