Mohon tunggu...
dearni natalia
dearni natalia Mohon Tunggu... Lainnya - ha

still believe

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Kehidupan Sebelum Masuk Sekolah Tinggi Teologi

20 September 2024   11:51 Diperbarui: 20 September 2024   12:23 21
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Saya adalah perempuan remaja berusia 17 tahun, dan saat ini saya sedang menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Teologi. Ketika duduk di bangku Sekolah Dasar saya kagum dengan film yang menceritakan kisah Yesus Kristus, film tersebut adalah salah satu film favorit saya kala itu. Ketika tiba waktu paskah saya tidak pernah melewatkan film itu, kala itu juga ada pikiran saya terlintas menjadi seorang hamba Tuhan. Tetapi pikiran itu hanyalah pikiran seorang gadis kecil yang belum mengenal Yesus, dia kala itu hanya tahu siapa itu Yesus.

Saya adalah seorang Kristen sejak lahir, diperkenalkan dengan apa itu sekolah Minggu, apa itu berdoa, tetapi hanya sedikit mengenal tentang apa itu doa. Saya selalu berdoa di kala saya sedang kesusahan dan di kala sukacita kadang kala saya lupa untuk bersyukur kepada Tuhan.

Dulu ketika saya naik kelas dari kelas satu SMP ke kelas dua SMP saya tidak pernah beribadah datang ke gereja selama setahun karena saya tidak terbiasa mengikuti ibadah dewasa dan tidak mengerti bahasa yang digunakan gereja karena gereja saya adalah gereja suku. Dan satu ketika saya mempunyai teman lama saya yang mengajak saya untuk ke gereja bersama. Tetapi ketika dia tidak datang ibadah saya juga tidak datang, saya membuat ibadah setiap Minggu itu hanya rutinitas tidak benar-benar mengetahui apa arti ibadah itu.

Sampai beranjak di bangku kelas satu dan dua SMA kehidupan saya sama seperti itu, menganggap ibadah hanyalah sebuah rutinitas yang terkadang saya hanya datang, duduk, mendengar tetapi tidak mengerti. Terkadang saya menghidupi firman itu saya berbuat baik tetapi sering juga jatuh dalam perbuatan jahat. Sering memaki teman saya, sering berkata kasar, sering berbicara buruk dengan orang yang tidak saya sukai, saya juga pernah memakai vape, melawan orang tua, dan saya adalah seorang yang pendendam. Jika seseorang menyakiti hati saya, saya akan sangat membenci orang itu melihat wajah dia pun saya tidak sudi, dan saya berprinsip kala itu bahwa sampai waktu saya di dunia ini habis saya tidak akan mau mengobrol dengan dia. Saya seringkali keluar malam, pulang sekolah tidak langsung pulang tetapi pergi bermain ke rumah teman saya, dan kadang kala saya tidak izin kepada orang tua saya, tidak mengangkat telepon dari orang tua saya.

Biasanya orang-orang yang terpanggil menjadi hamba Tuhan, atau yang ingin masuk sekolah tinggi teologi adalah orang-orang yang sudah berpengalaman dalam dunia pelayanan, seperti guru sekolah minggu, pemain musik di gereja dan lain-lain, berbeda dengan saya yang tidak punya pengalaman dalam dunia pelayanan, bahkan saya tidak tahu bagaimana orang-orang terpanggil dan mengetahui panggilannya.

Tetapi setelah saya lulus SMA saya dapat merasakan panggilan itu dan saat ini saya bisa sampai dan bersekolah di Sekolah Tinggi Teologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun