Mohon tunggu...
Nikie NirmalaTama
Nikie NirmalaTama Mohon Tunggu... Koki - Penulis
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Sebagai seorang koki, saya menemukan kegembiraan dalam menciptakan sajian kuliner yang menggugah selera dan menyatukan berbagai rasa. Dapur adalah panggung saya, di mana saya menciptakan harmoni dari bahan-bahan segar dan teknik memasak yang beragam. Di sisi lain, sebagai penulis berita, saya menikmati eksplorasi fakta-fakta, menganalisis isu-isu kompleks, dan menyampaikan informasi dengan jelas dan obyektif. Saya percaya pada kekuatan kata-kata untuk membentuk opini dan mempengaruhi perubahan. Kedua hobiku memberi saya kesempatan untuk mengekspresikan kreativitas dan berbagi cerita yang memotivasi, dari dapur hingga tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Hukum

Kasus Vina: Viral yang Menggugah Kesadaran Publik akan Keadilan

22 Mei 2024   01:26 Diperbarui: 22 Mei 2024   01:36 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mintarsih. Dok. Pribadi.

Jakarta, Kasus Vina yang viral di media sosial telah menggugah kesadaran publik mengenai pentingnya keadilan. Mintarsih, seorang psikiater, berbagi pandangannya tentang dampak sosial dari kejadian ini dan bagaimana viralitas mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap keadilan.

"Pendapat dan tanggapan masyarakat sangat beragam," ujar Mintarsih dalam wawancara eksklusif. Kasus Vina, yang awalnya hanya diketahui segelintir orang, kini menjadi perbincangan hangat. "Awalnya, kita mungkin ragu," kata Mintarsih. "Tetapi setelah viral, kita menjadi lebih percaya dan menyadari. Lambatnya penanganan oleh polisi juga terlihat."

Mintarsih menambahkan bahwa ketidakadilan dan penanganan yang lambat oleh aparat penegak hukum dapat menyebabkan trauma dan stres berkepanjangan bagi korban. "Bayangkan jika seseorang mengalami ini, tentu dampak psikologisnya sangat berat," jelasnya. "Kasus penculikan menunjukkan betapa mudahnya melakukan kejahatan tersebut."

"Penculikan ini cukup sadis, dioper ke tim penculik yang lebih profesional. Ini menunjukkan betapa seriusnya kejahatan ini dan kemungkinan berakhir dengan kematian tanpa jejak."

Kasus ini, menurut Mintarsih, membuktikan bahwa ini menjadi lambat, karena sudah 8 tahun berjalan, namun 3 Daftar Pencarian Orang (DPO) hingga kini, tak kunjung tertangkap. "Kita perlu menggunakan kasus viral seperti Vina untuk introspeksi, khususnya bagi polisi, agar ke depannya bisa bersahabat dengan masyarakat dan bekerja sama untuk mengurangi kejahatan," katanya.

Mintarsih juga menyoroti fenomena teman Vina yang mengaku kesurupan roh Vina. "Soal teman Vina yang kesurupan roh Vina, menurut saya itu bukan bidang psikiatri. Hal seperti ini lebih baik ditangani oleh ahli spiritual yang memang memahami dan memiliki kemampuan di bidang tersebut. Ini juga sudah memasuki ranah yang berbeda, yaitu dimensi spiritual."

Mintarsih berharap agar kasus Vina menjadi pelajaran bagi penegak hukum dan masyarakat luas, bahwa keadilan harus ditegakkan tanpa pandang bulu. "Kita harus belajar dari kejadian ini dan meningkatkan sistem keadilan kita agar lebih responsif dan adil bagi semua pihak," tutupnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Hukum Selengkapnya
Lihat Hukum Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun