"Pada masa pandemi ini harga gula masih stabil, malah ada kenaikan sedikit. Kalau sebelum pandemi harga gula Rp 13.500, pada awal-awal pandemi harga gula mencapai Rp 14.000. Pada awal pandemi saya bersama penderes lainnya merasa cemas, karena adanya pandemi Covid-19 bisa saja pasar tidak menerima gula lagi. Tapi alhamdulillah ketakutan itu tidak menjadi kenyataan", ujar Pak Suroso.
![Saya dan gula jawa yang diproduksi Pak Suroso (dokpri)](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/06/30/foto-uas-1-60dbb2fa15251067bb56e382.jpg?t=o&v=555)
"Kendala-kendala yang saya alami sebenarnya hal yang umum dialami penderes. Jadi bagi saya pandemi ini tidak terlalu berdampak pada usaha saya. Karena mau pandemi atau tidak kendala-kendala itu juga sering saya alami. Yang paling berpengaruh di masa pandemi ini adalah harga gula di pasar. Harga gula sewaktu-waktu bisa naik atau malah anjlok. Kalau harga gula anjlok saya biasanya menahan untuk tidak menjual gula pada pengepul. Saya menunggu sampai harga gula kembali stabil. Tapi kalau untuk penjualan kiloan masih tetap berjalan seperti biasa. Meski begitu saya tetap bersyukur karena selama pandemi saya masih bisa memperoleh pendapatan untuk memenuhi kebutuhan keluarga", terang Pak Suroso.
Pak Suroso merupakan salah satu pengrajin gula jawa yang masih bertahan di desanya di masa pandemi ini. Di saat teman-temannya yang lain memilih berhenti dan beralih pekerjaan, Pak Suroso masih menikmati pekerjaannya sebagai pengrajin gula jawa. Pak Suroso berharap semoga pandemi ini cepat selesai. Karena sebagai pelaku usaha beliau juga merasakan bagaimana sulitnya mencari penghasilan. Apalagi ditambah dengan kondisi yang seperti sekarang ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H