[caption id="attachment_225543" align="aligncenter" width="431" caption="Kompasianer Terkaporit 2012 beserta para pengawalnya, Dimas Suyatno dan Ahmad Aping Dhafir.."][/caption] Setelah dikukuhkan sebagai Kompasianer Terkaporit dalam acara Kompasianival 2012 di Jakarta, dan sempat berkeliling untuk kopi darat dengan sejumlah makhluk dari jenis spesies Kompasianer erektus di seantero Ibukota Negara, akhirnya Tante Paku kembali ke kampung halaman. Jreng Jreng...... Di kampung halamannya tercinta yaitu Solo kemringet, Tante Paku sudah ditunggu-tunggu oleh segenap Kompasianer. Mereka tak sabar untuk menyambut Tante Paku, dengan tujuan untuk foto bersama sebelum berfoto dengan Kompasianer terkaporit dikenai tarif. Walhasil dari dialog kawan-kawan Kompasianer Solo raya (Komposono) di grup Facebook, disepakati acara penyambutan digelar di sebuah tempat nongkrong yang asyik banget, namanya Wedangan Pendopo. Wedangan Pendopo yang menyajikan menu tradisional dan arsitekturnya bernuansa Jawa kuno ini, terletak di tengah-tengah Kota Solo. Acara digelar Jumat (23/11) sore pukul 16.00 WIB. Mendung sudah menggantung di langit Solo menjelang keberangkatan saya ke lokasi. Habis ngantor rencananya saya memang langsung gabung teman-teman di Wedangan Pendopo. Sebelum berangkat, saya SMS Kompasianer Johan Wahyudi, Mbak Devi Citra, Bu Kanjeng Sri Sugiastuti dan Nino Histiraludin, untuk mengabarkan bahwa saya meluncur ke lokasi.Sebentar kemudian saya ditelepon Pak Johan. Tapi karena saya sedang berada di ruang perkantoran yang berada di balik gedung-gedung bertingkat, saya tak bisa mendengar apa yang dia biacarakan. Baru saya tahu setelah tiba di lokasi, ternyata Pak Johan tadi mau tanya ancer-ancer lokasi Wedangan Pendopo. Saya sendiri juga mencari dan sempat kebablasan sedikit. Tapi akhirnya serang petugas parkir memberitahu saya tempatnya. Di lokasi, Pak Johan sudah menunggu.Tapi bukan di Wedangan Pendopo, melainkan Warnet yang terletak di sebelahnya. "Wedangan Pendopo belum buka, satu jam lagi," kata Pak Johan. Baru saja memarkir motor, Mas Dimas Suyatno datang. Menyusul beberapa menit kemudian Bu Kanjeng Sri Sugiastuti dibonceng Pak Kanjeng. Lalu Devi Citra, Tante Paku dan Ahmad Dhafir. Kami sudah sempat mengobrol ngalor ngidul, sebelum akhirnya Mbak Dewi Malvana datang. Saya sempat malu, sebab ketika ada seorang laki-laki muda datang, kukira beliau mas Nino Histiraludin. Karena belum pernah ketemu, saya bertanya, "Apakah panjenengan mas Nino?" Beliau menggelang. "Sanes (bukan)." Usut punya usut, ternyata beliau malah pemilik Wedangan Pendopo. Xixixixixixixixixxxx Sebelum berkumpul di sebuah meja antik, kami menyempatkan diri foto bersama di depan Wedangan Pendopo. Sayang saya sendiri lupa nitip ponsel buat motret. Jadinya saya tunggu aja dulu ntar siapa duluan yg mengunggah foto bareng versi lengkap, baru saya pinjem potonya dan edit naskah ini. Okay?
[caption id="attachment_225544" align="aligncenter" width="431" caption="Pak Johan, Devi Citra dan Bu Kanjeng menyimak nasehat Pak Kanjeng."]
[caption id="attachment_225545" align="aligncenter" width="402" caption="Saya dan Mbak Dewi Malvana."]
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H