Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solo dan Sekitar Musim HFMD (Flu Singapore)

8 Maret 2011   02:11 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:59 1603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kalo di daerah lain lagi musim duren atau rambutan, tidak demikian dengan Solo, Jawa Tengah. Di Solo lagi musim HFMD. Betapa tidak?  Awal tahun ini, banyak anak yang tinggal di Solo dan sekitarnya terkena penyakit HFMD (hand, foot  and mouth disease). Salah satu yang terkena adalah anak saya, Maulida Naila hanunaura a.k.a HANUN (3 tahun), setelah sedikitnya 5 anak di sekitar tempat tinggal kami (di Solo pinggiran) terkena duluan. [caption id="attachment_94890" align="aligncenter" width="300" caption="Hanun."][/caption] Mulanya Hanun rewel sekali. Setelah saya raba ternyata badan Hanun hangat. Nafsu makan hilang. Pada hari ketiga, muncul semacam sariawan yang banyak, tidak hanya di lidah, gusi dan rongga mulut tapi juga di sekitar bibir luar. Kemudian di telapan tangan dan kaki muncul bintik-bintik kemerahan. Untung saya pernah meliput ketika penyakit ini mewabah di Solo pada era 1990-an. Sehingga saya tahu penyakit ini. Saya juga pernah mendapat cerita beberapa teman yang anaknya pernah terkena. [caption id="attachment_94892" align="aligncenter" width="300" caption="Bintik merah di rongga mulut, lidah dan bibir."]

12995502381369629057
12995502381369629057
[/caption] Menurut dr Gunawan, dokter perusahaan tempat saya bekerja yang merawat anak saya, awal tahun 2011 ini memang di Solo banyak sekali ditemui kasus HFMD atau yang sering juga disebut dengan flu  Singapore. Oleh dokter, Hanun hanya diberi vitamin mendorong nafsu makan dan untuk meningkatkan daya tahan tubuh, karena memang virus hanya bisa dilawan dengan daya tahan tubuh kita. Tak hanya di Solo. Tempo hari, saya mendapat kabar bahwa anak teman saya yang tinggal di Sragen, sekitar 20 kilometer dari Solo, juga terkena. Dokter spesialis anak yang merawat anak teman saya di RS Triharsi Solo juga mengatakan, virus ini sedang menyebar di daerah lain dekat Solo. Virus yang menyebabkan penyakit ini memang sangat mudah menyebar. Apa itu HMFD? HFMDdi Indonesia dikenal dengan nama Penyakit Kaki, Tangan dan Mulut (PTKM), bukan merupakan penyakit baru. Penyakit ini populer ketika di Malaysia, Taiwan dan Singapura terjadi wabah penyakit ini. Bahkan di Singapura, penyakit yang mirip flu ini memakan banyak korban jiwa, sehingga dinamakan Flu Singapura. Meski bernama sama dengan penyakit kuku-mulut yang terdapat pada hewan ternak, tapi tidak berhubungan satu sama lain dan penyebabnya juga berbeda. Penyakit ini tidak ditularkan dari binatang atau hewan ternak. Penyakit ini disebabkan oleh infeksi virus Coxsackie virus, suatu virus dari golongan keluarga Enterovirus. Yang paling sering pada pasien rawat jalan adalah Coxsackie A16, sedangkan yang sering memerlukan perawatan karena keadaannya lebih berat atau ada komplikasi sampai meninggal adalah Enterovirus 71. Berbagai enterovirus dapat menyebabkan berbagai penyakit. HFMD merupakan penyakit yang sangat menular melalui pencernaan dan saluran pernafasan.  Penularan kontak tidak langsung melalui barang, handuk, baju, peralatan makanan, dan mainan yang terkontaminasi oleh sekresi itu. Tidak ada vektor tetapi ada pembawa (carrier) seperti lalat dan kecoa. Penderita terbanyak adalah bayi dan anak-anak (di bawah usia 10 tahun). Hal ini disebabkan karena daya tahan tubuh mereka yang masih lemah. Meski orang dewasa lebih kebal terhadap enterovirus, namun bisa terkena juga. Penyakit ini biasanya dimulai dengan luka kecil di daerah tenggorokan dan tonsil (amandel). Sementara di daerah tangan, jari, telapak kaki dan daerah popok timbul kemerahan disertai vesikel (lentingan kecil yang berisi air di dalamnya, seperti melepuh). Penderita hanya merasakan sakit yang ringan dan kemerahan akan sembuh dalam 5-7 hari. Gejala : * demam selama 2 - 3 hari, diikuti sakit leher (faringitis) * tidak ada nafsu makan * pilek dan gejala flu lainnya. * timbul vesikel yang kemudian pecah, ada 3-10 ulkus di mulut seperti sariawan ( lidah, gusi, pipi sebelah dalam ) terasa nyeri sehingga sukar untuk menelan. * Bersamaan dengan itu timbul rash/ruam atau vesikel (lepuh kemerahan/blister yang kecil dan rata), papulovesikel yang tidak gatal ditelapak tangan dan kaki. Kadang-kadang rash/ruam (makulopapel) ada dibokong. Penyakit ini umumnya akan membaik sendiri dalam 7-10 hari, dan tidak perlu dirawat di rumah sakit. Bila ada gejala yang cukup berat, barulah penderita perlu dirawat di rumah sakit. Gejala yang cukup berat tersebut antara lain : * Hiperpireksia, yaitu demam tinggi dengan suhu lebih dari 39 C. * Demam tidak turun-turun * Takikardia (nadi menjadi cepat) - Takipneu, yaitu napas jadi cepat dan sesak * Malas makan, muntah, atau diare berulang dengan dehidrasi * Letargi, lemas * Nyeri pada leher, lengan, dan kaki * Kejang-kejang, atau terjadi kelumpuhan pada saraf kranial * Keringat dingin * Fotofobia Komplikasi yang mungkin terjadi adalah : * Meningitis (radang selaput otak) yang aseptik - Ensefalitis (radang otak) * Myocarditis (Coxsackie Virus Carditis) atau pericarditis * Acute Flaccid Paralysis / Lumpuh Layuh Akut (Polio-like illness) Pengobatan : * Istirahat yang cukup * Pengobatan spesifik tidak ada, jadi hanya diberikan secara simptomatik berdasarkan keadaan klinis yang ada. * Dapat diberikan : - Immunoglobulin IV (IGIV), pada pasien imunokompromis atau neonatus - Extracorporeal membrane oxygenation. * Pengobatan simptomatik : * Antiseptik di daerah mulut * Analgesik misal parasetamol * Cairan cukup untuk dehidrasi yang disebabkan sulit minum dan karena demam * Pengobatan suportif lainnya ( gizi dll ) Pencegahan : * Hindari kontak dengan penderita * Cuci tangan setiap kali kontak dengan penderita * dan tingkatkan kebersihan diri sendiri Penderita sendiri dapat membantu mencegah penyebaran penyakit dengan cara: * mencuci tangan setelah buang air besar * mengganti popok atau barang apa saja yang terkontaminasi dengan kotoran * tutup mulut atau hidung setiap kali batuk atau bersih * cuci mainan atau barang apa saja yang terkena air liur * jika anak bersekolah, sebaiknya diliburkan agar tidak menulari teman. (Berbagai sumber)

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun