Mohon tunggu...
Niken Satyawati
Niken Satyawati Mohon Tunggu... Jurnalis - Ibu biasa

Ibu 4 anak, tinggal di Solo. Memimpikan SEMUA anak Indonesia mendapat pendidikan layak: bisa sekolah dan kuliah dengan murah. Berharap semua warga Indonesia mendapat penghidupan layak: jaminan sosial dan kesehatan. TANPA KECUALI. Karena begitulah amanat Undang Undang Dasar 1945.

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Risma dan Blunder Teman Ahok

7 Agustus 2016   10:35 Diperbarui: 8 Agustus 2016   07:31 19013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit foto: bbc.com

Isu paling seksi saat ini adalah Pilgub DKI Jakarta. Manusia paling seksi di mata media dan masyarakat media sosial saat ini adalah Ahok. Ahok tak hanya dibicarakan warga DKI namun lebih luas lagi, lebih dari iru siapapun merasa ingin mengomentari bahkan berkepentingan dengannya.

Ahok yang notabene orang nonpartai sejak meninggalkan Gerindra, semula diprediksi banyak kalangan tidak akan bisa maju melalui jalur independen, karena diperkirakan tidak akan mampu memenuhi syarat jumlah dukungan yang memang angkanya cukup cihuy. Namun Teman Ahok membuktikan bahwa mereka mampu mengorganisasi dan akhirnya mengumpulkan 1 juta dukungan warga untuk Ahok, dibuktikan dengan KTP. Tepuk tangan untuk Teman Ahok...

Makin kesini, pencapaian itu rupanya membuat Teman Ahok jumawa. Mereka bukan mencari dukungan yang lebih luas lagi, namun mulai memusuhi sejumlah kalangan. Yang pertama adalah Tempo. Media yang tergolong kredibel ini dimusuhi gara-gara memberitakan hal-hal yang dianggap merugikan Ahok. Ahok sendiri memang keberatan dengan sejumlah pemberitaan Tempo. Dan tokoh-tokoh Teman Ahok memberikan pernyataan dukungan terhadap Ahok. Mereka ikut marah dan membuat hubungan kedua pihak makin meruncing.

Selanjutnya adalah soal rencana partai-partai yang ingin merangkul Ahok. Mereka berebut mengerumui Ahok. Ini membuat Teman Ahok bersikap defensif. Seolah Ahok akan meninggalkan mereka dan untuk itu mereka mempertahankannya dengan memegang Ahok erat-erat dan berhadapan dengan partai. Sikap yang keras ditunjukkan ketika berhadapan dengan PDIP yang memang menunjukkan sinyal ingin mengusung Ahok. Keras dan terkesan arogan karena sudah berhasdil mengumpulkan 1 juta KTP, seakan lupa tujuan mereka: untuk mengantarkan Ahok menjadi Gubernur DKI pada Pilgub 2017. Tujuan yang sama yang dimiliki PDIP. Bila maju melalui partai, posisi Ahok di parlemen akan lebih kuat.

Hingga kemudian kekerasan sikap Teman Ahok itu membuat dukungan PDIP mengendur. Teman Ahok akhirnya melunak, dengan membuat pernyataan termasuk memposting di media sosial bahwa tidak apa partai merangkul Ahok, asalkan bisa mengantar Ahok menjadikan Ahok menjadi Gubernur DKI. Namun agaknya sikap yang melunak ini sudah terlambat.  Sebenarnya bila sejak awal Teman Ahok menyatakan dukungan dan bersatu dengan PDIP untuk mendukung Ahok lewat partai, Pilgub selesai. Ahok hampir pasti menang karena PDIP partai besar.

PDIP sekarang mencoba menelisik calon-calon dari kalangan mereka sendiri. Kini Walikota Surabaya Tri Rismaharini mulai digadang-gadang dan didorong-dorong untuk menjadi pesaing Ahok. Risma saat menyampaikan kata maaf kepada warga Surabaya dan menyebut waktu sudah habis, sangat kental nuansa politisnya. Entah sengaja atau tidak (menurut penulis sih sengaja), Risma seperti sedang melakukan “test the water”, melihat apa yang terjadi di masyarakat bila dia mengeluarkan pernyataan itu. Walhasil, dukungan untuk maju ke Jakarta ternyata mengalir deras dari berbagai kalangan.

Tidak cuma PDIP yang terus membujuk agar Risma maju. Sekarang bahkan PKS mendekati Risma.  Kalau Risma maju, maka Ahok akan mendapat lawan yang seimbang. Sosok Risma ini tidak main-main. Ahok memang sudah berhasil memoles Jakarta dan menunjukkan kinerja yang bagus saat memimpin DKI sepeninggal Jokowi. Namun memiliki banyak hal yang tak dipunyai Ahok.

Kampanye hitam menyangkut SARA akan terjadi di Pilgub DKI, karena efektif dan murah meriah. Risma diuntungkan karena dia orang pribumi dan dia muslim. Kampanye menyasar orang-orang tak berpendidikan dan kaum sumbu pendek yang akan langsung terbakar dengan isu SARA, akan lebih massif, dan terus-menerus demi menyerang dan menjatuhkan Ahok. Bukan tidak mungkin Risma yang akhirnya akan unggul.

Satu karakter Ahok yang bisa disebut kelemahan adalah sifat temperamentalnya. Teman Ahok memang tidak salah bila selalu mendukung apa yang dilakukan Ahok. Namun mereka salah bila mendukung kemarahan dan sikap temperamental Ahok. Bila Ahok menunjukkan sikap temperamentalnya, mestinya Teman Ahok tidak ikut marah, sebaliknya melakukan cooling down dan menjadi penyejuk. Sehingga musuh tidak bertambah. Karena dalam politik mestinya memperbanyak teman, bukan memperbanyak musuh.

Bila Risma akhirnya benar-benar maju, maka nasi menjadi bubur. Masyarakat tinggal menikmati drama politik Ibukota yang heboh di tahun 2017.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun