[caption id="attachment_307134" align="aligncenter" width="504" caption="Pak Mul menambal ban di kiosnya."][/caption]
Semua keinginan tak ada yang tak mungkin tercapai, bila didasari niat yang tulus dan kuat. Demikian halnya bukanlah sebuah hal yang mustahil bagi seorang tukang tambal ban untuk menunaikan ibadah haji ke Mekah.
"Semua ini karena niat, Mbak," ujar Pak Haji Mul, tukang tambal ban yang tinggal dan membuka kios di Gentan, Baki, Sukoharjo, Jawa Tengah, ketika saya wawancarai kecil-kecilan, awal Desember 2013.
Sudah 13-an tahun kami sekeluarga menyandarkan urusan tambal ban sepeda anak-anak saya pada laki-laki sederhana yang tinggal tak jauh dari kompleks perumahan kami. Kadang kami juga datang untuk minta jasa memompa motor atau mobil.
Laki-laki bernama lengkap Sri Mulyono Herlambang ini membuka usaha tambal ban pada tahun 1984. Sejak itu Pak Mul mulai menabung. "Seribu-dua ribu saya kumpulkan agar bisa ke Tanah Suci," kisah Pak Mul.
Di kiosnya, selain menjual jasa tambal ban untuk sepeda dan motor, akhir-akhir ini Pak Mul dibantu anaknya juga menyediakan jasa tambal ban mobil. Selain itu mereka juga menjual bensin eceran.
Sedikit demi sedikit, akhirnya menjadi bukit. Ketika akhirnya uang terkumpul agak banyak, pada tahun 2008 Pak Mul mendaftarkan ibadah haji beserta istri. Pak Mul dan Bu Mul harus menunggu empat tahun, dan baru tahun 2012 mereka berdua kesampaian terbang ke Tanah Suci. Saat melaksanakan ibadah haji, usia Pak Mul 58 tahun.
Ketika mendengar Pak Mul cuti menambal ban (digantikan anaknya) untuk beribadah ke Tanah Suci, saya terharu bercampur malu. Saya sendiri, yang mungkin secara status sosial lebih terpandang, belum melaksanakan ibadah haji. "Sekarang lega rasanya. Semua rukun Islam sudah saya jalankan," tandas pria yang mempunya "nama tua" Mulyono Wiyatmo ini.
Pak Mul menhaku bersyuku, semua rukun haji dijalankan dengan lancar. "Banyak kisah yang tdak masuk akal dialami orang. Ada yang hilang, dan baru ketemu menjelang pulang. Alhamdulillah saya lancar-lancar saja."
Di usianya yang menjelang senja, Pak Mul hanya mempunyai satu keinginan, yaitu bermanfaat bagi orang lain. Oleh karena itu dia pun tidak menolak ketika didapuk sebagai Ketua RT 01/RW VI di kampung Gentan Utama, tempat tinggalnya.
Di waktu-waktu longgarnya, Pak Mul bersantai sambil momong cucu semata wayangnya.