[caption id="attachment_188550" align="aligncenter" width="386" caption="courtesy of m.medicalera.com."][/caption] Setelah melahirkan dengan melalui proses sectio caesarea (SC), yang terjadi pada umumnya si ibu "divonis" harus kembali menjalani proses caesar lagi untuk kelahiran anak berikutnya. Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (DSOG) biasanya menyatakan itu, karena tidak mau mengambil risiko terjadi robekan bila ibu melahirkan normal setelah sebelumnya melahirkan secara caesar. Padahal risiko terjadinya robekan itu sebenarnya sangat kecil. Namun demikian karena ketidaktahuan, ketakutan dan kurangnya pemberdayaan diri, biasanya ibu hamil dan pihak keluarga manut saja apa kata DSOG, sebagaimana mereka manut saja ketika divonis caesar pada kelahiran sebelumnya. Sementara alasan untuk SC seringkali sebenarnya mengada-ada. Adalah kenyataan bahwa ada aroma kepentingan bisnis di sini, sehingga DSOG tak jarang yang "dikit-dikit caesar, dikit-dikit caesar." Just remembering, sebagaimana anjuran organisasi kesehatan dunia (WHO), kelahiran caesar di RS sedapat mungkin kurang dari 15%. Namun kenyataannya sekarang di RS Indonesia, kelahiran dengan cara caesar bisa lebih tinggi dibanding kelahiran normal. Bahkan kelahiran secara caesar di RS Jakarta berdasarkan sebuah penelitian tercatat mencapai 70%-90%. Seiring dengan meningkatnya pengetahuan para ibu hamil, disertai berbagai pertimbangan dan diikuti pemeriksaan sebelum melahirkan, kini melahirkan normal setelah caesar (vaginal birth after caesar/VBAC) sudah banyak ditempuh para ibu. Bila hasil pemeriksaan menunjukkan prasyarat melahirkan normal yang aman terpenuhi, misalnya jahitan sudah bagus, berat badan baby bagus, letak plasenta normal dan posisi kepala bayi sudah di bawah/masuk panggul, hampir bisa dipastikan ibu bisa melahirkan VBAC. Pada satu sisi, situs Bidankita.com mencatat lebih dari 80% kelahiran dengan VBAC berlangsung dengan lancar jaya, aman, dengan akhir yang membahagiakan. Malah ada yang memberikan testimoni, melahirkan lancar dengan VBAC dengan posisi bayi sungsang. Ada pula yang VBAC-nya lancar jaya, bahkan setelah mengalami 2 kali melahirkan secara caesar. Jarak antara kelahiran caesar dan VBAC pun beragam. Pada umumnya DSOG memberikan batasan 3 tahun bagi ibu yang melahirkan caesar baru bisa melahirkan lagi (itupun dengan kembali caesar). Namun kenyataannya, sebagaimana testimoni dalam sebuah komunitas untuk memberdayakan ibu hamil, Gentle Birth Untuk Semua, tak jarang para pelaku VBAC ini begitu pendek jarak kelahirannya dengan kelahiran sebelumnya. Bahkan ada yang jarak antara anak caesar dengan adiknya yang normal hanya 18 bulan . Apa sih alasan melahirkan normal, bahkan setelah caesar? Ini dia alasannya: 1.Tubuh perempuan dirancang sedemikian rupa oleh Yang Maha Kuasa, dengan satu lubang untuk melahirkan, sehingga pada dasarnya mampu melahirkan secara normal. 2.Persalinan normal (tanpa indikasi penyulit) jelas lebih aman bagi bayi dan ibunya. 3. Dengan melahirkan normal, ibu cepat memulihkan diri dan konsentrasi penuh merawat bayi. 4. Dengan melahirkan normal, ririko terjadinya infeksi jauh lebih kecil dibanding caesar 5. Melahirkan secara caesar, pemulihan bagi ibu lebih lama, dengan demikian tidak bisa langsung merawat dan berkonsentrasi penuh merawat bayinya. Dengan demikian masa rawat inap di RS juga lebih lama. 6. Dengan melahirkan normal, ibu lebih kondusif untuk melakukan inisiasi menyusu dini (IMD) dibanding melahirkan secara caesar. Walau demikian IMD tetap dianjurkan dan sudah banyak dilakukan oleh para ibu yang melahirkan secara caesar. 7. Melahirkan secara caesar, biayanya jauh lebih besar dibanding melahirkan secara normal. Ketika ibu-ibu lain bisa melahirkan normal setelah caesar, mengapa kita tidak? Semua itu terjadi karena ibu membangun keyakinan diri, menghilangkan rasa takut, dan ditambah sugesti yang baik bahwa mereka bisa dan mampu untuk VBAC. Maka ibu-ibu yang baru hamil atau merencanakan hamil sebaiknya memberdayakan diri, banyak membaca dan bergaul untuk menambah pengetahuan, dan membangun sugesti positif. Karena tubuh ini tubuh kita sendiri. Jadi kitalah yang harus memutuskan, jangan sepenuhnya menyerahkan nasib kita pada tenaga kesehatan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H